Halaman

Senin, 02 November 2009

Terinderai

Saya masih duduk disana, dalam lingkaran yang dibentuk oleh orang-orang yang duduk melingkar, dengan satu orang sebagai porosnya. Orang yang berdiri di pusat lingkaran itu kemudian berbicara mengenai aturan main dari sesi pagi itu. Saya sekuat tenaga berusaha menegakan kepala yang terasa sangat berat, mencoba mencerna apa yang diucapkannya tapi saya tidak bisa. Rasanya ada lonceng besar yang terus berdentang tak karuan di dalam kepala saya.

Tadi malam saya tidak sedikitpun bisa tertidur. Badan saya ngilu, tulang rasanya dilolosi dari sendinya. Menggigil saya menahan sakit yang tidak bisa saya jelaskan. Keringat membasuh semua badan saya, mengalir deras seiring semakin kuatnya saya berteriak meminta tolong. Meminta obat. Saya mengiba semalaman meminta diberi obat, saya sudah tidak kuat. Rasanya saya berada di gerbang kematian tadi malam.

Orang-orang berbaju putih itu mendatangi saya, mengerubungi seperti lalat, tapi tak satupun dari mereka memberi obat seperti yang saya minta. Mereka malah sibuk mengompres badan saya, memegangi tangan dan kaki saya yang terus menggelinjang karena sakit, mencekoki saya dengan larutan manis yang entah apa, tapi bukan obat yang saya minta.

Setelah cairan itu masuk kedalam kerongkongan, saya merasakan otot-otot saya mulai mengendur, rasa sakitnya sedikit demi sedikit terkikis meski badan saya masih terasa ngilu. Saya bergelung memeluk lutut, masih mengigil, masih berkeringat. Rasanya lelah, tapi saya tidak lantas bisa terlelap. Tiba-tiba saya teringat Tuhan, kemudian saya bertanya dalam hening : “Tuhan sekarangkah ajal saya akan tiba?” Tidak ada sahutan. Saya mengulanginya dengan berteriak, tetap tidak ada jawaban. Senyap.

Satu persatu orang di dalam lingkaran itu berdiri ke poros, menceritakan pengalaman mereka. Kepala saya semakin berdenyut, mendidih akibat dualisme antara kejadian tadi malam dengan bingung memulai dari mana cerita yang harus saya bagi dengan mereka. Saya tidak mungkin menceritakan semuanya, dengan seperti ini saja saya sudah cukup malu apalagi kalau harus membagi latar belakang pemicu kejadiannya. Rasanya tidak mungkin, saya masih belum mau.

Tuhan masih baik terhadap saya, tepat setelah orang yang duduk di sebelah selesai membagi pengalamannya, yang berarti giliran saya berikutnya, sesi dipotong break istirahat. Saya menghela nafas panjang, lega. Waktu saya bertambah untuk sekedar mengkarang cerita, merangkai kejadian yang tidak saya alami tapi akan saya bilang bahwa itu pemicu semuanya.

Saya beranjak ke pojokan, memisahkan diri dari mereka. Rasanya hanya ingin sendiri, ingin segera keluar dari tempat ini. Saya seperti dipenjara, banyak peraturan. Dan yang paling sedih, saya harus berpisah dengan teman-teman. Mereka yang justru disalahkan keluarga saya karena menjerumuskan saya ke pergaulan yang dianggap salah. Padahal bukan karena mereka, saya hanya mencari pelarian.

Saya terperanjat ketika ada orang yang tiba-tiba duduk di sebelah, saya meliriknya. Dia ternyata, salah seorang dari kelompok saya. Seseorang yang selalu duduk tepat di seberang saya dalam lingkaran beberapa hari ini. Seseorang yang selalu tersenyum manis ke arah saya, entah apa maksudnya. Senyum penuh makna yang kadang membuat saya tersipu di tengah dentangan lonceng besar di dalam kepala. Sorot matanya ketika tersenyum seakan meredam bunyi lonceng itu. Membawa ketentraman.

“Saya David. Kamu pasti sudah tahu. Kita sudah berkenalan di sesi awal beberapa hari lalu bukan?” Dia berkata sambil menyodorkan segelas teh hangat. Saya sebetulnya tidak sedang ingin minum, makanya tadi saya tidak mendekati ke meja snack. Tapi mau tidak mau saya menerima gelas yang ditawarkan David.

“Terima kasih” Saya berkata pelan.

“Kamu terlihat selalu muram. Mendung. Cobalah sesekali menikmati suasana disini, biar kamu cepat sembuh” Ada ketulusan di balik perkataanya. Saya hanya tersenyum, mungkin senyum yang tidak setulus perkataanya. Seolah dipaksakan.

“kalau boleh saya tebak, you’re gay!” dia tanpa ada beban mengatakan itu di hadapan saya. Saya yang merasa dituduh kemudian berlaku defensif , mencoba berkelit.

“Sok tahu kamu! Kalaupun saya memang iya seperti yang kamu tebak, apa pedulimu? Apa urusan kamu?” sengit saya menjawab.

David malah tertawa kemudian bangkit dari duduknya. Memegang kepala saya sambil berkata, “it was so obvious darling! Tapi tenang saja, saya tidak akan menyebarkannya, karena kamu pikir memangnya saya bukan? Saya sama dengan kamu” David berjalan meninggalkan saya yang masih terkejut dengan kalimat terakhirnya. Setelah beberapa langkah David menoleh dan bilang “saya suka kalau kamu tersenyum”

Lonceng masih berdentang tak karuan di kepala saya, masih membuatnya berat tapi saya merasa tiba-tiba hati saya hangat. Ternyata di tempat seperti ini saya masih bisa ditemukan. Di panti rehabilitasi narkoba, David masih bisa menemukan saya, membaui keanomalian yang justru sedang saya bawa berlari entah kemana. Tanpa tujuan.

Note: Dah ketebakkan? Ini pastinya PIKTIP, jadi saya tidak perlu bersumpah segala kali ini. ;)

16 komentar:

lucky mengatakan...

PERTAMAXXX!!!!

Piktip??? ga semua nya ahhh......some parts are true ;)

Apisindica mengatakan...

@Lucky: maksudnya PERTAMAXXX!!!! apa?

heh, bagian mana yang nyata?????
1. gw pengguna narkoba? nggak mungkin
2. masuk rehab? apalagi...
3. David? hmmmm..... ????
4. Ditebak kalo bencong? hmmmm.....

huahahaha. Ini semua PIKTIP, percaya deh sama gw!!

BrenciA KerenS mengatakan...

iya percaya deh kalo piktip.. piss!!

Lucky mengatakan...

apis malu2 in dehhhhh.....masak ga tau artinya PERTAMAX???? katanya udah mletek dari jaman kuda gigit besi. hihihihihi. Coba sana tanya sinmau (gw kangen dia, hiksss)

yang nyata itu dibagian *tittttt*. ayo ngaku!!!!

Apisindica mengatakan...

@brencia: hihihihihi, beneran kok piktip mba!!!!

@Lucky: heh sembarangan, gw meletek baru kalee, sejak ngumpul bareng kalian-kalian. Apaan sih artinya pertamax????

Gak ada bagian yang nyata. Sumpah!!!

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

pertamax = komen pertama kali ya?
hehehe, nda ngerti juga..
iya deh, percaya kok kalo piktiph.. eh emang ada yg nyata gitu? hihi..

Apisindica mengatakan...

@Pohon: iyah udah gw telpon orangnya. Dia girang karena jadi komentator pertama. dasar lebay dia!!!

Gak ada yang nyataaaa.....semua PIKTIP!!! (*berusaha meyakinkan dengan muka serius*)

Jo mengatakan...

Delapaaaxxx.. (maksa2xin...)

Eeeeh... gw setuju ama Lucky, some parts are true!

Harusnya lo bilang juga dong.. "IYA INI EMANG PIKTIP, KALO ADA NAMA DAN SETTING YANG SAMA, ITU EMANG DISENGAJA.." Hihihihi...

Alil mengatakan...

hmm.. ngeributin fiktif apa bukan..?
yg jelas ceritanya bagus,
cuma agak lost waktu adegan ketemu david, dan david vilang: "saya tebak, you're gay!"
yihaaaaa.... apis really lives in his world... hahaha...

*hush Alil... suka2 Apis dong!!!

Apisindica mengatakan...

@Jo: Heh, gak ada yang nyata taoooo...pada gak percaya deh!!!

Namanya bolehkan david? disengaja atau nggak cuman Tuhan yang tau. kemaren itu yang terbersit cuman nama itu, tau kenapa. Settingan gak ada yang nyata, semua rekayasa.....

@Alil: huahahahaha. APIS REALLY LIVES IN HIS WORLD!! Gokillllll, nggak kaleee.....

Anonim mengatakan...

sesuai janji akan meng-komen...

suka banget sama si PIKTIP yg ini...
berharap ada David di suatu tempat yg akan menemuiku (jelasnya ga di panti rehab hiiiii...)

teru-terus... ayo disegerakan novel-nya... atau bikin kumpulan cerpen dulu atuh...

Apisindica mengatakan...

@Magoos: Terima kasih sudah mengkomen....

Terima kasih juga kalau suka sama ceritanya. Gw doakan semoga banyak david-david disana yang akan menemukanmu. Segera. (kalau nggak mau di panti rehab, bagaimana kalo di panti asuhan? wkwkwkwkwk)

Insya allah, lagi digarap terus kok. Doakan saja yah!!!!

Anonim mengatakan...

wah wah... aku tunggu kalau sudah keluar, kabari secepatnya...

Hmm David di Panti ASsuhan? asalakan sesuai kriteria dan umurnya pas, boleh juga hehe...

Ganbatte!!

Apisindica mengatakan...

@maggos: amieeeeen!!!!! Insya allah...

eh ntar kalo pas gw balik bandung boleh tuh kita ketemuan. Kita ngobrol...

Okit Jr mengatakan...

kok fiktif si?

hiyaaaa... -histeris-

btw, apis... sering sering maen ke kaskus ya.. (you know? hari ini kaskus ulang tahun)
biar tahu pertamax itu apa...

biar homz... musti tahu perilaku manusia manusia normal kebanyakan...
huahahha...
---pisss... sambil cengar cengir...

Apisindica mengatakan...

@Okit: baiklaaaahhhh!!!!!!!