Halaman

Minggu, 25 Desember 2011

Pulang

Saya senang pulang ke rumah.

Rumah tempat saya tumbuh dari belum mengenal dengan jelas apa itu dunia sampai saya dengan jelas mengotori dunia. Rumah tempat saya merasa nyaman dan aman karena saya tidak perlu lagi bersembunyi dari berbagai hal yang membuat saya gentar dan gemetar.

Saya senang pulang ke rumah.

Semua beban dan masalah di luaran saya tanggalkan di depan pintu tanpa saya bawa masuk. Meskipun pada akhirnya semua beban tersebut harus saya kenakan kembali nanti, tapi saya ingin mereka tidak membebani saya ketika saya berada di dalam rumah. Saya ingin lupa sejenak tentang semua yang memberatkan langkah dan pikiran ketika saya selonjoran di sofa depan televisi di rumah ini.

Rumah ini. Bangunan tempat saya melambungkan angan. Tempat saya menggantungkan harapan. Tempat saya menyandarkan kesedihan yang membandel tidak mau saya tanggalkan di halaman. Tempat saya sembunyi-sembunyi memintal perasaan suka terhadap seseorang yang kemudian setelah berani saya undang seseorang itu untuk datang bertandang. Rumah ini saksi semuanya, tempat saya mencetak tawa dan mengenyahkan air mata.

Saya senang pulang ke rumah.

Berbincang di meja makan malam-malam bersama Mami sambil makan es krim berkotak-kotak. Membicarakan dari sesuatu yang penting seperti gambaran masa depan sampai hanya gosip para tetangga. Keintiman ibu dan anak yang seperti biasa sejak jaman saya balita (akan) selalu diterminasi karena Mami mendapatkan telepon yang mengabarkan bahwa ada pasien yang akan melahirkan, entah dengan cara normal maupun seksio caesaria. Dan kebahagiaan sederhana itu menguap seiring dengan mobil yang pergi keluar gerbang. Tapi saya tidak pernah khawatir karena momen seperti itu akan berulang esok hari dengan akhir yang (biasanya) sama.

Saya senang pulang ke rumah.

Di rumah ini saya akan tetap menjadi anak kecil yang senang dimanjakan. Tidak peduli sudah sekian angka yang tercetak dalam lintasan usia karena setiap kali saya pulang ke rumah, saya akan menjadi seorang anak yang senang didongengkan cerita khayal sebelum tidur. Atau seorang anak yang dengan bebas berlarian mengitari kursi-kursi di ruang tengah bahkan meloncat-loncat di atas tempat tidur empuk milik orang tuanya.

Saya senang pulang ke rumah.

Sekedar bernostalgia bahwa saya pernah bahagia dan masih bahagia dengan cara yang tentu saja berbeda. Sejauh apapun saya melangkah pergi, saya yakin bahwa saya pasti akan melangkah pulang. Ke rumah kami.

Bandung, 25 Desember 2011

4 komentar:

erikmarangga mengatakan...

Jadi kangen rumah:)
kangen bunda

Kangen ngobrol berdua di dapur sambil ngerecoki beliau masak. kangen ngomongin bunga-bunga kesayangan beliau. kangen curhat tentang mimpi-mimpi saya.

Apisindica mengatakan...

@erik: pulanglah sekali-kali nak. hahahaha

Rumah memang selalu bkin kangen yah?!

Tanto mengatakan...

Rumahku adalah istanaku

Apisindica mengatakan...

@tanto: istana pasir kali yeee :)