Halaman

Minggu, 27 September 2009

Mencintaimu (berulang kali)

Aku mencintaimu berulang kali. Ya, berulangkali. Seperti janji matahari pada siang. Datang berulang-ulang pada waktu yang sama, meski kadang siang berselingkuh dengan awan yang menjadikannya mendung. Matahari tidak kecewa tertutup mendung, karena matahari yakin bahwa siang akan tetap menantikannnya. Aku juga begitu, aku yakin dengan apa yang aku cintai.

Mencintaimu tidak menjadikanku buta. Selayaknya siang yang dibutakan malam, siang akan hadir lagi esoknya. Tanpa pamrih. Mencintaimu tanpa pamrih memang menyulitkan langkahku, membuatku terseok dan cemburu dengan hal-hal yang tak perlu. Tapi aku sadar, cinta suatu saat akan membuka mata hatimu. Menyadarkanmu bahwa aku tidak pernah berhenti mencintaimu sedetikpun. Seperti udara. Selalu ada.

Aku tidak peduli dengan langit yang menghujanimu dengan cinta. Aku tahu kalau itu hanya rintangan dan proses yang memang sewajarnya terjadi. Silahkan kau semai benih hatimu dengan cinta yang tercurah dari langit, aku tidak cemburu. Karena aku yakin tidak ada yang akan mengerti kamu seperti aku. Mencintaimu dalam hening, menyelusup dalam sunyi. Menjelma menjadi fatamorgana. Nyata menurutku, tapi semu di matamu.

Memang tak kutawarkan hati merah jambu, yang akan menjaminmu selalu bahagia ketika melangkah bersamaku. Tapi aku punya perasaan yang akan menguatkanmu. Menjadi pagar pelindungmu dari mara bahaya. Menitis bagai embun pagi yang menyejukkan jiwamu kala nestapa. Aku berusaha menghadirkan semuanya, tanpa perlu kamu minta. Aku sudah berkomitmen dengan semua itu, tasbih dari semua doa yang terucap dari raga.

Kini, ketika kamu kubebaskan untuk melangkah dalam setapak kecilmu, itu tidak berarti aku berhenti mencintaimu. Aku hanya bertindak seperti matahari. Tidak egois. Matahari mau berbagi dengan bulan kala malam, bahkan dengan jutaan bintang yang minta dihadirkan pada saat yang bersamaan. Aku setia menunggu saat yang tepat untuk aku kembali hadir, meski tak dimengerti. Tidak perlu dimengerti, karena aku hanya akan mengamati. Menanti kamu berjalan ke arahku di ujung pencarianmu.

Apa aku bodoh? Tidak. Aku tidak bodoh karena semuanya kulakukan dengan alasan yang pasti. Cinta. Aku mencintaimu berulang kali, seperti udara yang kamu hela. Ya, aku tidak bisa tidak mencintaimu. Jangan ditanya kenapa, karena cinta tidak butuh alasan. Cinta hanya butuh diperjuangkan. Dan aku akan berjuang, dalam pematang kehidupanku yang temaram.

8 komentar:

Anonim mengatakan...

....how's sweet!!........salam kenal.....

Apisindica mengatakan...

@salam kenal juga!! gak suka deh pake anonim-anonim segala....

Ms. Grey mengatakan...

Tulisan lo Pin.... Co Cuitt buanget...

Demen deh gue...

Apisindica mengatakan...

@grey: apis grey!!!!!! huahahahahaha

iyah neh, lagi pengen nulis yang lebay-lebay!

syukur deh kalo lo demen...;)

M. mengatakan...

tulisan mellow replyan ceria hehehe dua sisi apis ya

Apisindica mengatakan...

@M: huahahaha. iyah nih M, lagi pengen mellow. Jadi ketika nulis yang tertuang yang ini..maklum, kepribadian ganda!

Lolly mengatakan...

so sweet :)
meleleh saya bacanya :)

Apisindica mengatakan...

@lolly: makasih dah mampir loly!