Halaman

Senin, 07 Desember 2009

Tentang Rokok dan Cemburu

Dari awal aku sudah bilang kalau aku tidak merasa keberatan dengan kebiasaanmu merokok. Aku mengerti kalau jauh sebelum kamu mengenalku, kamu sudah memulainya. Jadi sekali lagi aku bilang kalau aku tidak akan pernah melarangmu untuk merokok. Aku tidak punya hak lebih juga untuk itu, aku hanya berstatus seseorang yang sedang dekat. Hanya itu.

Aku bukan hanya tidak akan melarangmu merokok, aku juga mau berkompromi dengan kebiasaanmu itu. Kamu ingat betapa seringnya aku ngomel karena kepanasan di dalam mobil hanya karena kamu membuka jendela dan mematikan AC. Hanya untuk merokok. Aku hanya ngomel, tapi tidak lantas memintamu berhenti. Kenapa? Karena aku mengenalmu sudah satu paket, dan aku mau menerima paket itu. Lengkap.

Tapi ketika kemarin kita ngobrol panjang di salah satu gerai kopi, ngobrol tentang segala hal yang tidak melulu soal hati. Ketika cuaca sangat bersahabat karena tidak mencurahkan hujan dan angin yang selalu berhembus sehingga kita memilih duduk di luar beratapkan pekat, aku baru sadar kalau kamu bisa merokok sebanyak itu. Rasanya tak henti-hentinya kamu membakar dan mengisapnya kemudian menjatuhkan abunya ke dalam asbak. Berulang-ulang seperti itu meski topik yang kita bicarakan selalu berubah-ubah.

Aku mulai khawatir. Aku mengkhawatirkan kesehatanmu. Aku tahu, mungkin kamu sudah sangat tidak peduli dengan itu, dengan kesehatanmu. Karena seperti kamu sering bilang dalam argumenmu, kalau kamu imbangi kebiasaanmu itu dengan olah raga. Aku juga tahu, sesering apa kamu mendatangi fitness centre untuk membentuk tubuhmu atau menurut alasanmu untuk mengimbangi kebiasaanmu merokok. Tapi semuanya tidak bekerja seperti itu, tidak lantas racun-racun rokok itu menghilang karena kamu berolah raga seperti orang gila. Aku hanya khawatir.

Cemburu. Kamu juga sering bilang kalau aku hanya cemburu. Bukan cemburu karena aku tidak merokok, karena aku memang tidak ingin. Tapi menurutmu aku cemburu terhadap rokok-rokok itu karena kamu pikir aku selalu complain tentang tidak didengarkan ketika ngobrol dengan kamu hanya karena kamu yang sedang merokok. Bukan begitu, tapi kadang kamu memang seperti terisolir dengan asap-asap itu ketimbang mendengarkan aku ngomong. Tapi balik lagi ke paket tadi. Aku mengenalmu ketika paket lengkapnya sudah terbungkus, jadi tidak ada gunanya untuk banyak protes.

Aku hanya minta cobalah dikurangi sedikit demi sedikit. Kalau tidak bisa diberhentikan, ya dikurangi. Tapi jangan karena aku karena seperti sering aku bilang langsung padamu, aku tidak keberatan tentang kebiasaanmu itu. Aku hanya ingin kamu lebih memikirkan kesehatanmu di masa yang akan datang. Siapa tahu kita ada jalan untuk terus beriringan, dan aku tidak mau melihatmu sakit-sakitan karena dampak jangka panjang dari kebiasaanmu itu.

Aku hanya berusaha peduli, tidak cemburu seperti yang kamu pikir.

22 komentar:

Ikut Bahagia (Akhirnya Laku Juga) mengatakan...

aw aw aw, ada paket baru yahhhh.....ditunggu traktirannya loh ;)

Ligx mengatakan...

susah emang buat berhenti merokok, harus dari diri sendiri.. kalaupun udah ada mulai gejala sakit gara-gara merokok itu belum tentu bisa merubah kebiasaan itu.. hiks
*lagi senasib sama apis, menghadapi perokok berat*

menjadimanusia mengatakan...

mau dunk dipaketin barang barunya... hahahaha

Apisindica mengatakan...

@lucky: baru paket di depan pintu, belum berani dibawa masuk. takutnya cuman paket hiasan!

@ligx: aw..aw..kita senasib toh??! Susah ya ngadepin perokok!!

@Days: nanti gw paketin ke elu yah. Via santa claus pas malam natal. huahahahaha

Ginko mengatakan...

Tiap dia mau merokok digunting aja rokoknya hoho.

Poppus mengatakan...

ow ow oooow ada kabar baru yang harus gw tanya lebih lanjut niiih hjihih *naluri biang gosip*. PM aaaah

Apisindica mengatakan...

@ginko: takut, kalo dia kalap terus ngapa-ngapain gw gimana? hahahahaha

@brokoli: darleeeng, belom. Inimah baru paket yang belum bisa dibuka. Masih harus dites keberlanjutannya.

Bedjo mengatakan...

Yaela.... Baru terima paket baru ta ini... wadoh wadoh....

Apisindica mengatakan...

@bedjo: hahaha, belom. Baru nyoba ngeluarin dari display-nya, dibalikin ke display-nya tapi. Belum berani buka paketnya.

-Gek- mengatakan...

Kalo gituuu.. disembunyiin aja kali rokoknya.., gimana?
;)

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

memang, kebiasaan merokok susah sekali iilangin bro.. tapi ada baiknya dikurangin dikit2, seperti yg sdh disampaekan ke dia.. hehe..

betewe, di postingku Tell me what you read.. ada tugas buatmu bro.. semoga bisa dikerjakan & tidak mengganggu kesibukanmu ya bro.. :)

Apisindica mengatakan...

@Gek: memangnya anak kecil...ketika saya sembunyikan, dia pasti dengan mudah bisa membelinya lagi dan lagi. Diborong sama pabriknya mungkin! hehehe

@pohon: ya semoga dia bisa menguranginya sedikit demi sedikit. Demi dia juga kan sebenernya.

Dooh tugasnya agak-agak berat. nanti yah dikerjakan kalau waktunya sedikit luang. Akhir tahun selalu dikejar2 laporan. hehehe

Ms. Grey mengatakan...

Cuit cuit... kayaknya bentar lagi ada yg merayakan Tahun Baru dng Pacar baru neh.

Suruh ngerokok yg lain aja Pis. Ato bilang kalo dia berenti ngerokok, lo kasih dia hadiah.

arik mengatakan...

Ninggalin rokok emang sulit. mending ditinggal pacar daripada ditinggal rokok.

Apisindica mengatakan...

@Grey: belom pacar taooo, masih seseorang dalam kotak hadiah yang belum berani gw buka. Takutnya isinya hanya berupa kejutan sesaat. hahahaha.

Ngerokok yang lain? cerutu maksud lo. Hihihi. dooh, kayak anak kecil aja pake dikasih rewards segala. takut ah, takut minta yang nggak-nggak. ;)

Apisindica mengatakan...

@arik: masa sih mas arik? lebih milih ditinggal pacar daripada ninggalin rokok yah? Nah kalo gitu apalagi gw yang bukan siapa-siapa yah? pasti dengan ikhlas ditinggalkan ketimbang meninggalkan rokoknya itu. Waaahhhh..... ;)

Ginko mengatakan...

@ginko: takut, kalo dia kalap terus ngapa-ngapain gw gimana? hahahahaha

Uuuhhmm whokay haha.

Kalau nggak, print semua gambar hasil penyakit akibat merokok. Tempel di dinding kamarnya, di kamar mandinya, print di kaosnya, celana dalamnya... everywhere! Berikan satu gambar setiap dia mau merokok sambil ngomong "Sayang... kamu mau kayak begini?"

Apisindica mengatakan...

@ginko: aduh, berasa lagi kuliah praktek penyuluhan kesehatan. Bedanya gak pake kata "sayang". hehehe

Apapun itu, gw tetep ngingetin dia buat mengurangi kebiasaannya kok meski nggak ekstrim. Makasih buat saran-sarannya yan Ginko!

lucky mengatakan...

Gw suka banget komennya si Grey: suruh ngrokok yang laen aja!!!!!.

makanya apis cepetlah dia diberi alternatif laen buat diisep-isep

Apisindica mengatakan...

@Lucky: astagpirulloh....lo bener-bener yah!!! Nggak gw banget deh!

Alil mengatakan...

setuju...
berikan opsi lain untuk di hisap....

aduuhhh senengnya dah dapet lagiii...

tapi paketannya ngga seru...
masa ciuman harus nyium asbak..?

Apisindica mengatakan...

@alil: ntar aku kasih opsi ngisep jempol aja deh. Huahahaha.

belom, bukaaaaan. Ini masih paketan depan pintu. belom dibuka baru ditimang-timang. ;)

nyium asbak? kayaknya rasanya kemaren bukan tuh. Huahahaha. becandaaaaa......