Halaman

Senin, 09 November 2009

Menyerah

“Lupakan aku……….” Sepenggal kalimat yang kemudian menotok pertahanan semua sarafku. Lemah. Tak berdaya, tak bisa malakukan apa-apa.

“Aku mohon jangan menyerah!” Pintaku. Sayang sepertinya dia tidak akan mendengar permintaanku, karena justru kalimat itu terucap setelah telepon tertutup. Atau mungkin sesaat setelah dia menutup hatinya untuk kehadiranku.

“Aku tahu kita pasti bisa melewatinya, makanya jangan menyerah. Jangan sekarang” Kalimat itu kuucapkan meski aku tahu semuanya sia-sia. Semuanya sudah berakhir pada titik nadir yang dibuatnya. Kumpulan titik yang membangun garis-garis samar untuk kemudian menjelma menjadi nyata dan memisahkan aku dengannya.

Aku diam. Hening. Aku membiarkan pikiranku menjuntai, bergulung-gulung luruh ditelan pahit. Pikiranku kemudian menemukan jalan buntu, tapi aku menyuruhnya terus melaju. Biarkan saja pikiranku menabrak semua yang menghalangi jalannya, biarkan merayap, menyelusup melalui liang yang ada. Setidaknya tidak diam, karena dengan diam berarti stagnan. Dan stagnan berati mati, sementara aku tidak mau pikiranku mati. Mati berarti menyerah, dan aku tidak menyerah.

Pikiranku berhenti di salah satu pusaran yang kemudian melingkarkanku untuk mengingat suatu percakapan yang aku tak ingat dimana pernah mendengarnya. Tepatnya pikiranku membelot untuk tidak mengingatkanku akan hal itu. Lamat-lamat percakapan itu menjelma menjadi sangat nyata, bahkan setiap detail kata yang terucap membahana di ruang pikiranku yang menjuntai dan bergulung. Pikiranku memaksaku untuk mendengarkannya berkali-kali, entah apa maksudnya. Tapi aku seakan berada di titik yang itu-itu juga, berputar-putar dan kembali ke titik yang sama.

“Jangan menyerah. Aku mohon jangan menyerah!”

“Apa karena aku bodoh? Aku akan dengan giat belajar agar menjadi pandai dan tidak mempermalukanmu di depan teman-temanmu”

“Apa karena aku nista? Aku akan berdiri setia hanya padamu sampai kapanpun”

“Apa karena aku miskin? Aku akan giat bekerja agar tidak selalu menyusahkanmu dan bergantung padamu”

“Makanya aku mohon jangan menyerah!”

Kalimat-kalimat itu terus menggema di dalam pikiranku yang menjuntai dan bergulung. Semakin bergulung, semakin membuatku oleng. Aku limbung. Aku pusing, kemudian pikiranku menghilang. Aku tak sadar. Apa aku mati? Aku tidak mau mati, karena aku masih mau berjuang seperti kalimat-kaliamat percakapan tadi yang gaungnya kian kencang bahkan ketika aku merasakan bahwa aku telah mati.

Saat gulungan pikiranku berhenti bergerak, aku tersadar. Aku bangun meski tertatih, aku berontak meski tak bertenaga. Aku hanya ingin berjuang. Memperjuangkan cinta yang dulu kita bangun berdua. Aku tak sanggup berjuang sendirian sementara kamu selayaknya prajurit yang mengaku kalah padahal perang belum juga usai. Menyerah untuk tidak berjalan bersamaku lagi. Kenapa?

Aku tidak bodoh, yang artinya aku tidak akan mempermalukanmu di depan teman-temanmu. Mungkin aku nista, tapi meskipun begitu aku akan berdiri setia hanya padamu sampai kapanpun. Aku tidak terlalu miskin, aku punya pekerjaan yang menjanjikan, artinya aku tidak akan terlalu menyusahkan dan bergantung padamu. Tapi kenapa kamu tetap menyerah? Sudah terlalu beratkan beban yang kau pikul untuk sekedar berjalan beriringan denganku?

Aku tahu setapak itu berbatu dan seringkali membuat kaki kita terluka sampai berdarah. Tapi kalau kita bersama, kita akan bisa melewatinya, menyongsong jalan besar tak terjal yang terpampang mengundang. Tak peduli aku harus memapahmu sampai jauh, menggendongku saat kamu sama sekali tidak bisa berjalan. Aku rela menjadi titian langkahmu untuk mengenyahkan sakit yang mungkin datang. Aku rela.

Aku hanya ingin kamu tidak menyerah. Tidak seperti ini, karena aku masih kuat menerima dera. Aku akan berdoa agar aku bisa menggatikanmu untuk menerima sakit, perih dan luka yang mungkin ada. Aku rela. Percayalah aku rela.

Sayangnya kamu sudah tidak percaya padaku, bahkan pada kemampuanmu sendiri. Aku bisa apa? Sekuat apapun aku berjuang tapi ketika kamu memutuskan untuk menyerah maka perjuangan akan sia-sia. Cinta tak bisa diperjuangkan hanya oleh aku sendiri, aku tak akan sanggup. Mungkin aku seharusnya mengikuti caramu menghindar dari semua kenyataan ini. Mungkin sudah saatnya bagiku juga untuk menyerah.

Terima kasih telah mengajarkanku menjadi kuat dengan caramu. Terima kasih telah menjadikanku dewasa lewat pembelajaran yang luar biasa. Aku berhutang banyak padamu. Aku mungkin tidak akan bisa membayarnya sampai kapanpun, karena kini aku juga menyerah. Aku menamatkan peranku di kehidupanmu. Titik.

PS: based on true story. Maaf ya DSR, curhatanmu aku jadikan tema postingan. Seandainya ada yang bisa aku lakukan lebih selain menemanimu menangis seperti semalam!

13 komentar:

lucky mengatakan...

apis, kamu amat sangat produktif akhir2 ini. efek menjomblo ya??

Apisindica mengatakan...

@Lucky: Hahaha, yah sebagian! Lebih tepatnya dalam rangka menyibukan, mengobati dan bermain dengan hati.

Manusia Bodoh mengatakan...

Nuansanya pas bet sama suasana hati saya. *curcol*

Ternyata, mellow's in d air, yes!

Ms. Grey mengatakan...

Hiksss.... jadi ikutan mellow.... Hiksss

Alil mengatakan...

perjuangan cinta emang berat ya Pis..
sampai harus nyerah, akhirnya...

*Alil ikutan lelah...

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

fiuhh.. tulisannya bagai cermin buatku bro.. kutemukan sosokku berdiri disana..

*pohon juga telah lelah..

LigX mengatakan...

Postingan yg pas bgt apis..

*Ligx ikut lelah..

Anonim mengatakan...

*merasa ada kesempatan memasarkan obat tambah tenaga.. xixixi*
Semua pada lelah.. minum Hemaviton Jreng! Yaaa.....

Aih Apis.. kamu ini.. hiks hiks.. kalo lagi produktif.. suka bikin terharu :(... Eh eh.. mas/mbak DSR, yang kuat yaaa... Jangan kapok curhat ama Apis.. dia itu bener2x ibu peri kalo dicurhatin.. (langsung merasa pengen curhat ma Apis dan ngacir ke Gtalk)

arik mengatakan...

Cinta, apapun dan bagaimanapun bentuknya tetap harus diperjuangkan.

Okit Jr mengatakan...

wuiiihhh...
jleb jleb jleb...

---daleeeemmm apis......

Apisindica mengatakan...

@manusia: Mellow always in the air...

@Grey: semangat Grey, jangan ikut terpengaruh!!

@Alil: semua perjuangan selalu berat, apalagi cinta yang tak tersampaikan. Hiks....

@Pohon: Mungkin suatu saat kita memang harus ketemu mabro, buat sharing...;)

@Ligx: jangan ikutan lelah juga donk....semangat yah, meski kadang putus asa membayang!

@Jo: Ibu peri tidak sabar untuk bertemu Jo di awal Januari tahun depan. Cepet pulang!!!! hehehe

@Arik: Betul, cinta harus diperjuangkan, meskipun hasilnya entah bagaimana. Setidaknya kita puas pernah berjuang!

@Okit: Hehehe, maklum lagi mellow, jadi suka agak mendalam!

kotakitem mengatakan...

jangan menyerah....
dulu pernah menjadi insan yg bilang "please don't give up", tapi pada akhirnya, apa artinya klo cuma kita yg berjuang sendiri, sedangkan pihak yg 1 lagi jelas2 sudah lepas tangan...
*jadinya curcol*

postingnya bener2 menoreh hati...

Apisindica mengatakan...

@Kotakitem: selamat datang bro!!!

Setuju, ketika hanya satu pihak yang berjuang maka hubungan tidak akan bisa dibawa kemana-mana. jalan yang terbaik ya menyudahinya.