Halaman

Senin, 16 November 2009

Hujan Musim Ini

Aku menghargai kejujuranmu yang telah mengakui bahwa sebetulnya kamu masih memiliki seorang kekasih. Entah kemudian menurutmu itu kekasih di luar nalarmu, di luar logikamu, tapi tetap dia disebut kekasih, seseorang yang pastinya masih mengisi tempat teristimewa di hatimu. Aku menghargai semua niat baikmu sehingga kamu masih menghormati aku dengan berterus terang. Sebelum semuanya berjalan lebih jauh.

Aku tidak ingin cinta menjadikanku bodoh. Aku tidak ingin cinta membuat jiwaku menjadi kerdil. Dan apabila kemudian aku mau berkompromi dengan semua keadaanmu itu artinya aku bodoh, dan aku membiarkan jiwaku kerdil. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa menang bersaing dengan cinta yang masa tumbuhnya berkelipatan 365 hari itu. Aku akan selalu kalah tersisih. Tak peduli meskipun kamu bilang bahwa dia sebenarnya kosong, bahwa mencintai dia sungguh di luar akal sehatmu. Aku akan selalu kalah.

Mungkin aku kamu anggap bisa mengisi kosong yang kekasihmu beri, tapi itu artinya aku akan hidup dalam bayang-bayang dia. Dan aku tidak mau seperti itu. Apabila hubungan kalian sudah hitungan tahun, artinya selama ini kamu sudah berkompromi dengan kekosongan itu. Kenapa sekarang kamu justru seperti kebakaran jenggot dengan complain bahwa dia kosong? Jangan jadikan aku sebagai alasanmu mengugat kekosongan itu.

Kamu boleh bilang bahwa mencintainya di luar nalarmu, bahwa mencintainya membuatmu menomersekiankan logika. Tapi, ketika hubungan itu bisa kamu pertahankan sampai sekarang kamu bukan lagi hidup di luar nalar, tidak lagi mengabaikan logika, kamu sudah nyaman. Nikmati kenyamanan itu, jangan kemudian berontak karena kamu pikir aku bisa menutupi kekosongan kekasihmu. Aku mungkin hadir di saat yang tidak tepat, memberikan sensasi baru yang mungkin hanya sebuah selingan.

Gambar puzzle hati di dadamu mungkin tidak penuh karena kekosongan yang menurutmu dimiliki oleh kekasihmu itu, tapi selama hatinya masih bisa mengalunkan isyarat cinta kenapa harus dipermasalahkan. Aku mungkin bisa pas dengan potongan puzzle yang belum lengkap itu, tapi aku yakin warna gambar hatinya akan berbeda, dan aku hanya akan tetap menjadi potongan puzzle. Bukan gambar hati utuh. Karenanya aku memilih untuk mundur. Aku tidak ingin cinta menjadikanku tidak adil terhadap dia. Kekasihmu.

Hujan masih menyisakan genangan air meski bau tanahnya sudah menguap. Genting masih basah setelah sesaat dicumbu rinai hujan. Basah hujan musim ini aku memutuskan untuk beranjak dari sana, dari kepingan harapan yang sebelumnya aku kembangkan. Maaf jika aku kemudian menutup akses komunikasi diantara kita. Tolong beri aku waktu untuk menyembuhkan luka, karena layaknya gerimis, kamu hanya datang sesaat. Dan dalam kesesaatannya itu kamu masih meninggalkan jejak. Jejak air mata.

16 komentar:

Manusia Bodoh mengatakan...

Dalam luka... masih ajah dikau bermain-main kata sedemikian indahhh....*envy*

BIKIN BUKUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!

menjadimanusia mengatakan...

situ bahasanya selalu mendayu-dayu sendu ya... kalo dilemparin ke orang pasti banyak yang jatuh hati... mungkin selama ini lo belum pernah coba lemparin ke orang... :D

Alil mengatakan...

keputusan yang tepat...!

*alil harap Natta baca ini... pas banget kondisinya...

lucky mengatakan...

days, masalahnya dalam kehidupan nyata bahasanya udah ga mendayu-dayu lagi tetapi setajam silet.....

Apisindica mengatakan...

@manusia: MAU..MAU..MAU BIKIN BUKU...hehehehe

tapi kadang ide suka stuck begitu saja. Insya allah terus dicoba!!

@days: makanya kenalin sama publishernya Fa donk Days, siapa tahu mereka tertarik. (ngarep mode on)

@Alil: insya Allah tepat....

Semoga siapapun yang baca dan kebetulan memiliki pengalaman yang sama bisa mengambil pelajaran dari sana. amien

@Lucky: setajam silet aja lo masih nyaman ngobrol sama gw, apalagi gw mendayu-dayu. Ini kan soal tulisan, bukan kenyataan. Gw cuman pengen orang bisa jatuh hati sama gaya tulisan gw, sama gw nya gak perlu. hihihihihi

lucky mengatakan...

Gw cuman pengen orang bisa jatuh hati sama gaya tulisan gw, sama gw nya gak perlu.

Days, Apis is in denial phase.
Kayaknya perlu diterapi kali ya...

Lucky Mo Nyampah Lagi mengatakan...

@ Alil: ehhh beda dunk dengan kasusnya Natta. Dia kan masih muda, kesempatannya masih banyak. Lah kalo apis??? *mesem-mesem*

Apisindica mengatakan...

@Lucky: heh, udah berulang-ulang gw bilang yah sama lo. Gw nggak dalam tahap denial. gw sedang berusaha hidup dalam realita.

DANNNN....kalo banyak yang suka sama tulisan gw masa harus suka sama gw-nya juga. Nggak perlu kan??? Gw gak mau digilir. huahahahaha

Soal umur, iya..lo mau ngomong apa lagi? gw udah tua, udah kadaluarsa. Nggak gw sangkal, gw memang udah tua, mungkin juga udah kadaluarsa. Makanya gw lebih selektif dan belajar jauh lebih bijaksana. Kalau memang Tuhan nggak kasih sekarang, mungkin nanti Tuhan pasti kasih, saat gw sudah lebih tua dari sekarang. Ya sudah TUA dan TERAMAT KADALUARSA seperti yang sering lo bilang.

Terima kasih kalau selalu mengingatkan bahwa gw sudah TUA dan menjelang KADALUARSA. Gw anggap itu sebuah pujian!!!!

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

hehe.. sabar ya bro..
nanti pasti ada waktunya sendiri kok.. khusus dari Tuhan kepada apis.. yakin aja, dgn itu insyallah akan semakin mendekatkan kita pd takdir & jodohnya..

bener kata temen2, tulisan apis bagus banget.. rapi dan semakin berjiwa.. menurutku seh..
belajar utk kuat & selalu bijaksana memaknai hidup..
tetap semangat ya bro..

Apisindica mengatakan...

@pohon: hahaha, iya kok aku sedang berusaha sabar. kalau masih nggak sabaran, malu sama umur. nanti dibilang nggak tahu diri.

Aku selalu yakin sama Takdir Allah, Dia pasti sudah menyiapkan seseorang buatku yang baru akan diberikan-Nya ketika waktunya tepat. Sekarang aku hanya sedang mengamini takdir. Belajar bahwa tidak semua doa bisa dikabulkan segera.

Alhamdulillah kalau tulisannya dinilai bagus, hanya menyalurkan hobi. Sekalian mengisi takdir dengan sesuatu yang lebih berarti. Terima kasih buat pujiannya ya...Insya allah menjadi penyemangat untuk senantiasa bersyukur dalam menjalani hidup.

Enno mengatakan...

wah bener... disini gloomy juga...

ayo semangat Y!

Jo mengatakan...

Is it PIKTIP or not?
Siapa lagi? xixixi...

ceritayuda.blogspot.com mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Apisindica mengatakan...

@enno: nggak kok mba, hanya ingin mencurahkan unek-unek. Masa-masa gloomynya udah lewat...

semangat kok....

@Jo: ini bukan PIKTIP....
Nanti yah pas lo balik ke Indo gw ceritain (kalo gw masih inget tapi...)

Farrel Fortunatus mengatakan...

Alur ceritanya emang enak buat dibaca, touchy bgt. lain bgt dengan gaya bercerita gw yang gokil, berantakan dan seenak udel he he he...
Btw, ada 3 macam jawaban Tuhan atas doa kita.
1. YA (dikabulkan)
2. TIDAK (tidak dikabulkan)
3. NANTI (nunggu saat yg tepat)
salam.

Apisindica mengatakan...

@farrel: terima kasih atas pujiannya. Tapi sungguh gw kadang iri dengan orang yang bisa nulis dengan gaya bercerita yang gokil. Gw nggak bisa, tapi yah mungkin itu ciri khas masing-masing yah. Gw suka cara farrel bertutur, seruuuuuu....

Gw selalu yakin, Tuhan selalu menjawab doa gw, meskipun kadang jawabannya TIDAK!!!