Halaman

Senin, 18 April 2011

5 Tahun Lalu

Hari ini, tepat 5 tahun yang lalu dia masih berada di kampusnya. Kampus yang menurut dia bisa mengantarkannya pada pintu-pintu realisasi mimpi masa kecilnya. Di kampus itu dia tumbuh menjadi dewasa melalui pembelajaran yang tidak hanya soal materi tapi juga soal hidup. Di kampus itu dia kemudian mengerti bahwa kenyataan hidup ternyata tidak semudah apa yang didikte oleh otak polosnya. Hidup tidak pernah gampang.

Hari ini, tepat 5 tahun yang lalu dia sampai pada salah satu pintu impiannya. Satu pintu dari sekian serial pintu yang harus dia lewati untuk mewujudkan impiannya. Pintu-pintu yang menurut kebanyakan orang terlalu muluk untuk diwujudkan, terlalu memaksakan bila harus dilalui dalam rentangan waktu yang telah dia bataskan. Tapi dia bergeming, dia percaya dengan kekuatan doa dan usaha dia pasti akan mampu melewati pintu-pintu itu satu per satu.

Hari ini, tepat 5 tahun lalu, saat usianya masih terbilang cukup muda dia membuktikan bahwa ternyata dia bisa. Mendobrak ketakutan yang membelenggunya dan keluar sebagai pemenang. Tidak untuk orang lain, dia menjadi pemenang untuk dirinya sendiri. Mengalahkan stigma dan ego yang memberondongnya dengan berbagai keniscayaan yang mustahil untuk diwujudkan. Dia berhasil.

Di depan pengujinya hari itu, dia menggunakan pakaian terbaiknya. Pakaian yang mungkin dia cari lebih lama dari lama waktu penulisan karya ilmiahnya. Hari itu, di depan para penguji dia mempertahankan hasil penelitiaanya. Dengan sedikit gemetaran pada awalnya, dia berargumen mengenai ini dan itu untuk membuktikan kesahihan teori yang dia hasilkan. Sekuat tenaga dia memutar otak ketika mendapatkan pertanyaan yang memaksanya mengingat lebih lama, semisal bahwa reaksi antara asam laktat dan alkohol akan menghasilkan senyawa baru bernama ester. Sayang dia lupa.

Hari ini, tepat 5 tahun lalu disaat usianya masih 24 tahun dia lulus sidang S2.

Satu mimpinya kembali terealisasi. Sesuai dengan target hidup yang sudah dia tentukan. Menurutnya hidup harus memiliki target agar dia terpacu untuk berusaha lebih keras. Tidak menyerah ketika banyak kegagalan. Dan hari itu target untuk lulus S2 ketika usianya 24 tahun terwujud setelah target sebelumnya untuk lulus S1 di usia 21 juga terwujud. Hari itu dia berhasil (lagi) melewati satu pintu impiannya. Meretas asa yang menurut banyak orang entah untk apa.

Sekarang, ketika usianya mendekati angka 30 dia belum juga beranjak. Target untuk merampungkan S3 di usia 30 sepertinya tidak akan terwujud. Hari ini, 5 tahun lalu dia pernah berikrar pada dirinya sendiri untuk meraih gelar doktornya di usia paling tidak 30. Tapi ternyata kali ini dia gagal membuktikannya. Dia mengaku kalah pada target yang pernah dia tulis di kertas semangatnya. Tapi dengan kalah tidak berarti kemudian dia memadamkan semangatnya, dia tidak menyerah. Dia hanya merevisi ulang target hidupnya karena ternyata jalan hidup lagi-lagi tidak mudah. Banyak hal yang bisa saja menjadi rintangan untuk sekedar mewujudkan sebuah idealisme. Yang penting dia tidak pernah menyerah. Itu sudah jauh dari cukup.

Hari ini, 5 tahun lalu, saya, Apisindica pernah berjanji untuk menjadi seorang doktor. Dan hari ini, 5 tahun kemudian, Saya Apisindica tetap berjanji untuk mewujudkan keinginanannya menjadi seorang doktor meskipun tidak lagi pada koridor yang sama yang dulu pernah dia bayangkan sebelumnya.

Tolong bantu saya dengan doa.

Apisindica – Untuk memahami postingan ini dibutuhkan membaca sebanyak : 1 kali

5 komentar:

pau mengatakan...

amin!

Enno mengatakan...

jangan nyerah yud! kamu pasti bisa meraihnya! :)

Anonim mengatakan...

Mas apis, sy sering & suka baca cerita2nya mas apis ^__^ bagus mas
Ayoo mas pasti bisa ^ ^

nita mengatakan...

Wah keren :)
semoga terwujud ya keinginannya. Tuhan berkati.

Apisindica mengatakan...

@all: amiiiiin. Terima kasih semuanya!