Halaman

Senin, 26 Oktober 2009

on the wedding day

Undangan itu masih saya pegang. Kertasnya sudah lusuh saking seringnya saya membuka dan menghempasnya ke lantai. Saya baca, saya hempas kemudian saya pungut lagi untuk dibaca. Mungkin saya sudah melakukannya puluhan bahkan ratusan kali sejak undangan itu sampai ke tangan saya.

“Saya ingin kamu datang. Saya ingin kamu menyaksikan hari sakral itu, hari dimana sebetulnya saya mengenyahkan satu mimpi, selamanya. Mimpi yang belum sempat saya perjuangkan, belum sempat juga saya inisiasi. Sayang, saya terlebih dahulu dibangunkan oleh keadaan. Waktu membangunkan paksa saya dari mimpi, sehingga saya harus kembali berjalan di lorong kenyataan” dia berkata sambil menyodorkan undangan berwarna ungu muda kehadapan saya.

Suasana kafe siang itu sangat ramai, tapi hati saya sepi. Air mata rasanya berebut minta dikeluarkan, tapi saya sekuat tenaga menahannya. Rasanya sudah cukup saya menangis, karena menangis ternyata tidak menerbangkan saya ke dimensi yang saya inginkan. Saya tetap menjadi saya, seseorang yang terpaksa mendengar hatinya robek. Sendirian. Saya kemudian menerima undangan itu dengan perasaan hampa, setengah sesak nafas.

“ Untuk apa saya datang? Kepentingannya apa saya harus menghadiri acara itu? Tak bisakah kamu meraba hati saya sejenak, memikirkan perasaan saya. Sudahlah, saya sudah berusaha ikhlas melepasmu. Jangan membebani saya lagi!” setengah berteriak saya mengucapkan kata-kata itu, untung saya masih sadar bahwa saya berada di tempat umum. Saya bangkit dan berlalu dari hadapannya.

“please…demi saya!” jelas saya masih bisa mendengar dia mengucapkan permohonannya.

Hari itu akhirnya tiba, hari pernikahan dia. Hari pernikahan seorang laki-laki yang pernah menjadi laki-laki saya. Seseorang yang memperkenalkan getar asmara pertama saya pada dunia abu-abu. Seseorang yang datang sebagai jawaban atas kegelisahan hidup saya yang anomali. Bersamanya kemudian saya mengecap bahagia, bersamanya saya menikmati sesuatu yang orang sebut dengan nista.

Saya memang datang hari itu, tapi saya tidak keluar dari dalam mobil. Saya hanya membuka jendela, mengamati dari jauh. Dia, lelaki yang pernah saya puja, dengan lancar mengucapkan ijab Kabul, menikahi dengan sah wanita yang telah dipilihkan orang tuanya. Dia, lelaki yang pernah membuat gambar hati di dada saya penuh mengembangkan senyum manisnya saat ratusan tamu undangan memberinya ucapan selamat dan seuntai doa. Saya melihatnya bahagia, saya bisa merasakannya.

Duhai kamu pengantin laki-laki, saya datang ke pernikahanmu. Menepati janji dan menamatkan kebahagian saya. Mungkin kamu tidak menyadari kalau saya datang, karena saya memang tidak berniat untuk menyambangimu secara langsung. Saya hanya mendoakan, semoga kamu berbahagia selamanya dengan wanita itu. Istrimu yang sah. Saya harap kamu tidak akan menoleh lagi ke belakang, biarlah kisah kamu dengan saya yang juga laki-laki berakhir sampai disini.

Saya menutup jendela mobil, kemudian menutup hati saya.

Note: sumpah, ini juga fiktif!!! Saya hanya sedang mengumpulkan serakan ide (baca: gila) dalam otak saya.

9 komentar:

Manusia Bodoh mengatakan...

Fiktif apa fiktif niyy?

Alil mengatakan...

hmm.. ceritanya rada related ya...

Ligx mengatakan...

sumpah mampus gw ketipu lagi, wkwkwkwk

tapi apis,, dalem deh ceritanya, berasa banget
hampir deh gw mewek-mewek lagi di kntor, hiks hiks..

Apisindica mengatakan...

@manusia: kalo kata orang sunda: sumaph ini mah piktip!!!!

@alil: nggak maksud lho, cuman kebetulan aja kali!

@LigX: tertipu bagian mananya sis?!
Jangan nagis-nangis lagi atuh, kan sekarang dah ada pacar baru....masih utang cerita yah sama gw!

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

hehe.. kirain kisah nyata, ternyata piktip lagi..
tapi beneran bro, dalem neh critanya.. dan bukan tdk mungkin nih cerita pernah ato bakal jadi nyata, buatku ato buat temen-temen yg lain..
eniwei, sedih bacanya.. ;(

Apisindica mengatakan...

@pohon: jangan sedih-sedih ah, tujuaanya buat menghibur kok bukan buat bikin sedih. hehehe. Semangat!!!

Ms. Grey mengatakan...

Bencoooooonggggggggg, gw udah ampir nangis neh bacanya...
Ternyata....
Teganya Apis...

Apisindica mengatakan...

@grey: hihihihihi. Tertipuuuuuuu....weks!

The Insider mengatakan...

Kirain beneran ?!!! ketipu gue...