Halaman

Kamis, 21 April 2011

Polisi vs Ulat Bulu

Indonesia belakangan ini dilanda demam 2 hal, Briptu Norman Kamaru dan Ulat bulu. 2 Hal yang tentu saja berlainan tetapi menyita perhatian sama besarnya. Saking besarnya perhatian masyarakat, dapat dengan mudah menenggelamkan BESARnya kasus Malinda Dee.

Sebetulnya apa sih hebatnya Norman Kamaru atau ulat bulu?

Norman, seorang polisi brimob dari Gorontalo yang tiba-tiba terkenal karena vidio lipsync indianya di you tube. Sebentar, saya harus mengucapkan terima kasih dulu pada Norman karena berkat dia saya jadi tahu kalau Gorontalo itu sekarang sudah jadi provinsi dan bukan lagi sebuah kota kecil. Boleh bilang saya ketinggalan jaman, atau salahkan pengetahuan geografi saya yang dari jaman sekolah memang tidak pernah bagus. Sudahlah.

Apa istimewanya sebuah video lipsync yang kemudian diunggah ke situs youtube? Seharusnya tidak ada kan? (dilafalkan dengan nada sirik dan mata yang memincing). Banyak orang sebelum Norman yang sudah melakukannya, tapi kenapa tidak sespektakuler Norman? Kenapa tidak membuat orang-orang tersebut menjadi “selebritis” dadakan seperti halnya Norman? Jangan bilang masih ada yang tidak mengenal siapa itu Norman Kamaru! Kalau belum tahu siapa dia, segera nyalakan televisi. Dari stasiun tv favorit sampai stasiun tv lokal semuanya mengulas tentang dia,dan tiap hari. Saya ulangi, tiap hari, seakan setiap kegiatannya harus diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia (Ya, saya kembali nyinyir yang mungkin dibumbui sedikit sirik lagi).

Saya kemudian tergelitik untuk bertanya, meski saya tidak tahu kepada siapa saya harus bertanya. Sebegitu kurangnyakah sosok yang bisa diidolakan oleh masyarakat Indonesia? Sebegitu hausnyakah orang-orang tersebut terhadap sosok panutan yang bisa dijadikan semacam “pahlawan”? Terus terang saya miris, sumpah kali ini saya tidak sirik. Saya miris karena ternyata masyarakat kita masih terjebak dalam paradigma dangkal yang justru reaktif terhadap hal-hal yang sebetulnya tidak perlu. Mungkin saya apatis, tapi lihat apakah masyarakat mengelu-elukan juga pemenang olimpiade biologi internasional misalnya seperti yang mereka lakukan kepada Norman? Saya yakin semua juga tahu jawabannya.

Tapi (mungkin) Norman Kamaru memang sosok yang berbeda. Spesial karena dia berasal dari kelompok yang tidak biasa. Seorang polisi yang biasanya penuh wibawa kali ini tampil dengan tingkah pecicilan atau banci tampil kalau boleh saya meminjam istilah salah satu presenter di televisi swasta. Dan kalau banyak yang terhipnotis dengan kehadirannya, mungkin saya bisa bilang karena dia man in a uniform. Siapa sih yang tidak mengidolakan man in a uniform? Bahkan banyak kalangan yang masih memiliki fantasi “liar” terintimidasi oleh man in a uniform. Hayo yang merasa tersindir pada angkat tangan!!!

Tapi ya sudahlah, mungkin rezekinya Norman juga. Lebih baik kita mendoakan dia supaya tetap menjadi pribadi yang katanya sederhana. Tidak silau oleh popularitas yang sekarang memayunginya. Amin.

Bagaimana dengan ulat bulu? Fenomena binatang menggelikan itu juga menyedot perhatian khalayak. Mungkin tidak masuk nalar bagaimana binatang itu bisa mengalami ledakan populasi sampai ratusan ribu jumlahnya di suatu daerah. Tapi ketika dikaitkan dengan anomali alam, siapa yang bisa menyangkalnya. Alam punya bahasa sendiri untuk bereaksi terhadap ketidaknormalan situasi yang tengah terjadi, ledakan populasi ulat bulu salah satunya.

Kalau satu mungkin masih bisa dibilang lucu, tapi ketika jumlahnya sudah ratusan ribu kesannya jadi horor. Dan terus terang saya geli melihat ulat bulu meskipun tidak jijik. Hal tersebut juga membuat saya bertanya kenapa dulu waktu jaman kuliah ngambil mata kuliah entomologi yang salah satu materinya tentang ulat bulu. Pernah untuk kepentingan praktikum saya keluar masuk kebun untuk mengumpulkan beragam jenis ulat, dan saya tidak keberatan. Tapi ketika jumlahnya sudah di luar nalar melihanya saja nyali saya menciut.

Apa hubungan Norman dengan ulat bulu? Tidak ada sebenarnya, terlepas dari Norman mungkin mempunyai “ulat bulu” atau tidak (apasih?). Tapi ternyata apabila dikaitkan bisa kita temui benang merahnya. Karena booming ulat bulu ini, banyak peneliti yang berusaha memecahkan masalah tersebut. Mereka berlomba-lomba mengeluarkan “senjata” rahasia mereka untuk penanggulangan ulat bulu ini tidak terkecuali saya. Dan mungkin ada harapan apabila berhasil bisa terkenal di seantero Indonesia. Oh please, itu mungkin hanya ada di pikiran saya yang sempit.

Seminggu lalu saya dikirim kantor ke Probolinggo untuk mencermati fenomena ini sambil membawa senjata tentu saja. Kebetulan di laboratorium yang saya kelola, saya mengembangkan cendawan entomopatogen untuk memberantas hama tanaman. Yang tidak mengerti cendawan entomopatogen itu apa, silahkan googling di wikipedia (bercanda). Cendawan entomopatogen adalah cendawan yang akan menginfeksi tubuh serangga termasuk ulat bulu bila terjadi kontak langsung dan kemudian membunuhnya perlahan.

Efektivitasnya cendawan entomopatogen yang saya kembangkan untuk ulat bulu yang sedang merajalela di lapangan memang belum diketahui, tapi kemarin saya sudah menyebarnya di titik-titik booming. Sampai sekarang masih monitoring, dan jangan berharap prosesnya akan instan seperti halnya zat kimia. Rekasinya memang perlahan tetapi ramah lingkungan (pasang selendang green peace) dan user friendly. Jadi kita tunggu saja hasilnya.

Kalau ditanya apa yang saya harapkan? saya berharap formulasi saya berhasil menekan perkembangbiakan ulat bulu tersebut , sehingga memutus siklus metamorfosisnya. Hanya itu? Tidak. Saya juga berharap lain. Kalau berhasil memecahkan masalah tersebut, saya juga berharap akan terkenal tanpa harus merekam video lipsync semacam lagu India Chaya-Chaya dan kemudian mengunggahnya ke youtube seperti yang dilakukan Norman. Tapi kalau ternyata meskipun saya berhasil tetapi tidak menjadi pusat perbincangan masyarakat seperti halnya Norman bagaimana? Ya sudahlah mungkin memang nasib saya.

Note: Ditulis ketika kepala sedang diduduki beban kerjaan sebesar Gajah bunting kembar 10 dan mengalami eklampsia.

Apisindica – Untuk memahami postingan ini diperlukan membaca sebanyak : 1 kali

10 komentar:

Enno mengatakan...

hahaha.... gue ketawa sendiri baca tulisan ini... jadi ternyata intinya dikau ngarep percobaan berhasil trus jd ngetop dan disuruh nyanyi plus joget2 di acara inbox dan bukan empat mata, yud? apa sih! wkwkwkwk...

eh btw... iya aku jg baru tau skrg lho gorontalo udah jd provinsi! thx to Norman! hahahaha

Paulus mengatakan...

ah... iya! beberapa hari yang lalu, aku liat di teve, ada ulasan tentang larutan yang digunakan untuk membasmi ulat bulu: pake air gula, trus dikasih bakteri atau apa gitu... Apakah ini bakteri entomopatogen itu ya?

btw, serem banget liat di teve orang2 membasmi ulat bulu pake insektisida. Semprot membabibuta. apa gak dipikirin efek sampingnya...

Apisindica mengatakan...

@mbak enno: ya masa peneliti disuruh joged dan nyanyi2 sih mbak. Curiga dianggap gelo meureun. hahaha

Tapi kalo soal banci tampil, aku kan dari dulu penceria kelas! :)

@mas pau: ya semua orang punya formulasi sendiri2 mas. Ada yang pake bakteri dan ada yang cendawan. cendawan itu jamur, dan di lab aku ngembangin yang jamur.

eh aku tanya petaninya kemaren pas dia nyemprot nggak pake masker. Jawabannya apa coba? ah saya sudah biasa gini dan masih tetep idup kok Pak! jedaaaaaar!!!

Arya mengatakan...

Aku sepanjang mbaca tulisanmu ini kok mbayangin kamu pake baju polisi joged2 india gitu ya ... hahahahaha .... agak serem.

Apisindica mengatakan...

@mas agus: hahaha, aku juga nggak kebayang sih pake baju polisi gituh! berasa bukan gw banget. hihihii

erikmarangga mengatakan...

selalu suka dengan tulisan Ma syg satu ini. Aku baca semua dari tulisan pertama-terakhir loh. Sudah ssatu tahu lebih. inspiring! suka untaian kalimatx.

Salam Kenal

Erik Marangga

Apisindica mengatakan...

@erik : salam kenal juga Erik

terima kasih untuk konsistensinya mengunjungi dan mengapresiasi tulisan2 saya. Berarti banget lho!

erikmarangga mengatakan...

kapan2 pengen share juga. berusaha untuk konsisten menulis seperti Mas Apis. Scientis yg sibuk dgn lab tapi nulis blog rajin bgt:)

Apisindica mengatakan...

@erik: silahkan dengan senang hati. please contact my email for sure :)

erikmarangga mengatakan...

Wow, Thanks a lot. but how can I get your e-mail? this is mine; erikmarangga@yahoo.com