Halaman

Selasa, 08 April 2008

FAKING ORGASM

Mungkin udah mendarah daging di kultur budaya sunda kali yah kalo orang-orangnya seneng banget basa-basi dan berbohong demi kebaikan. Udah jadi semacam blue print DNA atau bawaan orok. Gue sebagai orang sunda tulen juga mengamini dan mengakui bener sama hal itu, meski kadang prilaku gue sering jauh bertentangan dengan prilaku orang sunda yang terkenal baik dan ramah. Seringnya mulut gue nggak bisa dibawa “nyunda” dalam artian ramah dan penuh basa-basi. Mulut gue nggak bisa dibawa kompromi, senengnya ngata-ngatain orang (sebagai pembenaran gue ngakuinnya sebagai bawaan orok, udah dari sananya). Tapi kalo soal berbohong demi kebaikan sih itu gue banget, semua kebohongan yang gue lakuin umumnya demi kebaikan, kebaikan gue sendiri maksudnya. Bisa masuk kategori white lies gak yah?

Balik lagi ke soal kultur budaya orang sunda yang sering basa-basi dan berbohong demi kebaikan, gue ngerasa kalo orang-orang itu seringnya kebablasan. Mereka nggak tau kapan mereka musti basa-basi dan berbohong demi kebaikan atau kapan mereka mustinya berterus terang. Untuk masalah yang sangat pribadi aja, yang harusnya dibicarakan dengan pasangan, keterusterangan sepertinya menjadi sesuatu yang mahal, yang apabila diutarakan justru akan menyinggung pasangan kita. Aduuuuuuhh, jadi bete nih sebagai orang sunda.

Tadi malem, temen gue, cewek, curhat. Dia bilang sebenernya dia udah sering banget ML sama pacarnya (gue nggak mau komentar soal yang ini, merasa nggak berhak aja), tapi dari sekian kali (atau sekian puluh kali, who knows?) dia nggak pernah ngerasain apa yang namanya orgasme. Biar pasangannya puas dan merasa nggak dikecewakan, temen cewek gue itu sering berpura-pura ngalamin orgasme. Faking orgasm. What? Gue langsung berasa meledak, pengen marah sama dia, untung gue masih bisa nahan diri karena kembali ngerasa nggak berhak. Gila yah untuk hal pribadi kayak orgasme aja musti berpura-pura, padahal kan itu bisa diselesaikan dengan komunikasi sama pasangan. Temen gue itu, gelarnya aja master tapi kelakuannya bodoh. (Upsss…Yuda, mind your words!)

Hubungan sex itu hubungan antara dua orang, jadi bukan cuma give aja tapi harus take and give. ML sama pecun aja take and give, dia ngasih servis, kita ngasih duit, masa sama pasangan kita (legal or not) nggak take and give. Rugi. Gimana caranya biar bisa take and give? Ya komunikasi donk, nggak haram kok kalo lagi ML sedikit ngobrol. Ya asal jangan ngobrolin banyaknya kasus gizi buruk atau langkanya gas elpiji di Bali aja. Bisa-bisa pasangannya turn off, sesuatu yang udah “berdiri” bisa jadi terkulai kembali. Dengan komunikasi, cewek-cewek nggak perlu lagi pura-pura orgasme kalo ML. Kenapa cewek-cewek? Karena orgasme di pihak cewek itu kadang nggak bisa dilihat sama pasangannya, beda sama cowok yang kalo orgasme jelas bener tandanya. Orgasme dipihak cewek juga sebenernya bisa dilihat tandanya, tapi sama pasangannya yang memang udah gape. Kalo gue sih pinter di teori doank, sumpah. Hehehehehe.

Komunikasi kayak apa sih yang bisa ngebikin kita atau pasangan kita nggak perlu pura-pura orgasme?

SATU
Orgasme itu bukan sesuatu yang instan, tapi sesuatu yang terjadi lantaran proses. So bilang sama pasangan kalo jangan langsung to the point, makan aja kan nggak langsung main course tapi pake appertizer dulu. Gitu juga ML, lakuin dulu foreplay biar lebih rileks. Kalo kita rileks dijamin deh faking orgasm bakal kita coret dari kamus kita.
DUA
Buat mengalami orgasme, cewek memerlukan waktu yang lebih lama dibanding cowok. Oleh sebab itu cewek butuh dirangsang lebih lama di tempat-tempat yang memang jadi G-Spot di tubuhnya. Bilang sama pasangan kalo kita senengnya dirangsang di bagian-bagian mana aja. Gimana menemukan G-Spot atau titik rangsang di tubuh kita? Itulah gunanya eksplorasi. Cobalah mengeksplorasi setiap senti tubuh kita atau pasangan kita, kita pasti akan menemukan titik-titik surga. Komunikasikan sama pasangan dimana titik-titik itu berada.
TIGA
Apabila salah satu dari pasangan ML telah mengalami orgasme sementara yang satunya belum maka bilang sama pasangannya kalo kita belum mencapai orgasme. Konsekuensinya minta dia buat mengulang kembali prosesnya alias masuk ronde kedua. Tapi ingat, istirahat dulu! ML itu kaya olah raga, bikin cape. Jadi dibutuhkan sedikit pengumpulan energi buat masuk ke ronde berikutnya. Dan jangan lupa gunakan lagi foreplay dan touching the G-Spot, posisi yang berbeda juga akan menghilangkan kejenuhan.
EMPAT
Jika kita sering ML dengan posisi yang itu-itu aja dan hasilnya sama yaitu nggak bisa orgasme, bilang sama pasangannya. Mungkin perlu dicoba posisi atau teknik-teknik baru (asal tidak melanggar perintah agama) yang memungkinkan dicapainya orgasme. Bereksperimen dalam hal posisi juga sah-sah saja apalagi kalau sudah resmi menjadi suami istri.

Orgasme bukan monopoli kaum cowok aja, oleh karena itu baik cowok maupun cewek memiliki hak yang sama buat ngalamin orgasme. Selalu berkomunikasi dengan pasangan akan menghindarkan kita dari kepura-puraan yang justru akan merugikan kita sendiri. Jangan jadikan kultur sebagai pembenaran dari kepura-puraan kita. Dengan keterbukaan semuanya dapat dinikmati bersama dan kedua belah pihak akan merasakan kenikmatan yang sama pula. Teruslah bereksplorasi dan memeperkaya pengetahuan kita.

Tidak ada komentar: