Halaman

Sabtu, 21 Juni 2008

KUPON MAKAN

Buat sebagian besar temen-temen gue di kantor, pasti kupon makan cuman punya arti sebagai legalitas biar bisa ngantri di kantin pas makan siang. Nggak lebih. Tanpa kupon makan, pasti kita nggak bisa ambil jatah makan kita. Bisa sih, tapi musti pake acara nulis-nulis segala. Ribet.

Sebenernya kupon makan itu cuma secarik kertas berisi lima kotak. Tiap kotak berisi tulisan nama perusahaan, tanggal makan dan nama karyawan. So jangan sampe salah masukin kupon dengan tanggal yang salah ke kotak kupon. Bisa berabe. Carikan kupon itu dibagiakn hari senen, buat seminggu sampe jumat.

Buat gue, kupon makan punya arti lebih. Bukan sekedar tiket mengisi perut. Kupon makan buat gue jadi barometer penderitaan. Penderitaan gue masih lama gak yach? Kok bisa? Pasti banyak orang bingung, kok bisa penderitaan waktunya diukur dengan kupon makan. Segala sesuatu itu kan harus dimaksimalkan, diberi arti lebih, begitupun kupon makan. (Naon sih?).

Penderitaan apa sih yang dibicarain? Penderitaan dalam konteks bekerja. Bekerja terkadang menjadi rutinitas yang membosankan, membelenggu dan bikin stress. Kata apalagi yang bisa merangkum itu semua selain penderitaan.

Waktu penderitaan bisa gue ukur dari kupon makan. Semakin banyak kupon makan yang masih gue miliki, punya arti bahwa penderitaan gue masih panjang (dan laaaaamaaaaa…hehehehe). Tapi ketika hari demi hari kupon makan gue berkurang, artinya gue semakin dekat dengan gerbang kebebasan. Jumat malem dimana dapat dipastikan gerbang kebebasan terkuak lebar, gerbang kebebasan menuju liburan weekend di Bandung. Catet, di Bandung. My beloved city. Rehat sejenak dari rutinitas. Im so excited just thinking about that.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttt, dengan adegan slow motion gue mencoba mengingat dimana terakhir kali gue naro kupon makan itu. Gawat, kalo nggak ketemu besok bakal ada cerita nggak bisa makan siang. Aduh, dimana yah tuh kupon?

Alhamdulillah ketemu, nyelip. But wait……..SIALAN, kupon makan gue jumlahnya masih 4. Jum’at masih lama yach?

Tidak ada komentar: