Halaman

Senin, 12 Maret 2012

Lumba-Lumba dan Lovina

Saya mengenal tempat ini sudah lumayan lama. Perantaraan sebuah novel berjudul “Antara Jalan Jaksa dan Lovina” yang penulisnya saya juga lupa. Saya hanya mengenali nama tempatnyanya, tanpa tahu benar seperti apa rupanya. Kalaupun dulu saya mereka-reka, itu hanya karena penggambaran di novel tersebut yang mengalir nyata.

Lovina. Nama sebuah pantai di pesisir Bali barat. Tentu yang terbayang di benak saya adalah pantai-pantai khas pulau Bali yang eksotik, penuh bule yang mengejar sinar matahari tanpa mengenal kondisi. Pantai selayaknya pantai yang mungkin bisa saya temui dimanapun. Tapi dari novel tersebut saya kemudian tahu kalau Lovina menawarkan sesuatu yang berbeda. Lumba-lumba.

Apa yang spesial tentang lumba-lumba? Seharusnya tidak ada. Saya tinggal mengunjungi Sea World di Ancol dan saya bisa melihat seperti apa rupanya. Mamalia air berbentuk streamline sehingga sering dikatagorikan salah kaprah sebagai ikan, yang senang berenang bergerombol dan melompat-lompat ke udara seperti melakukan atraksi pertunjukan. Mamalia air yang karena kecerdasannya sering dieksploitasi sebagai salah satu bagian dalam bisnis pertunjukan berjudul sirkus. Tapi di Lovina katanya berbeda, kita bisa melihat lumba-lumba berenang dan kalau sedang beruntung melompat ke udara sedemikian dekat dengan kita.

Berhubung saya sedang berlibur di Bali barat, saya dan rombongan memutuskan untuk mengunjungi juga Lovina. Hanya perlu berkendaraan darat selama kurang lebih 30 menit dari tempat saya menginap dan pantai lovina sudah menghiasi pelupuk mata. Masalahnya, berburu melihat lumba-lumba harus dilakukan di pagi hari dengan alasan untuk menghindari matahari. Bukan lumba-lumba yang takut matahari, tapi manusia atau sebutlah saya yang sudah tidak butuh lagi tanning untuk mendapatkan warna kulit seeksotik tembaga. Jadilah kami check out dari resort jam setengah 5 pagi karena sepulang dari Lovina, saya dan rombongan akan menuju Bali kota. Dan bisa dibayangkan, dengan check out jam segitu, jam berapa saya bangun dan mandi di kamar mandi terbuka yang sudah saya tulis di postingan sebelumnya.

Suasana pantai masih gulita, hanya petromak-petromak yang berpendar dari perahu-perahu yang akan mengantarkan kami ke tengah lautan. Jangan dibayangkan perahu tersebut berbentuk boat luas, tetapi lebih menyerupai perahu nelayan kecil dengan sayap penyeimbang besar di bagian kanan dan kirinya. Satu perahu maksimal hanya diisi 4 orang penumpang termasuk si pengemudi, sehingga kami satu rombongan dipisah menjadi 2 buah perahu. Masih dalam temaram kami menuju ke tengah lautan.


Matahari bahkan belum nampak benar ketika perahu saya sudah di tengah lautan

Di tengah laut, sudah ada beberapa perahu yang kemudian seiring terang bertambah satu-satu menjadi segerombolan perahu. Saya awalnya tidak mengerti bagaimana aturan mainnya melihat lumba-lumba karena perahu yang saya tumpangi berdiam agak lama di tengah tanpa bergerak kemana-mana. Saya juga tidak menginderai kehadiran lumba-lumba yang seperti dijanjikan brosur-brosur agen perjalanan, sampai tiba-tiba salah satu pengemudi perahu dari perahu lain berteriak, “Lumba-lumbanya disana!” sontak semua perahu yang sudah berjumlah puluhan, bergerak ke arah yang ditunjuk oleh pengemudi perahu tersebut. Perahu-perahu tersebut seakan balapan menuju gerombolan lumba-lumba yang berenang riang sambil sesekali melompat ke udara menunjukan kalau mereka betulan ada.


Setelah kemunculannya tersebut, kemudian gerombolan lumba-lumba itu menghilang. Tapi perahu saya dan yang lainnya tetap bertahan, bergerak dengan arah yang tidak beraturan sampai ada yang berteriak membewarakan kehadiran si lumba-lumba lagi. Kemudian aktivitas mengejar ke arah tersebut berulang, demikian terus sampai siang kalau tidak merasa bosan. Setelah hampir 3 jam saya dan rombongan berburu melihat lumba-lumba, kami memutuskan untuk menyudahi petualangan kami pagi itu. Petualangan baru yang menyisakan sebuah perasaan bahagia tanpa perlu penjelasan kenapa.


Puluhan perahu menungu kemunculan si Lumba-lumba


Lumba-lumba yang berenang sedemikian dekat dari perahu yang saya tumpangi


Menikmati atraksi Lumba-lumba


Melompat ke udara

Dear lumba-lumba, daripada kalian cape berenang, melompat, kemudian menghilang dan muncul lagi ke permukaan. Alangkah lebih baiknya kalau kalian mengasah sisi kenarsisan kalian, tak perlulah muncul menghilang, muncul menghilang. Melompat-lompatlah seakan-akan kalian sedang ada di panggung pertunjukan. Kalian bintangnya, nikmatilah panggung sepuasnya meskipun tanpa kehadiran lampu sorot dan confetti. Yakinlah semua mata yang haus akan atraksimu tidak akan mengalihkan pandangannya. Sekali lagi, di Lovina kalian bintangnya bukan saya atau kami. Kalau kalian mau mengasah sisi kenarsisan tersebut, saya siap membantu mengajari. Sekian.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

mau tanya donk.. boleh minta info harga perahu jukung untuk lihat lumba2 dan harag snorkling brp ? kalo ada boleh minta cp homestay dan yg punya perahu di pantai lovina.. terima kasih sebelumnya.. alamat email saya thamrin.mhd@gmail.com

;) mengatakan...

Tembaga?? Tembikar kalee