Halaman

Senin, 10 November 2008

Aku Bosan Hidup.......


Eits, jangan terprovokasi judulnya. Aku bosan hidup bukan berarti gue bosan hidup di dunia. Dunia masih sangat indah untuk dieksplorasi, masih banyak rintangan yang masih ingin ditaklukkan dan masih banyak cita yang masih harus diwijudkan. Sekedar membuat purna arti kehidupan gue di dunia. Belum lagi masih banyak “utang” yang belum terbayar, kebanyakan “utang” sama diri sendiri tapi yang paling utama “utang” sama keluarga gue, kedua orang tua gue. “Utang” membahagiakan mereka.

Lagian kalau gue bosan hidup di dunia, sombong amat yah?! Udah punya bekal apa gue buat hidup di akhirat. Ibadah aja masih gitu-gitu aja, secara konsisten masih terus dijalankan sih dan mudah-mudahan akan terus dijalankan sampai kapanpun. Tapi rasanya hanya berjalan di tempat, jarang ada motivasi untuk meningkatkan kualitasnya. Udah berasa semacam ritual, jadi hanya sebatas dilakukan tanpa mengerti arti essensial dari ibadah tersebut. Harusnya kalau ada kesadaran semacam ini, ibadahnya jadi ditingkatkan tapi biasanya tetep enggak. Maafkan aku ya Allah.

Terus..terus, kalau misalnya gue bukan bosan hidup di dunia lantas gue bosan hidup dimana? Dengan lantang, gue akan teriak kalau gue bosan hidup di Tangerang. Yes, Tangerang. Sorry Tangerang people, but i'm really not into your city. I really don't like and enjoy to live in Tangerang. Gue bukan cerita Tangerang daerah BSD, Lippo or Alam Sutera, itumah daerah elite. Mungkin nyaman tinggal disana, mungkin kali ya. Nggak tahu juga soalnya. Gue mau cerita daerah pinggirannya, kawasan industri dimana gue tinggal sekarang.

Dimana-mana kawasan industri pasti semrawut, tapi oh my God. I think this is the worst. Macet dimana-mana dengan truk-truk dan bis segede-gede dosa, angkot yang sembarangan dan seenaknya ditambah lagi motor yang kalau pagi dan sore tumpah ruah ribuan di jalanan. Tidaaaaaaaaaaaaak!!Itu juga berarti polusi ada dimana-mana. Udaranya udah nggak seger sama sekali. Belum lagi ditambah galian dan perbaikan jalan yang taip satu kilo pasti ada. Pokoknya setiap hari selalu dimulai dengan kemacetan.

Kalu macet sih seharusnya biasa ya, Jakarta juga macet, tapi disini diperparah sama gerah. Gerahnya ampun-ampunan, lagi mandi aja bisa lho keringetan. Jakarta juga gerah tapi masih bisa dinikmatin, summer di luar aja gerahnya masih bisa ditolelir. Tangerang mah panas banget. Mana nyari kosan yang ada AC nya juga susahnya setengah mati. Walhasil kipas angin selalu menghadap ke arah muka setiap gue tidur. Meski katanya itu kebiasaan jelek, tapi daripada tiap gue tidur berasa di sauna. Ya mau gimana lagi? Pokoknya geraaaaaaaaaaaaahhhh.......Bikin nggak betah.

Akhirnya gue cuman bisa menikmati semua keadaan ini. Macet dinikmati. Gerah dinikmati. Kosan nggak ada AC plus kamar mandinya di luar juga dinikmati. Tapi sampai kapan? Bisakah gue bertahan lebih lama?

Yuda : Cari-Kerja-Baru-Aja-Kali-Ya?

Tidak ada komentar: