Halaman

Minggu, 10 Agustus 2008

LOVE IS A BATTLEFIELD

LOVE IS A BATTLEFIELD
Orang bilang cinta itu adalah medan pertempuran meski tak diperlukan senjata ataupun tetesan darah. Cinta adalah medan pertempuran yang tidak dibutuhkan pemenang, karena dalam cinta tak ada istilah yang menang dan yang kalah. Yang ada adalah saling menerima untuk kemudian saling melengkapi.

Cinta adalah medan pertempuran dari dua ego. Ego dari dua orang yang saling mencintai, mengasihi dan menyayangi. Oleh karena itulah dalam cinta tak ada pemenang. Pertempuran dalam cinta pasti tidak dapat dihindari, menyatukan dua ego yang berbeda agar bisa selaras memang tidak mudah, tapi disitulah seninya. Seni pertempuran dalam cinta.

Menanggalkan ego pribadi untuk meleburkannya dengan ego orang lain agar menjadi rasa baru butuh usaha. Butuh pengorbanan. Tapi, bukankah setiap cinta membutuhkan pengorbanan. Cinta tak dapat ditegakkan apabila salah satu pendirinya tidak mau berkorban. Apabila hal itu terjadi mungkin cinta bisa menjadi medan pertempuran yang sesungguhnya.

Selain ego pribadi, cinta juga merupakan medan pertempuran untuk memerangi rasa cemburu, dan rasa posesif. Cemburu itu bukti cinta. Itu memang diakui, tapi haruskan setiap langkah yang diambil selalui dibumbui dengan rasa cemburu. Cinta tidak perlu diwujudkan dengan rasa seperti itu. Cemburu yang berlebihan justru akan memadamkan api cinta yang tengah berkobar. Cemburu tidak menjadi lagi bumbu tapi cemburu kemudian menjadi sumbu yang akan menyulut pertempuran dalam kasta bernama cinta.

Rasa memiliki sangat wajar dimiliki dalam cinta. You are mine and I am yours adalah sesuatu yang memang tak bisa dipungkiri dalam cinta. Kita akan berjalan dalam koridor cinta yang sama dengan rasa saling memiliki. Tapi apabila rasa saling memiliki itu kemudian berlebihan sehingga masing-masing pribadi tidak bisa lagi berjalan di lorongnya sendiri, maka itu bukan lagi cinta. Cinta tidak seperti itu. Cinta itu membebaskan. Membebaskan pasangannya untuk menjadi seseorang yang berkembang dengan caranya sendiri.

Cinta memang sebuah misteri. Apabila dipertahankan terlalu kuat, maka ia akan hilang. Meskipun tersisa, engkau hanya akan mendapatkan sebagian kecil dari dirinya. Tetapi ketika kau mempertahankannya dengan kelonggaran, dengan keleluasaan, maka ia akan bertahan dalam rengkuhanmu. Membuatmu nyaman dan tak tersiksa oleh rasa yang tak perlu. Rasa yang membelenggu.

Membebaskan cinta tidak berarti bahwa kita tidak berusaha, justru sebaliknya. Dengan membebaskan kita berusaha untuk mempertahankan cinta. Mematrinya agar tetapi bersemayam dalam kalbu, menjelma dalam setiap sendi tubuhmu dan mengalir dalam setiap urat nadimu. Cinta akan menjadi aroma nafas hidup dan matimu.

Cinta itu unik, dan karena keunikannya itulah maka kita harus pandai-pandai memaknainya. Cinta bisa membuatmu nyaman ketika kau maknai dengan cara yang benar, dengan perasaan yang membebaskan. Tetapi ketika kau memaknainya dengan caramu sendiri yang ambigu, maka cinta akan membuatmu tersiksa. Menjadikannya medan pertempuran yang sesungguhnya. Menjadikannya anomali di tengah perasaan nyaman yang dijanjikan sebuah kata bernama cinta.

Tidak ada komentar: