Halaman

Senin, 09 Juli 2012

Berbeda Usia


Perbedaan usia kita memang bisa dibilang relatif jauh. 6 tahun bukan rentang waktu yang sebentar, karena dalam rentang waktu tersebut ketika aku sudah bisa membaca dan memutuskan ingin memakai baju yang mana, kamu baru saja mengenal dunia. Menyesap udara untuk pertama kalinya sehingga memenuhi alveoli sampai dadamu menggembung dan kamu menangis bingung. Sejauh itu perbedaan usia diantara kita.

Harusnya perbedaan yang sedemikian jauh membuat kita terdampar di dimensi yang berbeda. Aku bisa memberikan pandangan dari sudut kedewasaan yang tertempa usia, sementara kamu bisa membawaku pada permainan seru yang sesuai dengan usiamu. Berlarian seperti tidak tahu malu sambil sesekali berpegangan tangan atau mencuri-curi berciuman ketika film baru saja diputar. Kedewasaan yang berpadu dengan kekanak-kanakan yang menawan. Pola pikir matang yang dikawinkan dengan canda riang tak kenal batasan.

Harusnya seperti itu. Mestinya itu yang berlaku.

Tapi kenyataan jauh dari apa yang seharusnya. Kamu yang terlalu berpikir melebihi batasan umurmu kadang-kadang membuatku sulit untuk bergerak, bahkan untuk mengekspresikan rasa cinta secara sederhana. Kamu selalu merasa bahwa hidupmu adalah masalah. Bahwa kamu tidak seperti kakak-kakakmu yang menjadi kebanggaan ibu bapakmu. Bahwa kamu adalah petaka karena kemudian tidak menjelma menjadi sosok yang selama ini kamu reka. Kamu merasa kamu lemah, bahkan ketika hanya disuruh melangkah. Kamu gundah

Aku, yang awalnya merasa seru, merasa tertantang untuk selalu hadir karena selalu merasa dibutuhkan kemudian menjelma menjadi bosan. Bosan karena ketika seharusnya kita berpacaran seperti orang-orang kebanyakan, kita malah larut dalam pemikiran panjang yang sebetulnya bisa saja diabaikan. Kita yang seharusnya menikmati apa itu cinta, malah tenggelam dalam percakapan tiada ujung yang justru membawa kita tidak kemana-mana. Berputar dari satu masalah ke masalah berikutnya. Terikat dari satu penyesalan ke penyesalan setelahnya.

Aku bosan meski tidak aku padamkan rasa cinta yang tumbuh secara keseluruhan. Mencintai orang yang umurnya jauh dibawahku harusnya membuatku menjadi sesuatu yang baru. Seseorang yang bisa memadumadankan kedewasaan dengan sifat kekanak-kanakan yang harusnya kamu miliki. Tapi kita gagal total. Aku yang sebetulnya gagal, karena kemudian aku keburu bosan. Aku menyerah. Aku melangkah sendirian meninggalkanmu yang sedemikian gamang.

Kadang aku merasa bahwa cinta yang aku punya melebihi kapasitas yang seharusnya. Sudah banyak jalan aku coba sekedar untuk menyemangatimu, memberimu asupan cara pandang baru. Tapi kamu bergeming, kamu tetap dengan perasaan rendah dirimu. Hidup dengan perasaan bahwa apa yang kamu jalani selama ini adalah kesalahan, padahal menurutku itu adalah sesuatu yang krusial seperti jurusan yang kamu ambil di kuliahmu. Kurang apa coba? Kamu kuliah di tempat yang seluruh orang (seharusnya) bercita-cita masuk situ. Kamu kuliah di jurusan dengan passing grade top five di kampus itu. Kamu sudah lebih dari hebat. Menurutku.

Tapi ketika kamu selalu beringsut karena masalah-masalah yang sebetulnya hanya bercokol di dalam kepala, aku kemudian menyerah. Memilih mengemasi hati dari perasaan yang tidak bisa dibohongi. Aku masih mencintaimu tapi aku merasa gagal untuk terus merasa diandalkan. Aku memilih pergi. Membawa perasaan yang masih mengkristal di dalam hati untuk dicairkan lagi suatu hari nanti.

Hari itu tidak pernah tiba, setidaknya sampai saat ini. Kamu masih seperti kamu yang dahulu, yang hidup dengan masalah-masalah yang hanya hidup di dalam kepala. Padahal kariermu bagus luar biasa, tinggal di negara maju dengan penghasilan yang bisa membuat orang menganga. Masih kurangkah semuanya sehingga kamu lebih memilih tinggal di dalam masalah yang kamu buat sendiri?

Aku bukan aku yang seperti sepenuhnya dulu. Aku tidak lagi terlalu mengambil pusing atas apa yang kamu khawatirkan. Tapi anehnya, rasa cinta itu masih ada. Bercokol tak mau pergi malah berkarat padahal sesungguhnya aku selayaknya sudah sekarat.

Hey kamu! Aku rindu....

8 komentar:

Jo mengatakan...

Hey Hey siapa diaaaa hihihi... Ah sepertinya aku tau :p

Apisindica mengatakan...

@jo: emang siapa siiiiih? Hahaha, sok tau deh jo inih! #jambak

Gloria Putri mengatakan...

alveoli tuh apa ya kang? #efektidurkalaupelajaranbiologi
wkwkwkwkwkwkwk

Apisindica mengatakan...

@glo: alveoli itu adalah ujung paling halus dari paru2. Dia berbentuk gelembung halus tempat pertukaran oksigen dari saluran pernafasan ke dalam pembuluh darah. #serius

-Gek- mengatakan...

Ga ngomongin aku kan?
hehehehe.. Manusia ga pernah puas.. inget yahh..

Apisindica mengatakan...

@gek: emang kita pernah pacaran yah? Atau kamu ngarep pacaran sama aku? Huahaha #ditonjok

Ninneta - MissPlum mengatakan...

Hi keluarga blogger ku...

sungguh aku merindu kamu....

Seorang indigo lagi buntu karena otak terlalu kacau...
Nggak bisa berkisah di rumah moody dulu...
Sedang mencoba berkisah dengan cara yang lebih ringan..

kunjungi rumahku yang lain yaaaa...

yang berminat sama urusan kecantikan:
plumblush

yang berminat sama urusan fotografi:
mofoto


-N-

Ninneta - MissPlum mengatakan...

hellow...

begitulah cinta... deritanya tiada akhir...

hehehehe

apakabar mas????

-N-