Halaman

Kamis, 11 Maret 2010

saya tetap salah

Masih inget sama seseorang yang saya panggil pualam? Seseorang yang sedemikian dinginnya sampai tidak pernah mau mengangkat telpon dari saya dengan berbagai alasan. Seseorang yang kemudian menyadarkan saya bahwa saya terlalu keras berusaha untuk sesuatu yang saya juga tidak tahu untuk apa. Seseorang yang akhirnya membuat saya memaki diri saya sendiri. “Bodoh sekali kamu Apis!!!”

Tapi itu dulu. Sekarang saya bersahabat dengannya. Saling bercerita tentang segala sesuatu, termasuk perselingkuhan yang saya lakukan kemarin.

“Untung dulu aku tidak jatuh ke dalam pelukanmu yah. Kalau iya, pasti aku juga kamu selingkuhin” begitu reaksinya ketika saya bercerita tentang perselingkuhan itu.

Saya hanya tertawa. Saya kemudian bilang, “ si x (nama pacar saya) saja yang sangat berkualitas bisa saya selingkuhin, apalagi kalau cuma selevel kamu” Dan kami berdua kemudian tertawa, karena konteksnya memang dalam kondisi bercanda. Saya yang bercanda, dia saya tidak tahu. Mungkin saja pernyataannya itu memang serius dan dari hati. Saya tidak peduli.

Sebut saja dia Carpelai (begitu dia ingin dipanggil) teman dekat dari si pualam yang juga teman saya. Sama-sama alumni gajah duduk. Si Carpelai tahu permasalahan saya dengan pualam dulu, dia juga tahu mengenai kehidupan saya yang kemarin-kemarin. Entah apa yang ada dalam kepala dia melihat kelakuan saya, entah itu waktu jaman-jamannya ribut dengan si pualam atau masa setelah itu. Semua ucapan atau nasihat dia hanya saya dengarkan, tanpa bereaksi. Sampai kemarin.

Sehari setelah pualam, Carpelai mempertanyakan hal yang sama : “Apis, apakah kamu akan selingkuh juga kalau misalnya dulu pualam menerima kamu?”

Saya tidak punya opsi lain selain menjawab dengan jabawan yang sama dengan yang saya bilang pada pualam. Awalnya saya merasa aneh mendapati pertanyaan itu dua kali diajukan oleh dua orang yang berbeda dalam dua hari berturut-turut. Mulanya saya biasa saja, tapi mendengar pernyataan yang kedua dari Carpleai, mau tidak mau saya bereaksi. Termasuk dengan pertanyaan yang pertamanya.

“Saya sempat kepikiran kalau kamu pacaran dengan si x itu hanya untuk membuktikan kepada pualam kalau kamu bisa lepas dari dia”

Saya tidak suka dengan kalimatnya itu. Ketika saya memutuskan untuk menjalin hubungan dengan seseorang, tidak ada maksud saya untuk membuktikan kepada siapapun kalau saya bisa. Tidak ada untungnya buat saya. Kalau memang misalnya dulu pualam antipati sama saya, itu hak dia. Masalah dia. Dan saya tidak perlu membuktikan kepada dia kalau saya bisa beranjak dan tidak stuck selamanya pada bayang-bayang dia. Saya bukan tipe seperti itu. Pembuktian seperti itu tidak akan membawa saya kemana-mana.

Soal selingkuh, saya tahu itu salah. Tapi semuanya diluar kuasa saya, terjadi begitu saja hanya karena saya tergoda kemudian terlena. Tidak pernah saya niatkan dalam diri saya ketika memulai suatu hubungan bahwa nantinya saya akan menyelingkuhi pasangan saya. Tidak pernah ada niatan seperti itu. Jadi, jangan langsung menyimpulkan sesuatu atas dasar yang belum jelas. Tidak berarti kalau saya pernah selingkuh maka saya akan menyelingkuhi pasangan saya yang berikut-berikutnya.

Saya manusia biasa yang bisa tergoda. Saya bukan malaikat, jadi pasti suatu saat akan salah melangkah. Tapi saya juga bukan setan yang senantiasa salah dan alpa. Bukan seseorang yang akan dengan mudah melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang karena seperti saya sering bilang, saya belajar. Dari kejadian kemarin tentu saja saya belajar, saya bisa memilah nilai baik dan buruk. Karenanya tolong jangan sudutkan saya dengan hal-hal yang absurd.

Sekali lagi saya tekankan, ini bukan pembelaan diri. Bagaimanapun saya tetap salah. Saya tahu.

10 komentar:

mayank mengatakan...

pertamax heheehe

"alumni dari gajah duduk ato gajah mungkur?"
hehehehe

pualam(batu marmer?)kenapa disebut gitu kak*gag penting banget see maiii heeee

alimasadi mengatakan...

paling tidak ketika akan melakukan sesuatu.. kita harus sadar bahwa SESUATU diatas sana sedang mengawasi..

Apisindica mengatakan...

@maiank: gajah duduk donk!! kalo gajah mungkur gw lulusan waduk donk. basah!

pualam karena sikapnya yang dingin kayak batu pualam!

@ali: saya percaya bahwa SESUATU di atas sana tidak pernah tidur untuk mengawasai saya! :)

Reis's mengatakan...

There's been this question inside me since forever ago: are we all not capable of being happy and just-happy?... --> this is not me judging, tapi pertanyaan di atas ga absurd kan? *hugs*

Farrel Fortunatus mengatakan...

point of no return. selingkuh itu kaya narkoba, sekali nyoba pasti ketagihan he he he... tapi ga usah kuatir, you're not alone. peace ah.

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

hidup memang sebuah pembelajaran ya bro.. baik dari suatu hal yg memang sdh seharusnya, terutama dari berbagai kesalahan yg telah dan bakal dianugerahkan pada kita nantinya..

Apisindica mengatakan...

@reis's: bahagia atau tidak bahagia tergantung dari kacamata apa kita melihatnya. Saya yakin kita sudah bahagia, tapi kita seringnya tidak puas karena salah menggunakan kacamata.

semua orang berhak bahagia, dan pasti bisa bahagia. Bersyukur. itu kuncinya. :)

@farrel: kalo bikin ketagihan berarti harus ikut program rehab nih. SECEPATNYA. hahahaha

@pohon: betul banget. Itulah jalan menuju pendewasaan. Belajar dari apa yang sudah digariskan.

Apisindica mengatakan...

@ninneta: makasih yah mbak! ntar aku ambil deh. :)

Unknown mengatakan...

aku tak bisa berkomentar apa-apa...
gimana memposisikan diri biar gak serba salah?

Apisindica mengatakan...

@cabun: gak usah komentar apa-apa kok. hehehe

percaya dan meyakini apa yang memang seharusnya diyakini. Mungkin itu yang harus dilakukan agar gak serba salah!