Halaman

Kamis, 07 April 2011

Harusnya Kubunuh Saja Dia

Harusnya kubunuh saja dia. Kubunuh sejak aku sadar bahwa dia mengikuti hidupku selayaknya bayangan yang tak mau enyah. Menguntitku kemanapun aku pergi, bahkan dia bersekolah di tempat aku sekolah. Berteman akrab dengan teman-temanku. Sampai sekarang. Ya, memang harusnya aku membunuhnya saja dari dulu.

Dulu, aku merasa sangat nyaman hidup dengannya. Bermain dengannya membuatku selalu nampak ceria walaupun hatiku sedang berdarah-darah. Bersahabat dengannya membuatku banyak disukai oleh orang lain. Dampak dari kedekatanku dengannya tentu saja. Dia juga yang mengajarkan bagaimana selalu bersikap manis di depan orang-orang. Tapi kemudian dia juga yang melatihku bagaimana tidak punya malu. Argh, complicated juga bersahabat dan hidup bersamanya.

Tapi sekarang aku baru tahu, ternyata dampak jangka panjang dari berteman dengannya adalah menyulitkan. Menyulitkan aku untuk lepas dari bayang-bayangnya. Dia kadang mendominasi perilakuku sehingga jati diriku yang ingin aku munculkan tercover dengan sempurna. Kalau sudah seperti ini aku kadang hanya bisa berdamai dengannya. Mengikuti jalan alur pikirannya.

Aku bosan dengan tingkahnya. Aku kadang ingin menjadi diriku sendiri. Makanya sudah sepantasnya aku membunuhnya.

Salah satu temanku pernah bilang, jangan dibunuh karena suatu waktu pasti aku akan membutuhkan lagi kehadirannya. Menopengiku dengan keluguan yang bisa dimengerti, bisa dianulir.

Setelah bersahabat karib dengannya selama hampir 30 tahun, memang sangat menyulitkan ketika ingin beranjak meninggalkannya. Dia seperti sudah terikat erat dengan jiwaku. Menyatu dengan ikatan yang lebih dari sebuah persaudaraan. Dia sudah sedemikian menjelma dalam setiap tindak tandukku, menyerobot ketika aku berusah ingin mengenyahkannya sekejap.

Aku ingin lepas dari belenggunya sebentar saja, hanya untuk mengetahui reaksi teman, sahabat dan orang-orang terdekat dengan kepribadianku yang tidak dipengaruhinya. Makanya aku ingin membunuhnya.

Ya, harusnya aku bunuh saja dia. Dari dulu. Anak kecil yang ikut tumbuh dalam diriku.

Apisindica - Untuk memahami postingan ini diperlukan membaca sebanyak 1-2 kali

6 komentar:

Enno mengatakan...

hahaha.... gpp kok childish sekali2... kan biar awet muda :P

Farrel Fortunatus mengatakan...

gpp pis, anggap aja miara tuyul he he he... biarkanlah sifat kekanak"an itu tetep ada, biar kamu unyu-unyu terus wkwkwk...

Farrel Fortunatus mengatakan...

gpp pis, anggap aja miara tuyul he he he... biarkanlah sifat kekanak"an itu tetep ada, biar kamu unyu-unyu terus wkwkwk...

Apisindica mengatakan...

@mbak enno: masalahnya bukan sekali-kali mbak. Tapi selalu. hehehe

@farrel: hihihi, miara tuyul istilah lo!
eh akumah bakal selalu unyuuu tauuu! :P

vaan11 mengatakan...

Wew, punya kepribadian ganda, Bang?

Apisindica mengatakan...

@Vahn: bukan cuma ganda, tapi triple. Anaknya ada 2. hehehe