Halaman

Kamis, 17 Maret 2011

Kembalilah

Aku tidak ingin bersaing dengan Tuhan.

Bagaimanapun aku akan kalah bersaing. Kalaupun aku tetap bertahan maka tidak akan membawa kebaikan bagi kamu dan bagi aku. Bagi kita. Karenanya aku memilih untuk mundur. Menanggalkan semua kenyamanan yang beberapa waktu lalu pernah kita lalui atas nama sebuah kebersamaan.

Aku tidak bisa memaksakan, sepenuhnya adalah hakmu untuk tidak percaya pada Tuhan. Bukan urusanku kalau kemudian kamu tidak mau menjalankan ritual yang disebut dengan ibadah. Sepenuhnya adalah urusanmu dengan Tuhan, karena masalah ganjaran dan dosa aku tahu kamu sudah memahaminya. Kamu pasti sangat sadar dengan konsekuensinya ketika memutuskan untuk berhenti melakukan penghambaan seperti yang telah agamamu ajarkan.

Tapi ketika ternyata aku ada di salah satu alasanmu untuk meninggalkan ibadah, aku sedikit terusik. Memang mungkin apa yang sempat kita jalani berada pada lintasan yang tidak benar, tapi itu bukan alasan untuk menghentikan semua hubungan vertikal dengan Tuhan. Jangan kemudian berfikir bahwa ibadahmu tidak akan mendapat penilaian karena apa yang kita jalankan. Biarkan Tuhan yang menentukan dan menilai. Tidak pernah ada yang tahu mengenai sudut pandang Tuhan terhadap hambanya. Dan Tuhan tidak zhalim seperti kebanyakan manusia. Jadi kenapa harus membuat standar nilai sendiri?

Bolehlah kamu sebut aku munafik. Melaksanakan ibadah dan perbuatan dosa dalam waktu yang bersamaan. Mengkhinati kepercayaan Tuhan dengan melakukan dosa secara terang-terangan dan kemudian bersujud hanya semata karena kewajiban. Silahkan melabeli aku sepuasmu, tapi jangan melabeli Tuhan. Aku menjalankan apa yang aku yakini, kalaupun dalam perjalannya ternyata aku melalui lintasan yang keliru maka aku anggap itu adalah suratan. Sesuatu yang tidak kuasa untuk aku tolak jalan ceritanya.

Aku memang ambigu, tapi ditengah keambiguanku aku hanya ingin menjalani apa yang sudah dituliskan. Mengikuti perjanjian yang mungkin sudah Tuhan dan arwahku tandatangani sebelum aku mengenal apa itu kehidupan. Tidak lagi banyak pertanyaan yang akan terlontar, karena masa-masa itu sudah aku lewati dengan jawaban yang ternyata masih mengambang. Aku hanya ingin menjalani, kemudian meyakini bahwa Tuhan tahu yang terbaik buat aku. Hambanya.

Maaf kalau kemudian aku beringsut mundur karena seperti sudah aku bilang, aku tidak ingin bersaing dengan Tuhan. Aku tidak ingin hubungan yang kita jalankan kemudian membuatmu berfikir untuk menjauh dari Tuhan. Jangan jadikan aku opsi pilihan ketika kamu ternyata menyertakan Tuhan pada opsi yang lainnya. Tidak setara aku disandingkan dengan Tuhan, apalagi kemudian kamu memutuskan memilih aku dan menganulir keberadaan Tuhan.

Aku tidak ingin hubungan kita membuatmu semakin tidak mengenal Tuhan. Dan apabila cara satu-satunya untuk menyadarkanmu dan kembali pada Tuhan adalah dengan mengakhiri apa yang pernah kita sepakati, maka aku memutuskan untuk mundur. Menterminasi perasaan yang sebetulnya masih bisa untuk ditata dan diperjuangkan.

Kembalilah pada jalan Tuhan, niscaya kamu akan mendapatkan kebahagiaan seperti apa yang telah Tuhan janjikan.

Apisindica - Untuk memahami postingan ini diperlukan membaca sebanyak: 1-2 kali

4 komentar:

Enno mengatakan...

wah bener tu yud... jgn sampe kita jd alasan seseorg utk ninggalin ibadahnya....

itu bikin kita ikut berdosa juga

:)

Apisindica mengatakan...

@mba enno: itulah sebabnya saya memilih mundur.

Cinta tidak boleh membuat kita egois, apalagi terhadap Tuhan.

:)

Anonim mengatakan...

nice justification............

Apisindica mengatakan...

@anonim: thanks! (seperti saya tahu siap kamu)