Halaman

Rabu, 15 Oktober 2008

MENYIKAPI KETAKUTAN



Semalem temennya temen sms gue, di tengah malem buta ketika mata berasa di-lem karena seharian nongkrongin mikroskop ngeliatin bakteri yang mau gue identifikasi. Sebenernya bisa aja sms itu nggak gue buka, tapi takutnya dari pacar gue. Dia hobinya sms atau telpon gue tengah malem, sekedar nemenin dia dijemput kantuk padahal kantuk dah hinggap di mata gue dari beberapa jam sebelumnya. Demi cinta. Wait...Cinta apa bodoh yah?

Temennya temen itu sms cuman untuk ngasih semacam pertanyaan yang katanya harus dijawab. Nggak boleh nggak. Katanya lagi dari jawaban gue itu dia bisa nganalisis kepribadian gue. Aduh, tes kepribadian kok tengah malem buta, memangnya nggak bisa besok pagi atau siangan ya? Toh kepribadian gue nggak akan berubah saat pagi, siang, malem bahkan subuh. Gue tetap gue yang seperti sekarang ini. Terkadang menyenangkan, banyakkan menyebalkan. Maaf, it runs on my blood.

Pertanyaan sederhana, tapi susah jawabnya. Kayak dulu waktu jaman kuliah pas ada ujian advanced molecular biology yang open book. Pertanyaannya simple tapi nyari jawabannya yang susah. Di diktat yang lebih tebel dari daftar dosa gue aja, tuh jawaban kagak ada makanya nampak useless bawa buku tebel-tebel. Menyebalkan. Kok jadi ngomongin jaman kuliah, kangeeeeeeeeeen!!!!!

Pertanyaan sederhananya adalah : “Apa yang akan kamu lakukan ketika kamu merasa ketakutan?”

Mungkin buat sebagian orang, jawabnya mudah banget. Tapi buat gue jawabannya agak susah soalnya sepanjang hidup ini kayaknya gue banyak dihantui dengan ketakutan. Takut akan banyak hal, takut untuk bergerak, takut kehilangan, takut ditinggalkan dan lebih parah takut sendirian. Makanya ketika gue merasa ketakutan, gue akan mengambil beberapa alternatif berikut :

1.Berdoa sama Tuhan. Berharap Tuhan bisa menghilangkan ketakutan gue dengan segera. Sayang doa tidak selalu berefek instan. Tuhan mendengar, tapi Tuhan menunggu. Menunggu gue berdoa lebih kerap, mengingat-Nya lebih sering, mengadu lebih intens, dan menyambangi-Nya setiap saat, bahkan saat gue tidak sedang ketakutan.

2.Berlari. Berlari karena sedang ketakutan adalah suatu hal yang paling wajar. Paling lumrah. Semacam pengingkaran diri. Tapi sampai kapan kita akan terus berlari? Itu tidak akan menyelesaikan masalah karena ketakutan itu tidak hilang, tapi justru akan mengikutimu kemanapun kamu berlari.

3.Menghadapinya secara ksatria. Menghadapi ketakutan dengan keberanian mungkin hal yang paling sering harus dilakukan. Berharap dengan menantang ketakutan itu, ketakutan bisa sirna. Melatih dan membiasakan diri kita menjadi lebih kuat agar mampu menghadapi ketakutan apapun, dimanapun.

4.Menghubungi seseorang. Berbagi ketakutan dengan orang lain mungkin tidak akan menghilangkan ketakutan itu, tapi pasti mengurangi kadarnya. Setidaknya ada seseorang yang tahu kalau kita sedang ketakutan. Berharap dia akan meminjamkan selimut keberaniannya untuk sesaat. Mudah-mudahan keberaniannya sedikit menular.

5.Diam dan berfikir. Dengan diam kita akan lebih konsentrasi dalam berfikir kenapa ketakutan itu bisa muncul. Kenapa ketakutan itu senantisa menghantui kita, dan bagaimana lepas dari kungkungan ketakutan tersebut. Kadangkala dengan diam ketakutan itu akan lenyap dengan sendirinya.

Ketakutan memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia di dimensi manapun, menghadapinya adalah sesuatu yang PALING masuk akal untuk dilakukan. So face it! Ketakutan akan membuat kita menjadi manusia seutuhnya karena dengan takut kita akan bertindak jauh lebih hati-hati dan bijaksana.

Tidak ada dalam hidup ini yang jauh lebih indah selain cinta dan berlaku bijaksana.

Tidak ada komentar: