Halaman

Jumat, 14 November 2008

Menggugat Mimpi


Mimpi itu bunga tidur, hanya semacam hiburan, tapi kalau mimpi itu datang berulang-ulang mungkin aku harus mulai membaca pertanda. Ketika mimpi tentang kamu muncul pertama kali, aku hanya menganggapnya sebagai intermezzo. Selingan sesaat. Tapi ketika muncul untuk yang kedua kali kemudian ketiga dan sampai kelima kalinya, aku lantas mencari jawaban atas pertanda yang mungkin akan tiba.

Kenapa kamu muncul dalam mimpi-mimpiku belakangan ini? padahal kamu bersama dengan kenangannya sudah aku kubur dari dulu. Kenapa kamu seakan menghantui melalui mimpi? Mengapa menunggang mimpi yang tak pasti? Semuanya hanya mengungkit cerita lama, meniti episode jaman dulu saat aku masih belum begitu mengerti, belum dewasa sepenuhnya.

Kamu dulu datang saat aku masih lugu, masih hijau sehijau Shreek. Kamu datang membawa pesona yang belum pernah kudapat sebelumnya. Meluluhlantakkan, seperti tornado yang memporakporandakan dinding hati. Aku terpesona, terperdaya kemudian jatuh cinta. Jatuh cinta padamu yang memberi getar asmara pertamaku dalam dunia yang ambigu. Kamu juga yang mengajarkanku apa itu cemburu. Aku sungguh jatuh cinta padamu saat itu.

Selain perasaan cinta dan cemburu, kamu juga mengajarkan apa itu sakit. Meninggalkanku dengan banyak pertanyaan dan langkah bimbang. Menanarkan setiap acuan yang kupijak. Kenangan itu semua sudah aku kubur, aku menutup pintu hatiku untukmu, sampai saat ini.

Datang melalui mimpi adalah sesuatu yang tidak kuharapkan darimu. Aku memang tidak menginginkan mu hadir dalam bentuk apapun, nyata ataupun ilusi. Mengingatmu hanya memaksaku berjalan mundur ke episode dulu. Memaksaku membuka kembali lembaran hitam saat aku mulai mengenal dan meniti duniaku yang baru. Aku mengugat mimpi yang menghadirkanmu.

Di mimpi itu kau datang memberiku sebuah kebimbangan, menawarkan kembali sebuah ikatan, sebuah titisan kepercayaan. Aneh. Dalam kehidupan nyata saja aku terus menghindarimu, apalagi dalam mimpi. Sesuatu yang untuk memikirkannya saja aku tak mampu, tak mau tepatnya.

Apakah ini memang caramu? Datang melalui mimpi agar aku tak lagi bisa menghindar, tak bisa bersembunyi. Tapi untuk apa? Masa itu sudah lama terkubur. Aku sekarang bisa berlari sendiri, tak tertatih-tatih seperti dulu saat baru mengenal dunia ambigu melalui perantaramu. Aku sudah tegar, juga berkat kamu. Ketegaanmu yang menjadikanku tegar, dan berkat ketegaan itu juga aku menjadi sadar bahwa dunia ambigu yang kutiti tidak seindah taman surgawi. Semuanya semu, semuanya abu-abu.

Aku mohon padamu, janganlah kau buat aku kembali mengenalmu ataupun mengenangmu! Aku sudah lelah. Mencoba menghilangkan episode dulu sudah teramat lelah, dan aku berhasil di akhir langkah. Janganlah kau koyak lagi! Kamu sudah tersimpan rapi di salah satu ruang di hatiku, yang pasti akan ku kenang suatu hari nanti, tapi tidak saat ini.

Tidak ada komentar: