Halaman

Kamis, 13 November 2008

Taman Yang Paling Indah


“Taman yang paling indah hanya taman kami, taman yang paling indah taman kanak-kanak. Tempat bermain, berteman banyak. Itulah taman kami taman kanak-kanak” Sepenggal syair lagu anak-anak yang aku yakin sangat akrab di telinga semua orang entah itu laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak maupun manula. Mereka semua mungkin setuju bahwa taman yang paling indah itu memang taman kanak-kanak.

Buat aku, taman yang paling indah selain taman kanak-kanak tentunya adalah taman aksara. Taman yang di dalamnya terserak jutaan aksara yang dapat aku rangkai menjadi kata. Aku jatuh cinta pada aksara sejak pertama kali aku mengenalnya, sehingga aku berterima kasih pada orang-orang yang memperkenalkan getar asmaraku yang pertama pada aksara kemudian kata. Di taman ini aku senantiasa tersungkur, tersungkur dalam cinta dan tersungkur dalam keindahan makna sebuah kata.

Berada di taman aksara seringkali membuat aku lupa, lupa pada kenyataan kalau aku bukan fatamorgana tapi nyata. Aku bisa berubah menjadi siapa saja di taman aksara. Berubah menjadi seseorang yang terjebak di dalam jiwaku, alam pikiranku bahkan dalam nyawaku. Kecintaanku pada aksara dan kata mampu mewujudkan semua asa yang kadang tak bisa terjamah raga. Di taman akasara aku bisa menjadi pujangga ketika aku sedang jatuh cinta, bisa menjadi sangat cengeng ketika terjerembab dosa dan bisa menjadi sangat pemarah ketika durjana menyapa jiwa. Aku bisa menjadi semua itu di taman aksara tanpa ada yang bertanya mengapa.

Aku jatuh cinta pada taman aksara, taman yang bisa menyembunyikan siapa aku sebenarnya. Aku bisa menyamar sepuasnya disana, sembunyi di balik makna sebuah kata, dan kadang aku akan berkamuflase menjadi orang asing. Orang yang sama sekali tak kukenal. Mereka hanya kupinjam arwahnya untuk kususupkan sementara dalam jasadku. Semua itu perantara aksara dan kata.

Aku paling senang ketika arwah pujangga menyusupi ragaku, aku akan menjadi sangat romantis. Jutaan kata cinta bisa terbingkai dalam puisi, syair dan sajak meskipun aku bukan pecinta yang beruntung. Semuanya karena aksara. Aksara memberiku kekuatan untuk mendobrak semua belenggu yang mengikat, melabrak semua norma pembenaran bahkan meruntuhkan dinding yang dibangun dari kesombongan. Kekuatan itu membuatku bisa berjalan di setapak kecilku tanpa orang tahu. Aksara menjadikanku prajurit yang tangguh, yang memanggul panji-panji makna kata. Aksara tak menjadikanku ambigu atau anomali karena aksara tak bisa digugat cerca. Aku beruntung mengenal kemudian jatuh cinta pada aksara.

Mari kita bermain di taman aksaraku, agar kita semua terjerembab dalam rasa cinta yang sama. Kujanjikan akan kau lihat kupu-kupu di sana, bahkan di tempat-tempat yang tak pernah kau bayangkan sama sekali. Tak sekedar permainan petak umpet yang kutawarkan, tapi lebih dari itu. Selamilah duniaku melalui goretan aksara dan kata yang kutoreh di sana. Nikmati, kemudian kau akan mengenal siapa aku sebenarnya. Seseorang yang tak lagi bertopeng kata, seseorang yang akan mengajakmu berarung jeram menyusuri riak-riak aksara. Seseorang yang akan membuatmu menyesal tak mengenal aksara dari dulu. Bergabunglah dan akan kuucapkan,
“Selamat jatuh cinta di taman aksaraku”

Tidak ada komentar: