Halaman

Rabu, 02 Desember 2009

He's Getting Married

Pagi belum juga berdiri dengan sempurna ketika Mami membangunkan saya hari itu. Rumput di halaman mungkin baru saja purna melakukan gutasi, tapi goncangan di badan saya mau tidak mau memaksa saya untuk membuka mata. Berat. Apalagi saya baru saja terlelap sesaat, kehidupan malam bersama teman-teman jaman kuliah selesai dikecap ketika jarum jam sudah sangat condong ke arah kanan.

“Papi, ngajak nyari sarapan tuh. Ayo bangun!”

“Harus yah Mi? Aku masih ngantuk, lagian belom laper juga. Aku ngak ikut aja ya!” Setengah sadar saya bergumam.

“Eh, ayo bangun! Kasian Papi, udah lama nggak jalan bareng sama kamu kan? Sekali-kali sarapan di luar bareng kayak dulu”

“Tapi aku nggak mau nyetir yah! Ngantuk” saya merajuk manja.

Saya duduk di belakang, sementara Mami dan Papi di depan. Saya teringat jaman dulu, ketika saya masih kecil. Apis kecil senang sekali melihat-lihat dari balik jendela mobil sambil bertanya apa ini dan apa itu, berceloteh tentang hampir semua yang dilihatnya. Mengomentari orang-orang yang lalu lalang di luaran.

Pagi itu saya juga melakukan hal yang sama. Menatap ke luar jendela, mengamati kesibukan orang di luar. Bedanya saya tidak lagi mengeluarkan komentar melalui lisan, meskipun hati saya sibuk berbicara ini dan itu, pikiran saya menganalisis bagaimana dan apabila. Saya sangat suka menatap keluar jendela, apalagi ketika hujan baru saja reda dan meninggalkan jejak basah. Rasanya nyaman.

“Gimana kehidupan cinta kamu? Lagi dekat dengan siapa sekarang?” Pertanyaan Papi seketika membuyarkan lamunan saya. Merenggut paksa imagi yang sedari tadi berputar-putar di dalam kepala. Tiba-tiba saya menjadi sangat tidak berminat pada semesta, rasanya ingin menghilang atau menghindar. Pertanyaan yang lagi-lagi merusak bagain kokhlea telinga saya. Mengiritasi. Saya tidak suka pertanyaan tentang itu, dan Papi tahu. Tapi kenapa pagi ini tiba-tiba Papi mempertanyakannya lagi.

“Papi tahu kamu tidak pernah sendirian, Papi juga tahu kalau kamu bahagia dengan status kamu yang sekarang, entah itu punya pacar atau nggak. Papi tahu prioritas kamu, dan buat Papi itu nggak masalah. Maksud Papi, karena kamu selalu bilang ingin mengambil S3 dulu dan baru menata hidup sambil jalan sekolah, yang artinya juga masih agak lama. Kamu keberatan nggak kalau misalnya si Embrot nikah duluan?”

“Hah? Tapi nggak berarti kalau pacarnya si Embrot itu hamil duluan kan?” Pertanyaan bodoh memang. Tapi terlontar secara spontan begitu saja. Reaksi dari sedikit keterkejutan, yang mungkin dirasa berlebihan.

“Ya nggak lah! Kamu ini kalau ngomong kok sembarangan” Mami menimpali. “Kalau kamu setuju, mungkin lamarannya awal tahun depan dan nikahannya bisa jadi tengah atau akhir tahun”

“Ya apa urusannya aku pake nggak setuju segala. Aku malah senang banget, ada yang bisa ngasih Mami sama Papi cucu lebih cepat. Beban aku sedikit berkurang” Saya tertawa ditengah perasaan lega, lucu,dan senang. Saya kemudian mengalihkan pandangan lagi ke luar jendela. Orang-orang masih sibuk lalu-lalang, basah hujan masih menyisakan tapak di jalanan.

Si Embrot, yang sekarang sudah tidak Embrot lagi, yang malah dengan nggak sopan badannya “jadi” dan lebih bagus dari saya, mengambil langkah yang jauh lebih berani. Berniat menyelesaikan masa lajangnya ketika usianya belum juga genap 23. Keputusan yang sangat berani, dan pastinya tidak diputuskan secara instan. Saya ikut bahagia untuknya. Sangat.

Si Embrot, dokter muda yang saya bisa lihat kecemerlangan kariernya dari sekarang. Partner berantem abadi saya sepanjang masa, berniat melangkahi saya, kakaknya yang beda usia dengannya terpaut 5 tahun. Dia akan menikahi wanita yang dicintainya, wanita yang dikejarnya dari semenjak SMA. Wanita yang padanya akan saya titipkan adik saya selamanya, adik yang membuat saya tidak pernah ingin beranjak dewasa.

Embrot, saya ikut berbahagia dengan keputusanmu. Mudah-mudahan bukan keputusan yang salah atau terlalu awal, karena saya yakin kamu tahu yang terbaik buat kamu. Sudah menikah atau belum, kamu tetap adik saya, lawan paling seimbang dalam berbagai perkelahian.

Soal pelangkah, tak usahlah kamu memikirkannya terlalu berlebihan. Saya hanya meminta yang gampang-gampang saja, itu pun hanya untuk mengugurkan tradisi di kebudayaan kita. Sebagai pelangkah mungkin saya hanya akan meminta untuk KELILING EROPA!

13 komentar:

Ligx mengatakan...

hahahaha
tawaran yg bagus tuh buat adikmu itu??
jelek ujungnya kau apissss.. tega nian kau sama adik sendiri..
hahahahaha

Alil mengatakan...

hiyaaaa... apis dilangkahin..
gpp pis...
anaknya si embrot bakal jadi anak paling beruntung dapet the best aunty... eh uncle like you...

*alil bergidik denger pertanyaan papimu... hehehe... serem...

menjadimanusia mengatakan...

hehehe... minta keliling Eropa ok banget, tuh... keliling eropa timur aja... lebih sexy orangnya...

Minta dibayarin sekalian sauna2nya... :D

lucky mengatakan...

benar2 permintaan pelangkah yang tepat. jalan2 sekalian cari prospekan. siapa tahu dapat profesor buat jadi promotor sekaligus partner. xixixixixi

-Gek- mengatakan...

Hihi, ayo keliling Eropa bareng! :)

Apisindica mengatakan...

@Ligx: hahaha, tawaran tepat banget. Soalnya kalo nungguin gw lama banget. ;)

Itu kalimatnya belom selese tau, jadi gak jahat. kalimat lengkapnya gini: minta keliling eropa pas nanti gw udah kuliah di jerman. jadi kan lebih murah. hehehehe

@Alil: gw juga bergidik denger pertanyaan itu, serasa dihakimi. hehehe.

@days: dooh, tetep yah harus ke sauna! i will (halah)

@lucky: cari promotor? mungkin. Cari partner? belom yakin. Gw kok lebih suka rasa lokal yah! kekekekek

@Gek: yuk, yuks!! sekalian gw kuliah! hahahaha

Zhou Yu mengatakan...

Wah pis, ga sekalian aja minta partner sebagai pelangkahnya?? Hihihihi

Ms. Grey mengatakan...

@ Apis : Kurang ajar banget pelangkah yg lo minta.

Btw, Menurut lo gw sebaiknya minta pelangkah apa yah??

Rumah, Apartement, atau mobil mewah???

*tersenyum licik*

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

wah, keliling eropaa!!
hehe.. sadis bener bro pelangkahannya.. tapi nda papa kok, aku dukung.. hihihi..
emang mo ambil S3 di eropa bro? dimana eropanya?

Ginko mengatakan...

Selamat buat adiknya yang mau menikah, pasti dia juga sebenarnya agak berat mau melangkahi kakaknya... but life goes on, you cannot wait on someone else decision rite?.

Apisindica mengatakan...

@zhou yu: partner? kayaknya adek gw gak ngeri selera gw deh. hahahahaha

@Grey: nggak kurang ajar donk, kan banyak pengecualiannya ntar.

Menurut gw mending lo minta apartemen aja. hehehehehehe

@Pohon: insya allah mau ke jerman aja pohon. Mohon doanya!!!

@ginko: terimakasih Ginko. keman aja???

rid mengatakan...

untung yang dilagkahin cuma satu, kalo lebih kasihan banget adiknya, bangkruuuut...hahahaa^^

Apisindica mengatakan...

@rid: hahahha, untung kakaknya cuman satu. Dan kakaknya yang matere cuma satu juga!!!