Halaman

Senin, 06 Oktober 2008

MY MOM WORRIES


Apa sih yang menjadi kebahagiaan seorang anak selain menyenangkan hati orang tuanya? Tentu itu merupakan tujuan akhir dari setiap kehidupan anak manusia. Membahagiaan kedua orang tuanya.

Dulu waktu gue masih kecil, nyokap gue selalu bilang bahwa dengan gue menjadi anak yang penurut, nggak maksa pengen itu-pengen ini, rajin sekolah, rajin ngaji, itu udah menyenangkan hati dia. Terus waktu gue beranjak remaja, nyokap bilang lagi bahwa hal yang bisa membuatnya bahagia adalah melihat gue berprestasi di semua bidang. Tak perlu piala sebagai legitimasi katanya, cukup dengan menunjukkan sikap bahwa kita memang berprestasi itu sudah lebih dari cukup.

Waktu remaja itu gue mati-matian pengen berprestasi di semua bidang yang gue gelutin. Tak lain hanya ingin membuat senang hati nyokap gue, setidaknya bangga. Gue bersyukur bahwa semua keinginan nyokap gue itu nggak gue jadiin beban, karena kalau jadi beban justru akan menberatkan langkah gue untuk mencapai apa yang gue inginkan. Biasanya dengan memiliki beban seperti itu, banyak orang tua yang justru kehilangan anaknya. Anaknya kabur, lari dari rumah, karena merasa bahwa orang tuanya terlalu memaksakan kehendak. Memberi tangung jawab yang memang nggak ingin mereka pikul. Alhamdulillah gue nggak berlaku seperti itu, setidaknya gue punya pelarian cara gue sendiri.

Menjadi dewasa. Itu yang sekarang gue inginkan. Seringkali gue ngerasa bahwa sebenarnya gue hanyalah anak kecil, dan selalu kecil yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa. Kekanak-kanakan adalah sifat yang membuatku ketagihan. Entah kenapa pikiran ini nggak pernah mau dibawa dewasa. Melihat sesuatu hanya dari sisi kegembiraan, nggak mau susah, egois, senang-senang, hura-hura. Menjadi dewasa mungkin itu yang diharapkan nyokap gue sekarang. Nyokap gue nggak perlu ngomong, gue udah tahu.

Kemaren di malam lebaran, waktu gue sama nyokap gue ngobrol santai di dapur, nyokap gue bilang. Kalau sikap gue gini terus apalagi soal kerjaan yang selalu pengen pindah-pindah, kapan hidup gue bisa mantap. Katanya lagi kalau hidup gue nggak mantap, nyokap gue itu sedih. Memang katanya semua yang dia dan bokap gue lakuin selama ini, banting tulang, kerja dari pagi sampai pagi lagi, semuanya buat gue sama adek gue. Tapi buat apa kekayaan yang dimiliki sekarang kalau ternyata tidak bisa mengantarkan gue ke gerbang kehidupan yang lebih baik.

Nangis, gue bener-bener nangis denger nyokap gue bilang gitu. Air mata rasanya nggak menjadi jawaban atas permintaan nyokap gue itu. Hati gue perih menerima kenyataan bahwa sepertinya masih ada kebahagiaan yang belom gue berikan sama nyokap gue. Gue tahu nyokap gue secara materi mampu, lebih dari mampu malah. Tapi akankah gue selalu bergantung sama dia? Sampai kapan? Hidup itu siklus, dan siap tidak siap gue akan kehilangan dia suatu waktu. Mungkin memberi kebahagiaan buat dia dengan kemantapan hidup akan lebih memberi arti yang lebih dalam hidup gue.

Mom, you know that I love you so much more than anything in this world. I’m so sorry for making you worries with my unstable live. I’ll try my best to make you proud for having a son like me. Thaks for always being there. Being a best mom, best friend and best companion. All the romantic words wouldn’t be able to express the love that I have for you. Just look inside and you would understand.

Tidak ada komentar: