Halaman

Senin, 25 Januari 2010

Di Luar Hujan

Di luar hujan. Kadang lebat kadang gerimis. Tapi aku tahu keduanya menghasilkan basah. Rintik yang mencumbui ujung-ujung genting menciptakan melodi getar. Menyuarakan perih. Kekalutan yang dilapisi hitam. Pekat yang bersenggama dengan mendung yang kemudian membuahkan hujan. Tengah malam.

Aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Ada kecamuk di labirin hati yang tidak aku mengerti. Entah apa. Semakin aku mengejarnya demi sebuah kejelasan, semakin cepat dia berlari. Keluar masuk labirin-labirin lain di sebelahnya. Aku lelah, hingga akhirnya aku menyerah. Membiarkan rasa itu bermain seenaknya, berjingkrakkan memainkan perasaanku. Bersekongkol dengan otak dan mata untuk membuatku terjaga.

Di luar hujan. Tak akan kutemukan bintang di pekat hitam. Padahal kuharap kantuk akan menjelang ketika aku berusaha menghitung bintang.

Semua gara-gara sebuah email. Email pendek yang tadi siang datang membawa perang. Pergolakan batin, perasaan bersalah, egoisme dan perasaan diharapkan. Kenapa lagi-lagi dia datang menunggang aksara? Kenapa untuk kesekian kalinya dia menggugat perantaraan maya? Kenapa rasa itu di hatinya tidak lantas mati? Kenapa? Terlontar ribuan kenapa tanpa jawaban. Semuanya saru oleh bunyi air. Di luar hujan.

Melalui email dia mempertanyakan lagi semua harap yang pernah terucap raga. Dia dengan pintarnya mengirimkan serpihan email-email yang dulu pernah aku kirimkan. Dulu. Ketika aku masih berjalanan berdampingan dengannya. Saat kami belum memutuskan untuk berpisah mengambil jalan yang berbeda di persimpangan yang menghadang. Dulu.

Aku ingat semua bajar-banjar kata yang terangkai menjadi prosa, yang kemudian aku kirimkan melalui maya. Dulu, melalui dia kami saling berkirim sapa. Demi komunikasi yang katanya bisa mempererat hubungan walau jarak memisahkan tatap dan belai. Aku ingat semuanya. Tapi itu dulu.

Jadi ketika aku mendapatkan kiriman email yang ditulis oleh aku sendiri, aku hanya limbung. Dipaksa bergerak mundur ke masa lalu. Digugat oleh cerita yang sebenarnya aku ingin lupa.

Sayang, jangan khawatirkan aku. Aku siap menghadapi semuanya. Kita hanya dipisahkan jarak, tapi kita harus yakin kalau hati kita berlekatan satu sama lain. Kuharap hati kita tetap mendendangkan lagu isyarat cinta, mejaganya tetap bernada merdu. Jangan risau melihat air mata ini, karena air mata ini akan kutampung dalam berlembar-lembar surat cinta. Akan kusimpan suratnya kemudian di dekat buritan, berharap suatu saat gelombang mengenyahkannya jauh dan membentur karang di negeri seberang. Tempat dimana kamu menungguku dengan peluk tanpa syarat.

Aku ingat pernah menulis itu. Tapi tolong jangan kamu jadikan senjata untuk menarikku ke masa dulu. Semua cerita sudah usai, menguap seiring pergantian musim yang sekarang tak jelas waktunya. Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu dari dulu. Aku juga tidak akan pernah melupakanmu. Kamu salah satu indah dari yang terindah. Karenanya kamu menempati tempat khusus di sana, di kristal kenangan yang kusimpan dalam diam. Cukup aku yang tahu.

Di luar hujan. Makin deras. Enyahlah kau bersama air yang terlindi menuju saluran. Biarkan aku bergelung dalam selimut malam. Dengan cinta yang mungkin akan aku semai.

14 komentar:

Ginko mengatakan...

Beberapa orang memang tidak bisa hidup di masa sekarang, it like they trapped in the past and cannot (or won't) move on "sigh". Sabar saja.

Ali Masadi mengatakan...

kalo seseorang terus terikat dengan masa lalu .. maka tak kan pernah melangkah maju .. iya kan.. btw salam kenal... kunjungan pertamaku nih...

De mengatakan...

hidup berawal dari masa lalu
tapi bukan berarti masa lalu akan terus menghantui kita
hiduplah dengan keadaan saat ini, tapi berkaca dari masa lalu

Ninneta - MissPlum mengatakan...

Di pamulang hujannya mengerikan sekali deh, dari panasnya setengah mati selama 1 jam, terus hujan deressss banget berjam-jam...

tapi aku selalu suka saat hujan,,,,

Apisindica mengatakan...

@ginko: mudah-mudahan aku bisa terus bersabar. Aku tidak ingin masa lalu dan dia membelengguku hingga kaku. ;)

@Ali: terima kasih atas kunjungan pertamanya, semoga senang berkunjung kesini. Iya setuju, tinggal di masa lalu tidak akan membawa kita kemana-mana.

@desfirawita: pada masa lalu aku akan berkaca, pada masa lalu aku berpijak. Berkatnya aku bisa terbang merdeka seperti saat ini.

@ninneta: iya, cuaca jakarta nggak menentu saat ini. sebentar panas sebntar hujan lebat.

aku juga suka sat hujan, hanya saja benci dengan becek yang dilahirkannya ketika mereka bersenggama dengan tanah. :)

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

ah, hujan itu datang bersama kenangan ya bro? yg dgn beringasnya merajam tiap mili ingatan..

tetap semangat bro.. slamat berjuang ya..
hehe.. :)

Poppus mengatakan...

Darliiing, caramu menulis makin cihuuy. Oooh aku padamu. Seandainya tulisan-tulisan lu ini bukan curhat pun orang masih bisa sangat terbawa kedalamnya. Hayo bener bikin buku!

Apisindica mengatakan...

@pohon: itulah kenapa kadang aku membenci hujan. Karena kehadirannya seringkali memporakporandakan imaji tentang masa lalu. menghadirkan ingatan yang seharusnya hanya disimpan.

insya allah akan tetap semangat kok! ;)

@brokoli: masa siiih? dooh terharu dipuji sama penulis sehebat popi. makasih yah cintah!!

iya neh, sedang terus mengumpulkan keberanian untuk menghimpun ide dan merealisasikannya dalam bentuk karya nyata. Buku.

doakan aku yah!!!!

Ligx mengatakan...

Apis, cakep banget tulisanmu.. mau berguruuuuuu... boleh yah? yah? yah? hihihi

Apisindica mengatakan...

@ligx: masa siiiih? hahaha, kembali ke selera asal neh. Lagi kesambet pujangga juga. Berguru? salah orang kali. Secara aku juga masih belajar!

Alil mengatakan...

there are 4 things never come back:
1. yesterday
2. the spent arrows
3. the past
4. the spoken words...

dan apis terjebak kata2nya sendiri...

bilang aja pis... itu kan duluuuuuuu..
sekarang semuanya udah berubah...
udah ada yg lebih cakep..
hahahahhaaaa

Apisindica mengatakan...

@alil: setuju sama 4 things never come back-nya.

iya, aku terjebak jeratku sendiri. Meski sebenarnya itu kan masa lalu, dan kita bisa melakukan apa saja waktu itu. kalau digugat sekarang, pasti ceritanya udah lain.

Hah? ada yang lebih cakep? mana? mana? mana? hahahahaha

rid mengatakan...

jadi ingat lagunya Utopia 'hujan'
jadi ingat dia juga,hihihi..
life goes on, pis. semangaat!!

Apisindica mengatakan...

@rid: hahaha, hujan memang selalu membawa kenangan.

yup, life goes on! semangat....