Halaman

Senin, 04 Juni 2012

Namanya Hendry


Aku memafkanmu teman! Atau mungkin agar kamu lebih tenang, aku mengampunimu.

Kejadiannya sudah lama sekali, ketika kita masih bisa dikategorikan anak-anak. Mungkin belum bisa membedakan mana bercanda kelewat batas atau mana bercanda yang masih bisa ditolerir. Saat itu kita masih berpakaian putih-biru.

Kamu ingat bagaimana kamu menggangguku setiap hari? Bagaimana kamu mengikutiku bagai hantu yang senantiasa menggoda dengan segala polahmu yang aku bilang sangat berlebihan? Mungkin kamu lupa, tapi aku tidak. Aku masih dengan jelas mengingat semuanya, setiap detail teror yang kamu lancarkan setiap harinya. Kamu adalah alasan terbesarku untuk malas pergi ke sekolah, waktu itu.

Berusaha untuk membuatku terjatuh dengan kakimu, menarik bajuku sampai keluar dari celana, mengacak-acak rambutku hingga masai, merebut jajananku dan kemudian melahapnya sampai habis, mengotori celanaku dengan serbuk kapur, dan masih banyak tingkah jahilmu yang aku tidak pernah tahu atas dasar apa kamu melakukannya. Mungkin untuk kesenangan semata, karena kamu selalu terbahak-bahak setelah ‘aksi’ mu berhasil.

Aku lebih sering diam daripada melawan, karena apabila aku melawan maka kamu akan seperti biasa mengerahkan teman-teman lain untuk membantu aksimu menjahili aku lebih parah. Aku juga heran kenapa teman-teman yang lain selalu tunduk padamu. Mereka seakan tidak peduli dengan aku yang meronta sedemikian rupa. Mereka ikut tertawa melihat aku yang terperdaya. Seringkali aku juga turut membenci mereka.

Aku biasanya menangis diam-diam, mengutuki diri yang merasa tidak berdaya.

Kamu bilang membenciku karena aku terlalu pintar, aku terlalu rapih. Kamu juga complain karena aku jarang pulang bareng dengan kamu dan teman-teman yang lain karena lebih sibuk mengambil les ini dan itu. Kamu tidak suka dengan keaktifan aku di kelas, dengan kepiawaianku menarik rasa sayang guru dengan menjadi anak baik dan penurut. Kamu bilang kamu tidak suka semua itu, kamu bilang kamu muak.

Dulu aku bertanya-tanya, betulkan semua alasan itu yang menyebabkan kamu membenciku? Betulkah semua itu yang menjadikanmu seseorang yang membuatku selalu tidak tenang? Menciptakan iklim horor setiap harinya di sekolah. Betulkah semua itu Hendry Ginanjar?? Lihat, aku masih mengingat namamu sampai sekarang.

Kamu mungkin lupa pernah membuatku terjerembab sampai mencium lapangan basket sepulang sekolah, tapi aku tidak. Aku ingat hingga kini, mungkin selamanya. Aku bangkit dan kemudian berlari pulang. Sepanjang perjalanan aku menangis sambil membuat strategi pembalasan untuk esok hari. Yang terpikir adalah bagaimana cara membunuhmu. Mengenyahkanmu selamanya dari dunia. Kamu adalah satu-satunya orang yang membuatku memutar otak bagaimana caranya membunuh. Kamu harus mati besok, begitu aku membatin.

Alhamdulillah, semuanya tidak kejadian. Akal sehatku masih menuntunku untuk berpikir logis. Menghadapimu seperti hari-hari biasa kemudian menjadi pilihanku sambil berharap suatu saat kamu akan berhenti karena bosan.

Tak terasa, kita sudah berjalan jauh dari waktu itu dan aku yakin kamu pasti sudah lupa semuanya. Aku sudah memaafkanmu dari dulu walaupun susah sekali menghapus kejadian-kejadian buruk yang kamu ciptakan dalam memori jangka panjangku. Aku sudah memaafkanmu ketika hari perpisahan. Hari terakhir dimana aku melihat kamu, setelah itu aku tidak pernah sekalipun bertemu kamu lagi sampai hari ini.

Tapi semalam, aku mendapat kabar. Hendry Ginanjar, orang yang pernah membuatku ingin menjadi seorang pembunuh, orang yang pernah menjelma menjadi monster dalam kehidupanku telah meninggal dunia karena sakit. Perpisahan SMP itu ternyata telah menjadi titik akhir dari pertemuan kita.

Teman, aku mengampunimu. Memaafkanmu dengan ikhlas, tanpa dendam. Aku hanya sukar melupakan. Semoga Kamu bersemayam dengan tenang dalam keabadian. Apabila nanti dalam kubur kamu ditanya pernah menyakiti seseorang dan kamu teringat aku, jangan khawatir, Malaikat pasti tahu kalau aku sudah mengampunimu.

Selamat jalan Hendry!

4 komentar:

bahamutrule mengatakan...

damn, it touched me a lot. :')

Farrel Fortunatus mengatakan...

untuk mengubur dendam hanya butuh ketulusan hati untuk memaafkan... btw, kamu dulu pasti imut makanya dia gatel godain kamu he he he...

pengobatan tradisional penyakit nyeri sendi mengatakan...

really had me going,,,

salam kenal,,,

Jejaka mengatakan...

Wah pernah jadi korban Bullying, ya?



arik
http://jejakasbystory.blogspot.com/