Halaman

Senin, 19 Januari 2009

Aku, Kekasih dan Sahabat


Beberapa hari yang lalu smsan sama temen. Topiknya bikin gue mengelus dada, menafakuri diri. Semua yang dia bilang, semua yang gue tanggepin akan smsnya itu juga pernah kejadian sama gue. Ternyata semua orang kadang memiliki masalah yang sama, bahkan masalah yang itu-itu saja. Thanks God, kadang gue bisa keluar dari lingkaran itu meski kadang juga terperosok ke lubang yang sama.

Topik smsnya memang gak jauh-jauh dari soal hubungan, baik hubungan sama pacar maupun sama sahabat dan bahkan hubungan yang melingkarkan semua itu. Kita sebagai pasangan dan kita sebagai seorang sahabat. Terkadang dilematis ketika semuanya bersinggungan dan tidak menemukan jalan keluar.

Beberapa petikan sms antara gue sama temen gue itu.
-Apakah mengejar suatu relationship itu merupakan sesuatu yang absurd?-
Bukan. Gue bakal bilang kalau itu tidak absurd. Apalagi kita tahu bahwa hubungan itu pantas dan layak untuk dipertahankan. Mengejar relationship yang kita yakin bisa diperjuangkan adalah proses pencapaian tujuan. Bukankah tujuan akhir hidup kita adalah membina relationship dengan pasangan? Makanya proses mengejar suatu relationship itu bukan sesuatu yang absurd. Itu merupakan langkah awal paling nyata yang bisa dilakukan untuk meraih kebahagaiaan hakiki.

-Apakah ketergantungan kita pada pasangan merupakan hal bodoh?-
Itu masalah persepsi dan cara pandang. Selama ketergantungannya bersifat positif itu bukan hal bodoh. Tak ada hal bodoh dalam membina suatu hubungan meskipun itu menimbulkan suatu ketergantungan karena ketergantungan disini tidak bersifat satu arah. Gue yakin kita bukan tipe orang yang bergantung secara finansial pada pasangan kita, kita punya karier lumayan. Setidaknya cukup buat hidup kita sendiri. Ketergantungan pada pasangan untuk mencapai hidup yang lebih baik bukan hanya melulu soal finansial, tapi kita bergantung padanya agar kita bisa mewujudkan semua mimpi yang bisa tercipta. Itu bukan hal bodoh. Itu lagi-lagi proses. Proses pencarian bentuk suatu hubungan.

-Lantas kenapa temen-temen kita jijik dan memandang sebelah mata karena kita memiliki ketergantungan sama pasangan dan mengejar suatu relationship?-
Terkadang sahabat lebih mengerti kita dibanding diri kita sendiri. Terkadang mereka menyayangi kita dengan cara yang juga tidak dimengerti. Ketika mereka menggugat, mempertanyakan semua apa yang kita telah perjuangkan dalam suatu hubungan, ketika mereka mencerca semua bentuk ketergantungan kita terhadap pasangan, mungkin itu refleksi rasa sayang mereka. Berulang kali mereka melihat kita jatuh, hancur, kemudian bangkit lagi. Karena itu mungkin mereka tidak ingin melihat hal seperti itu kejadian lagi. Mereka sayang sama kita, mereka tidak ingin kita mengecap rasa pahit yang sama, hancur dalam bentuk yang sama. Tapi kadang mereka tidak mengerti. Beri mereka waktu. Beri mereka kesempatan melihat kita tumbuh dalam hubungan yang ini. Kalaupun akhirnya hancur dan lebur, setidaknya kita harus menunjukkan kepada mereka kalau kita mampu bangkit karena kita tahu konsekuensinya dari awal. Tak ada proses mengejar suatu hubungan yang tidak beresiko.

Well, semuanya adalah proses pendewasaan. Ketika lingkungan terdekat menggugat, jadikan itu sarana ujian untuk menjadikan hubungan yang kita bangun dengan pasangan lebih kokoh. Cukup beri mereka keyakinan, kalaupun mereka tidak mau menerimanya, cukup beri mereka waktu. Tetap berusaha memperjuangkan apa yang kita anggap benar. Mereka akhirnya pasti akan mengerti. Itulah kenapa kita menyebutnya sahabat sejati. Mereka tak akan pergi dari kita, setidaknya kita akan tetap ada di hati mereka. Percayalah.

nb : dedicated to my dearest friend. Coba kita kenal dari dulu yah!!Sayang gue dulu jarang beredar..

Tidak ada komentar: