Halaman

Minggu, 23 November 2008

Mengadu Pada Tuhan (Lagi)


Tuhan, dulu aku pernah sangat bersyukur ketika Engkau menciptakan cinta dengan sejuta keindahannya. Aku juga tak berhenti menghaturkan jutaan harap agar suatu saat cinta itu bisa kurasakan. Kemudian aku juga tak lupa mengucapkan terima kasih dan rasa syukur karena akhirnya Kau menganugerahiku seseorang untuk aku cintai dan mencintai aku. Nikmat yang tiada tara dari-Mu ya Tuhan, Penguasa langit dan Bumi.

Tuhan, aku seringkali mengadu kepada-Mu ketika kenyataan akan cinta tak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Tapi Engkau juga tahu kalau aku tak lantas menyalahkan-Mu. Aku tetap bersyukur, karena itu mengajarkan aku sesuatu, mengajarkan aku tentang hidup dan rasa sakit. Dan aku bersyukur pula karena dengan semua itu aku bisa sekuat ini, semua karena takdir dan titah-Mu Ya Rabb, penguasa hidup ini.

Ketika aku menangis, sesenggukan di hadapan-Mu karena aku kecewa akan sesuatu dikarenakan cinta yang tak tersampaikan, sesungguhnya aku malu wahai Tuhan. Aku merasa masih banyak nikmat yang telah Kau berikan yang seharusnya membuatku selalu tersenyum, bersyukur, dan menangis mengadu pada-Mu dalam limpahan nikmat selain perasaan patah hati. Tapi aku sadar Tuhan, aku hanya ingin mengadu, bercerita kepada-Mu bahwa aku kadang merasa kalah. Tak sanggup.

Engkau tidak pernah beranjak meninggalkanku walaupun aku seringkali mengeluh dan mengadu. Engkau dengan Bijak selalu memberiku kesadaran untuk bangkit dan berjalan kembali. Aku harap aku dituntun di jalan-Mu meskipun dalam kenyataannya aku selalu tergelincir dan berbelok. Selalu ya Tuhan, tapi aku bersyukur karena Engkau tidak pernah meninggalkanku walau sekejap.

Engkau selalu ada ketika aku butuhkan. Engkau dengan setia mendengarkan ocehan sakit hatiku yang disebabkan patah hati, dikhianati, diduakan. Engkau dengan setia mendengar semuanya, meski Engkau tidak langsung menjawabnya, tapi aku tahu kalau Engkau bekerja dengan cara yang tidak kumengerti, yang sering membuatku bertanya-tanya apakah Engkau serius mendengarkan dan menjawab keluh-kesahku.

Tuhan, aku tahu kalau Engkau masih bersedia mendengarkan keluhanku akan cinta. Aku mohon Tuhan, sekali lagi kali ini aku mengadu kepada-Mu. Aku bingung Tuhan, aku limbung. Aku merasa bahwa apa yang sudah aku lakukan selama dua bulan ini untuknya demi kebahagiaan kami ternyata sia-sia. Berulang kali dia melakukan kesalahan yang sama. Aku tidak mau mendahuli-Mu dengan tidak memaafkannya, karena memaafkan adalah ajaran-Mu. Tapi ketika dia berulang kali melukai hatiku, dan berharap pada akhirnya aku memaafkannya, aku tidak sanggup.

Aku sanggup memaafkannya, tapi tidak untuk bertahan dengannya lebih lama. Aku sudah cukup bersabar yang juga Engkau ajarkan, tapi aku sudah lelah. Mungkin sekarang saatnya aku untuk menyerah kembali. Menyerah pada cinta yang dari awal aku perjuangkan berkat kuasa-Mu, tapi tidak menyerah pada takdir-Mu, karena aku yakin akan ada skenario baru yang pastinya lebih baik yang telah Engkau persiapkan untukku.

Tuhan aku mohon ajarkan aku menjadi tegar. Dengan atau tanpa dia sekarang, aku tetap memiliki-Mu. Dzat yang hakiki, dimana cinta sejati sesungguhnya bisa kucari. Aku hanya mohon pada-Mu, izinkan aku mengecap kebahagiaan lagi, dan lagi. Sampai Mati.

Bandung , 22 Nopember 2008

Tidak ada komentar: