Halaman

Selasa, 23 Maret 2010

Mulut Comberan

Dari dulu saya SANGAT sadar kalau mulut saya tidak lebih dari sebuah comberan. Banyak sekali kalimat-kalimat makian atau hinaan yang kerap keluar dari sana. Sebagian besar teman saya malah menyebutnya mulut silet, karena yang keluar dari sana selalu menyakitkan. Bikin sakit hati. Saya sadar mengenai hal itu, benar-benar sadar.

Lahir dengan kelebihan yang ada di mulut, membuat saya sering berpikir apakah itu harus saya maknai sebagai kelebihan atau justru kelemahan. Dari dulu, mulut bisa menafkahi saya. Dengan kemampuan mulut saya itu, lembaran-lembaran rupiah bisa tercetak. Jangan berfikir yang macam-macam!!! Saya tidak pernah menjual ciuman, saya tidak pernah menggadaikan mulut atau bibir saya pada setan. Saya bersyukur tidak pernah sedikitpun tergoda, meski pada beberapa kasus saya justru menggratiskannya.

Saya menjual kemampuan mulut saya dengan cara menjadi seorang MC. Mami saya yang menjerumuskan. Kata dia dibanding saya banyak ngoceh tapi nggak dibayar dan cuma bikin berisik, lebih baik belajar public speaking. Dan terbukti, setelah itu saya mencintai dunia ‘ngomong’ lebih dari apapun. Saya bisa mendapatkan uang sekaligus sedikit ketenaran (semu). Salahkan Mami saya kalau saya dari kecil ingin jadi artis timbang presiden!

Kenapa saya lebih senang menyebut mulut saya comberan dibanding mulut sampah, karena kalau sampah kesannya selalu kotor. Nggak pernah ada baik-baiknya, meski ada sampah organik yang katanya ramah lingkungan. Tetap saja sampah dan berkonotasi kotor. Sedangkan kalau comberan, ada saatnya bersih kalau sedang bersih walaupun sesaat kemudian pasti kotor disertai bau. Saya bisa berwujud ibu peri dan ibu tiri dalam waktu yang berselingan, bahkan bersamaan.

Sebetulnya saya tidak sesumbar dalam mengeluarkan kata-kata hinaan atau apapun itu yang kemudian diartikan teman-teman saya menyakitkan. Boleh dicek kepada siapa saja biasannya saya mengelurakan kepedasan kata, kepada teman-teman dekat yang sudah saya katagorikan asik. Tidak mudah tersinggung, karena mereka juga sebetulnya tahu kalau saya dalam kapasitas bercanda. Kadang memang kebablasan, tapi tidak pernah keluar dalam koridor canda, lucu-lucuan.

Salahnya, saya seringkali tidak mampu melihat mood dari lawan bicara. Tetap hajar dengan ngomong asal ceplos nggak jelas juntrungannya. Saya harus lebih banyak belajar, bukan hanya sekedar bagaimana membaca mood lawan bicara tetapi terlebih bagaimana mengerem mulut biar tidak terlalu banyak omong. Belajar mengomentari hanya dalam hati, belajar memaki tanpa ekspresi.

Kalau saya diberi kesempatan untuk lahir kembali, saya akan memilih menjadi orang yang bisa lebih diam. Mungkin akan lebih tidak banyak konflik, mungkin akan menghadapi lebih sedikit konfrontasi. Hidup mungkin akan jauh lebih aman dan tidak menjadi sosok yang seringkali menyebalkan.

So, buat siapapun di luaran sana yang pernah tersinggung dengan sesuatu yang keluar dari mulut saya, saya minta maaf. Tidak ada maksud sedikitpun untuk menyakiti perasaan kalian. Saya hanya merasa bahwa dengan becandaan model begitu, kita bisa jauh lebih dekat. Mungkin itu salah satu refleksi rasa sayang saya terhadap kalian. Boleh diterjemahkan aneh, karena saya yakin ketika pertama kali kalian bertemu dengan saya, yang ada dalam benak kalian pasti juga ‘aneh’. Sekali lagi saya minta dimaafkan.

Bila nanti dalam perjalanan waktu ke depan saya masih mengulangi dan mengulanginya lagi. Mungkin lebih baik saya tidak usah ditemani.

10 komentar:

SerasaSore mengatakan...

kalo saya siy ngga masalah dengan hal kek gitu selama yang bersangkutan ngga marah juga kalo di celetukin yang lain.
yah...imbang lah kesannya...
;)

note : mencoba eksis...

Farrel Fortunatus mengatakan...

aku jg ga masalah tuh menghadapi orang bermulut comberan, coz gw sendiri orangnya ga bergitu nyerocos kl ngomong. tp kalo sekali ngomong 'pelan' tp 'dalem'.... he he he

BaS mengatakan...

hahaha......aku suka postingan yang ini. Jadi kayak ngaca sama diri sendiri.

Tapi dengan bebas berkespresi model mulut comberan bagiku rasanya adalah jujur dengan diri sendiri dan juga dengan orang lain. Dan jujur itu menyenangkan, sangat menyenangkan malah....
Khan katanya "Katakan dengan jujur meskipun itu pahit" (bukan dengan comberan sih tapi?!?! Jadi??)

anyway nice post pak.....

Anonim mengatakan...

Aih, gw malahan beberapa hari ini ga bisa tidur karena sadar udah bermulut comberan. Tapi entah gimana gw bisa memperbaikinya.....

-Zhou Yu-

Anonim mengatakan...

lidah adalah pisau bermata dua,harus hati2 menggunakannya.

lebih bijaksana buat diam jika tidak ada yg baik untuk dikatakan :D

Apisindica mengatakan...

@jinggamerah: kan tidak semua orang bisa berlaku seperti kamu. Buat seseorang bisa fair dengan membalas, tapi buat orang lain tidak bisa.

salam eksis!!!

@Farel:terima kasih kalau menganggap bermulut comberan itu tidak apa-apa. :) tapi meskipun begitu, saya tetap harus mengurangi kadarnya!

@BaS: Alhamdulillah kalau bisa berkaca, artinya kan bisa memperbaiki diri bersama-sama.

Jujur terhadap diri sendiri dan orang lain, seringkali diintrepetasikan salah juga sih. So mending liat-liat dan mengerem aja deh!

Terima kasih atas pujiannya!!!

@Zhou You: kita baru sadar setelah terucap kan? makanya lebih baik dipikir dulu deh sebelum diomong. Percaya sama gw, always been there! :)

@didot:setuju. Kita harus lebih bijaksana dalam bertutur kata. Harus belajar terus nih. Insya allah!!

ajenk mengatakan...

Mulutmu rejekimu teman...hajar bleeh...! *hloh??* :P

Apisindica mengatakan...

@ajenk: hahaha, mulutmu rejekimu. gue suka istilah itu. Thanks yah!!!

@ninneta: insya allah ya!!!!

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

kalo menurutku itu mah sebuah kelebihan bro.. nyatanya bisa ampe mendulang rupiah dari ngemsi.. hehe..

sepertinya seh kalo semua hal itu dilakukan dalam batas yg sewajarnya, tdk akan ada berbagai ingin dan angan yg bersinggungan antar pribadi satu dan yg lainnya bro.. :)

Apisindica mengatakan...

@pohon: hahahaha, kelebihan yah! :)

ya makanya itu sedang belajar agar selalu dalam koridor wajar dan tidak kebablasan.

Terima kasih!