Halaman

Senin, 25 April 2011

Mengenang Sang Dokter

Saya pertama kali mengenalnya sekitaran tahun 2000. Perkenalan profesional antara dokter dengan pasiennya. Waktu itu wajah saya dipenuhi jerawat, mungkin sedang puber sehingga ada ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan tumbuhnya banyak jerawat. Saya memilihnya menjadi dokter kulit saya karena tempat prakteknya yang tidak jauh dari rumah dan waktu prakteknya yang malam. Saya bisa berobat sepulang kuliah, pikir saya.

Sebetulnya saya lupa bagaimana rupanya waktu itu, tapi ada yang membuat saya terkesan. Mungkin marah atau kecewa tepatnya. Saat saya berkonsultasi, dia hanya megarahkan senter ke wajah saya kemudian mengeluarkan dua pertanyaan. Apakah saya punya pacar dan suka keluar malam. Dua pertanyaan yang saya jawab dengan iya. Setelah itu dia menuliskan resep dan memberikan saya tagihan yang lumayan mahal untuk kantong mahasiswa jaman itu. Saya marah bukan karena harganya yang mahal, saya marah karena dia tidak sedikitpun memegang saya. Saya pikir kalau hanya bertanya punya pacar dan suka keluar malam, pembantu saya juga bisa.

Tapi obatnya mujarab, dan itu menghapus kemarahan saya. Dan karena obat yang diberikannya manjur saya tidak pernah lagi mengunjunginya.Tidak pernah lagi melakukan kontak secara profesional.

Tahun 2004, ketika saya mengambil program Magister saya bertemu dengan seorang teman yang kemudian menjadi sahabat terbaik saya, sampai sekarang. Namanya Diana Veranita. Suatu waktu dia bercerita kalau ibunya adalah seorang dokter kulit, dan mengalirlah kisah saya dengan dokter kulit di tahun 2000 itu. Tanpa diduga ketika dia menyebutkan tempat praktek ibunya, dan saya menyebutkan nama dokter kulit saya ternyata orangnya sama. Dokter kulit saya adalah ibu dari Diana Veranita, sahabat saya.

Semenjak itu, hubungan saya dengan dokter kulit itu terjalin lagi meskipun bukan secara profesional apalagi setelah pernikahan sahabat saya dimana saya menjadi MC nya. Saya semakin dekat dengan keluarganya, saya semakin dekat dengan Mami, panggilan saya kemudian kepada dokter kulit itu. Kami menjadi akrab satu sama lain.

Keakraban saya semakin bertambah ketika Mami dan ibu saya ternyata bekerja di rumah sakit yang sama. Mereka sering terlibat perbincangan yang intim khas ibu-ibu, apalagi kalau bukan soal anak-anaknya. Mami sering bercerita tentang harapannya kepada anak-anaknya dan Ibu saya juga demikian. Mungkin harapannya itu akan tersampaikan ke kedua belah pihak karena saya sering ngobrol dengan anak-anaknya Mami, begitupun mereka.

Sebulan lalu Mami sakit, dia sempat jatuh dan kepalanya membentur piano sehingga mengalami pendarahan. Sejak itu kondisinya menurun meski sudah keluar dari rumah sakit. Dengan alasan selalu pusing, Mami tidak mau beranjak dari tempat tidurnya dan melakukan semua aktivitasnya di atas tempat tidur. Saya pikir kondisinya akan membaik mengingat semangat kerjanya yang masih tinggi, tapi saya salah. Tuhan punya rencana lain.

Jumat kemarin, 22 April 2011. Mami dipanggil Allah di usianya yang 72 tahun. Mami menyerah pada penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Mami berpulang karena mungkin sudah menyelesaikan semua tugasnya, buat anak-anak dan keluarganya. Saya mungkin orang luar tapi saya merasa memiliki kedekatan tersendiri dengan Mami, dan saya bisa merasakan semangat juangnya bagi keluarga.

Selamat jalam Mami, semoga Mami mendapat tempat yang paling baik di sisi Allah dan mendapatkan kelapangan dalam menuju surga-Nya. Amin.

Mengenang, dr. Sri Werdari, Sp.KK

Notes: Pertemuan saya terakhir dengannya sekitar 2 minggu yang lalu. Waktu saya menjenguknya, dia sedang makan rempeyek. Kami ngobrol sangat akrab berdua di kamar mengenai hal ini dan itu sambil saya usap-usap tangannya. Terakhir ketika saya akan pamit pulang, dia bilang : “Pis, Mami pengen kepiting canary” Dan saya bilang nanti kalau saya ada tugas ke Balikpapan saya pasti akan bawakan. Maafkan Mi, saya belom sempat membawakannya.

Apisindica : untuk memahami postingan ini diperlukan membaca sebanyak : 1 kali

4 komentar:

pau mengatakan...

simpati saya untuk Diana V dan keluarganya.

Enno mengatakan...

ikut berdukacita... semoga amal ibadahnya diterima Tuhan YME. amin...

trus, kamu ga nanya apa alasannya pertanyaannya dulu waktu meriksa jerawat kamu yud?

Apisindica mengatakan...

@pau: terima kasih yah mas Pau..

@mbak enno: amiiiiiiin

Aku kan pinter mbak, jadi nggak perlu nanya udah tau jawabannya. hehehehe

diana mengatakan...

miss u mom..very much
thanks apis