Halaman

Minggu, 04 Oktober 2009

Je (Part 1)

Sebut saja dia Je. Orang-orang memanggilnya begitu. Saya mengenalnya ketika masih menggunakan pakaian putih abu. Kami tidak satu sekolahan, tapi ada satu event yang membuat kami menjadi begitu dekat. Selayaknya sahabat karib yang sudah berteman sedari kecil, padahal kami baru bertemu beberapa hari sebelum kami pergi ke Negara itu untuk pertukaran pelajar. Iya, dia memilih Negara yang sama dengan saya.

Je orangnya spontan, beda dengan saya yang berbelit-belit dan terlalu banyak mikir. Dengan kespontanannya itu dia menjadi sangat supel. Saya yang seringnya mengalami sedikit kesulitan ketika masuk ke dalam lingkungan baru, merasa diuntungkan dengan kesupelannya itu. Memudahkan semua akses.

Di Negara itu saya dan Je menjadi sangat akrab, mungkin karena sama-sama orang asing. Merasa didekatkan oleh situasi. Saya juga menjadi semakin mengenal kepribadiannya sekaligus semua sisi gelapnya. Iya, dia tidak sungkan menceritakan semua detail kehidupannya kepada saya, bahkan dia membuat suatu pengakuan yang katanya baru dia sharing hanya dengan saya. Saya hanya berusaha menjadi pendengar yang baik , tidak berusaha menghakimi karena saya tidak dalam kapasitas itu.

Balik ke Indo, tidak membuat persahabatan kami luntur. Kerap kali kami jalan-jalan berdua sekedar menghabiskan malam. Sampai suatu ketika dia bilang sayang sama saya. Sayang yang bukan sekedar sahabat. Saya bingung saat itu, bukan karena saya tidak menyayanginya, tapi saat itu saya belum memilih. Memilih pelataran mana yang mau saya lewati. Saya bilang saya belum bisa. Sebetulnya saya belum berani.

Pernah suatu kali, kami nonton konser Kla Project. Di tengah konser, Katon memberi kesempatan buat penonton yang berani naik ke panggung dan merequest langsung lagu yang ingin dinyanyikan Kla. Je tanpa banyak bicara, langsung naik ke panggung. Saya masih ingat semua kata-katanya sampai sekarang. Je bilang : “ saya minta Kla menyanyikan lagu Semoga. Saya persembahkan lagu itu untuk seseorang yang saya sayangi dan datang bersama saya malam ini. Saya akan berjuang untuk mendapatkan cinta kamu. Semoga saya tidak pernah lelah untuk memperjuangkan rasa itu. Ya, semoga”

Tepuk tangan penonton membahana, sementara saya mengigil. Tapi hati saya hangat. Entah kenapa.

Selepas SMA, Je dibawa pindah oleh keluarganya ke Canada. Ayahnya ditugaskan disana. Menjelang kepergiannya, Je jadi sulit ditemui. Je sering menghindar dari saya. Kesibukan saya mempersiapkan kuliahpun sedikit banyak menyita waktu, jadi pikiran tentang Je teralihkan begitu saja. Bahkan di hari kepergiannya, saya tidak lantas bisa bertemu dan menghubungi Je. Dia masih menghindar. Saya hanya mendapatkan secarik kertas yang dititipkan Je pada pembatu saya. Je menulis “ Maaf, bukannya saya menghindar tapi saya hanya merasa tidak sanggup. Suatu saat saya akan kembali, walau saya tidak tahu untuk apa”.

Semenjak itu saya tidak pernah mendengar kabar lagi tentang Je. Saya hanya yakin bahwa disana dia akan baik-baik saja. Kepribadiannya akan membuat dia mudah diterima dimanapun dia berada. Saya kemudian beranjak, menjalani hidup saya sendiri. Mengakhiri kisah tentang Je.

10 tahun berlalu, saya sempat lupa kalau pernah memiliki sahabat seperti Je. Tak ada kabar darinya, membuat saya memetikan kenangan tentang dia. Sampai lebaran kemarin.

Di hari lebaran kedua, saya mendapatkan tamu yang awalnya tidak saya kenal. Tapi ketika saya melihat matanya, saya kenal betul siapa dia. Saya masih melihat telaga itu di matanya, telaga yang pernah membuat saya tenggelam dalam keindahan riaknya. Dia Je, cinta pertama saya. Orang pertama yang mengenalkan saya pada getar bernama asmara.

14 komentar:

M. mengatakan...

aduh Apis bikin trenyuh aja

Manusia Bodoh mengatakan...

Aduh.... *jealous*

Semoga!!!
*ngarep sendirian*

Apisindica mengatakan...

@M: hehehehe. mungkin cara penyampaiannya yang bikin terenyuh yah? ceritanya kan biasa ajah. ;)

@manusia bodoh: jangan jealous dan jangan berhenti berharap. Semua juga akan tiba, kalo waktunya udah tiba. hehehehe.

Iya, semoga kebahagiaan menyambangimu. segera.

Zhou Yu mengatakan...

O, jadi ini ta yang waktu itu. Alamat CLBK ni, pis....

Apisindica mengatakan...

@zhou yu: iya ini yang waktu itu gw tulis di twitter. Hehehe
Clbk? Gak mungkinlah, dia udah punya pacar!

Lolly mengatakan...

ceritanya bagus. Tapi kok bikin feeling blue. :)
Lanjutannya di tunggu ya?
Oh..barusan aku mau nanya clbk apa engga..rupanya dia uda punya pacar toh..
kamu gimana? masih ada feeling2 gitu?

BoewatChat mengatakan...

Kalo memang masih sama2 suka, why not atuh pis... :)

Apisindica mengatakan...

@Lolly: makasih Lolly. Iyah, cerita selanjutnya lagi di garap. Mudah-mudahan bisa segera dirilis. hehehehe. udah gak ada feeling, udah biasa banget!

@boewatchat: masalahnya rasa suka itu sudah mengendap dari jaman kapan tau Oom. sekarang udah kayak bertemu teman lama. lama bangeeeeet!

Ligx mengatakan...

Syapa tuh Je?
jngan2 dia masih menunggumu lho, wkwkwkkw

BrenciA KerenS mengatakan...

trus dia kabarnya gimana? masih mengahrapkan dirimu jadi kekasihnya..??

Apisindica mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Apisindica mengatakan...

@LigX: kan udah dibilang je itu cinta pertama gw! Gak lah dia gak nunggu gw kok...

@brencia: kabar dia baik-baik aja tuh. Hehehehe.nggak mba, dia udah nggak ngarepin gw kok. Dia udah punya pacar..

menjadimanusia mengatakan...

bentar... jenis kelaminnya Je apa nih?

Apisindica mengatakan...

@days: should i still mention about it? huahahahahaha