Halaman

Kamis, 28 April 2011

Getting Old

Bagaimanapun umur tidak akan bisa dibohongi.

Di salah satu bagian dari buku kicau kacaunya Indra Herlambang, dia pernah menulis kalau dia sempat ketiduran di sofa ketika sedang dugem. Jujur, saya sempat mentertawakannya. Bagaimana mungkin bisa tertidur ketika suasana sangat ramai bahkan seringnya lebih ramai dari pasar malam. Berasa tidak masuk akal, meskipun ada teman saya si dokter itu yang juga bisa tertidur dimanapun termasuk tempat dugem. Alasannya sih cape habis jaga, tapi apapun itu tetap berasa aneh buat saya.

Tapi kemarin hal yang sama terjadi pada saya, memang sih bukan ketiduran di tempat dugem tapi sesuatu yang tetap membuat saya berpikir bahwa umur memang tidak bisa dibohongi.

Berbekal semangat yang menggebu dengan beberapa teman, kami berniat untuk menghentak lantai dansa di Bandung. Mumpung bisa kumpul semua pas long week end dan merayakan selesainya UAN salah satu teman. Iya, UAN. Lihatlah bagaimana kami semua meracuni anak yang baru (akan) lulus SMA dengan dugem untuk merayakan keberhasilannya melewati UAN. Tapi sumpah, dia yang ingin ikut kok. Bahkan dia yang paling semangat.

Saya sih tertarik karena memang sudah beberapa bulan ini saya berhenti dari aktivitas yang sempat membuat saya kecanduan. Jadi semacam ritual mengenang masa kejayaan pikir saya, apalagi tempat yang akan kami datangi belum pernah saya datangi sebelumnya. Maka saya menerima ajakan teman-teman saya untuk menjajal (kembali) dunia pergaulan malam Bandung.

Jangan sebut Apis kalau misalnya tidak asik sendiri ketika DJ memainkan musiknya. Ini jugalah yang sering dikomplain teman-teman, katanya bagaimana mau dapet pasangan di dugeman kalau suka asik sendiri pas ‘goyang’. Igh, saya tidak pernah nyari pacar atau pasangan di dugeman yah. Tapi kalau ada yang nyantol itumah saya anggap bonus meskipun saya yakin benar kalau bonusnya tidak akan pernah bertahan lama. Jadi seringnya saya anggap seperti dapet hadiah uang gopean dari dalam kemasan chiki. Hiburan sesaat.

Kemarin di tengah euphoria massa, di tengah musik yang memekakkan telinga, ketika peluh sudah membasahi hampir seluruh badan, tiba-tiba saya berhenti. Saya seperti menjejak tanah setelah mengawang, tanpa awahan. Tanpa persiapan. Dan saya merasakan bosan yang luar biasa, bosan layaknya didera rutinitas yang itu-itu saja. Saya seperti berada di luar dunia saya, tersingkir begitu saja dari antrian. Saya kehilangan semua nafsu dan semangat saya untuk melanjutkan pesta malam itu.

Saya bergerak ke area bar di pinggiran kemudian membisikan keinginan untuk pulang pada salah seorang kawan. Saya benar-benar kehilangan keinginan untuk berpesta, entah karena apa padahal malam rasanya masih sangat panjang.

Tidak biasanya hal seperti itu terjadi, saya adalah pecandu pesta. Orang terakhir yang mungkin akan pulang setelah pesta benar-benar usai. Tapi itu dulu, ketika usia saya masih belia. Ketika tidak banyak beban yang berlarian di kepala untuk dituntaskan. Sekarang berbeda, pesta mungkin bukan lagi dunia saya. Dunia gemerlap bukan lagi tempat untuk berlari dari kejenuhan perasaan. Dan semuanya pasti karena satu hal, saya sudah beranjak tua. Dan umur tidak bisa dibohongi.

Apisindica - Untuk memahami postingan ini diperlukan membaca sebanyak : 1 kali

3 komentar:

Farrel Fortunatus mengatakan...

bukan gara" beranjak tua pis, tapi karena 'kekenyangan' di masa lalu he he he... mungkin apis butuh dugem dalam bentuk lain ya. misalnya nonton wayang kulit semalam suntuk he he he...

Enno mengatakan...

oh aki teh udah tua yah? hahaha

Apisindica mengatakan...

@farrel: hahaha, gw suka istilah kekenyangannya. Keren :))

mbung wayang kulit ah, wayang golek aya teu?!?!?! hehehe

@Uyut Enno: Iya Uyut, aku teh udah tua! :)