Halaman

Rabu, 18 November 2009

Denial Phase

Semalam saya bertanya kepada hati saya. “Betulkah saya sekarang berada dalam fase penyangkalan seperti yang dibilang salah seorang sahabat?”

Lama, tak ada jawaban.. ……Yang saya dapatkan hanya sunyi.

Saya beralih bertanya pada otak, karena saya berpikir bahwa otak biasanya lebih realistis. Tidak lagi mempertimbangkan perasaan. Tapi yang saya dapatkan juga diam. Otak saya seperti mogok tidak mau diajak berpikir, bahkan sekedar untuk memberikan komentar.

Akhirnya saya berbincang dengan diri saya sendiri. Entah dengan siapa, karena hati dan otak yang biasanya bisa saya andalkan keduanya sedang tidak bisa diajak bekerja sama. Saya berbincang dalam hening, dan mungkin lebih tepat dilihat seperti pentas monolog, karena hanya saya yang berbicara. Tanpa ada sahutan.

Seperti orang bodoh, saya terus-menerus mendengungkan berbagai pertanyaan, meski saya tahu bahwa tidak akan ada jawaban. Tapi itu lebih baik, setidaknya saya tidak sedang merasa dihakimi. Saya bertanya, saya juga yang menjawab.

“Apakah ketika saya mengatakan untuk saat ini tidak sedang membutuhkan seorang kekasih, Saya dikatagorikan dalam fase penyangkalan?” Saya merasa itu bukan salah satu bentuk penyangkalan. Saya justru sedang bersikap sangat realistis. Belajar dari berbagai pengalaman yang hadir silih berganti, dari titian waktu yang bergerak dalam jalur perjalanan, saya merasa bahwa kehadiran seorang kekasih bisa dieliminir dengan berbagai hal. Terdengar absurd mungkin, apalagi bagi sebagian orang yang mengenal saya dengan baik.

Tidak sedang membutuhkan kekasih bukan berarti kemudian saya berhenti mencari. Saya tetap mencari tetapi tidak ngotot seperti dulu. Tidak lantas mengambil segala cara untuk menggenggam cinta, bahkan dengan mencoba merebut kekasih orang. Saya benar-benar malu pernah berada di titik itu. Saya selalu yakin akan kekuatan Doa, dan saya sangat yakin kalau Tuhan mendengar. Jadi apakah ketika saya berdiri dalam bentuk kepasrahan seperti ini saya disebut sedang dalam tahap penyangkalan?

Saya mempunyai tiga orang sahabat yang bertemu pertama kali perantaraan blog ini, dan sekarang mereka semua sudah berbahagia dalam kaca mata saya. Hidup dengan cinta yang mereka yakini, bertemu dengan pasangan jiwa yang membuat mereka merasa lengkap. Apakah saya iri? Pasti, siapa yang tidak iri dengan hal itu, tapi perasaan ikut berbahagia bagi mereka jauh lebih banyak ketimbang perasaan iri saya. Salah satu bentuk kebahagiaan saya adalah melihat sahabat-sahabat berbahagia dalam hidupnya. Dan apakah ketika saya merasa iri, saya harus menerima tawaran hati tanpa berpikir banyak hal? Dan apakah ketika saya banyak menolak tawaran hati sampai akhirnya saya mengatakan bahwa saat ini tidak sedang membutuhkan kekasih, kemudian saya dikatakan berada dalam fase penyangkalan?

Seorang sahabat juga bilang bahwa saya sudah tua, menjelang kadaluarsa, jadi kenapa harus pilih-pilih? Saya mengamini. Saya tidak semuda dulu, dalam beberapa tahun ke depan saya akan menginjak usia berkepala tiga, dan mungkin memang saya menjelang kadaluarsa. Tapi karena merasa tua itulah kemudian saya lebih selektif. Mungkin terkesan pilih-pilih, tapi lagi-lagi pengalaman mengajarkan saya banyak hal. Sudah teramat sering saya salah menginderai terang. Saya berpikir itu adalah bulan yang akan menuntun saya pulang, tapi ternyata itu hanyalah lampu taman yang temaram. Saya tersesat kemudian.

Sebagian orang pasti akan berteriak-teriak dan menyebut bahwa tulisan ini adalah bentuk nyata dari sebuah penyangkalan. Silahkan beropini, tapi yang mengetahui saya bahagia atau tidak hanyalah saya. Dan untuk saat ini saya CUKUP bahagia. Saya memiliki kehidupan yang memberikan saya alasan untuk selalu ingin bangun keesokan harinya, dan tersenyum menyambut hangatnya mentari.

16 komentar:

Manusia Bodoh mengatakan...

Entah mau komen apa...
Kaya'nya saya juga dalam fase yang sama...

Semangat aghhhhh!!!!

Farrel Fortunatus mengatakan...

seringkali orang mrs takut menjadi tua pdhal itu sangat alami. menginjak umur di kepala 3 mungkin pd awalnya berat, ada penolakan diri menjadi tua. percaya bro, bbrp tahun kemudian km akan merasa terbiasa. Siapa bilang dg pencapaian umur tertentu kita telah masuk fase kadaluarsa? tiap orang punya pesona dan kelebihan di tiap fase usianya. dan ingat prinsip supply & demand: di usia berapapun kita masih punya kesempatan mencari seseorang yang seseorang yang tipenya sesuai dengan kriteria kita. jadi don't worry be happy lah he he he...
saya percaya kamu bahagia, dan kamu telah menemukan kebahagian dg caramu sndr. chiayo!!!

Ms. Grey mengatakan...

Tenang Pis, gw jg sedang dalam phase ini.
Udah seumur kita sebaiknya sekalian cari pasangan yg terbaik, bukan cuma sekedar pasangan untuk hura-hura.

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

eh bro, aku baca bolak-balik tulisan diatas kok nggak nemu ya.. dimana seh fase penyangkalannya? hehe, maap rada telmi neh.. tapi menurutku nggak ada ah.. apanya yg disangkal bro?
aku yakin kok, apis cukup bahagia bahkan utk menyambut dgn senyum hari2 berikutnya..

mabro.. yakinlah, semua bakal indah nanti pada waktunya..

Jo mengatakan...

Mari kita rame2x pindah fase hehe...

Alil mengatakan...

I don't think you're in denial phase my friend...
ada suatu masa dimana km emang pengen menikmati kesendirian dan merasa cukup bahagia...
dan itu bukan penyangkalan atas kebutuhan seseorang disisimu...

just enjoy your loneliness...
kan ada temen2 disini...

Manusia Bodoh mengatakan...

You're not alone kok!!!
Jalani hidup dengan santai lah...

Semangadddd....

MOVAZ mengatakan...

yang pnting ush n doa bre.... kekasih??? urusannya ada ditangan kita dan kbruntunngan kita secara indvdu.... lbh bayak ngalah bre.... sabar keep fight!

Apisindica mengatakan...

@manusia bodoh: asiiiiik, apis punya temen!!! ;)

@Farel: huaaaaaaaa, untung gw masuk usia 30-nya masih beberapa tahun lagi. Menikmati umur dengan kepala 2 dulua aja ah, gak mau mikir yang berat-berat. Gw setuju sama yang ditulis farel. Hidup Farel!!!!

@Grey: igh, apis ada yang nemenin lagi. Iya grey, masa-masa pacaran buat hura-hura udah lewat fasenya dari jaman kapan tau yah!!!

@Pohon: hehehe, thanks mabro...Apis memang tidak sedang menyangkal sesuatu kok...and im really happy for being me right now. No further...

Apisindica mengatakan...

@jo: kalo lo udah pindah fase lagi, gw semakin jauh tertinggal donk. Hihihihihi

@Alil: makasih alil, so sweet deh...Makasih udah jadi temennya Apis!

@Manusia:Apis menjalaninya dengan santai kok, terlalu santai malah. Tapi tidak menghalangi untuk terus bersemangat. Ayo semangat!!!!

@movaz: mungkin istilahnya bukan mengalah, tapi berkompromi. Apis sedag belajar berkompromi dengan segala hal....insya allah bisa!

Anonim mengatakan...

mantab banget blog ini....bahasanya membuncah-buncah,jadi penasaran siapa "apis" sebenarnya....pengen kenalan...

Apisindica mengatakan...

@anonim: huahahahah, komen yang lucu....Setahu gw itu yang membuncah-buncah itu aura gw doank!! ;)

Mau kenalan? yuks main sama apis yuk di taman aksara....

menjadimanusia mengatakan...

tebar pesona... lemparkan kata-kata manisnya... hahahaha :D

Apisindica mengatakan...

@days: hahahaha, kata-kata manisnya belum nyangut di hati orang neh. Gimana donk?! ;)

kolpri mengatakan...

.. gwe cm bisa 'membisu'... <--- kan ini cm ngetik, ga ngomong :)



maknyus coy. meski gwe rada telmi

Apisindica mengatakan...

@ngoeg: cukuplah hanya membisu, itu sudah memberikan banyak arti.

terima kasih sudah datang dan drop komen...