Halaman

Jumat, 21 Mei 2010

Sang Mantan

Dunia mendadak hening.

Kata demi kata saya cerna menjadi satu kesatuan utuh, tidak lagi dibumbui banyak prasangka seperti ketika pertama kali saya melihat alamat email yang muncul di halaman muka email saya. Begitu banyak pertimbangan hanya sekedar memutuskan untuk membacanya atau tidak. Begitu banyak pergulatan mengenai dampak yang akan timbul jikalau saya memutuskan membacanya.

Saya membuka, membaca kemudian saya merasakan sesuatu. Hati saya hangat.

Dia, si mata segaris, mantan saya yang sekarang sedang kuliah di tempat yang jaraknya ratusan ribu mil dari sini kembali mengirim sebuah email setelah sekian lama. Dia, yang dulu pernah membuat saya seperti hidup di negeri dongeng kembali melemparkan sebuah sapa. Sesuatu yang justru membuat saya seakan tertarik kembali pada pusaran indah yang saya sebut cinta.

Saya tidak munafik, saya masih mengaguminya. Entah masih cinta atau tidak, saya tidak bisa memilah. Yang pasti pesonanya kerap kali menggetarkan dawai hati saya. Membuatnya menyenandungkan lagu seperti saat kami masih berjalan beriringan.

Dalam emailnya dia menceritakan bagaimana kuliah sangat menyibukan hari-harinya belakangan ini, bagaimana profesornya menekannya dalam mengerjakan tugas akhir, kemudian bagaimana dia merindukan saya. Sampai bagian ini, saya merasa ada turbulen yang memporak-porandakan sesuatu di laci kenangan saya. Rindu, dia merindukan saya. Ungkapan yang sama ketika kami berpisah di bandara, ungkapan ketika kami lekat berpelukan seakan tak ingin dipisahkan. Rindu yang mungkin terumbar sekian ratus ribu kali di awal-awal cinta jarak jauh kami.

Komitmen yang kami jalani memang tidak semulus yang dibayangkan, banyak rintangan yang akhirnya membuat kami mengambil keputusan untuk berpisah. Mungkin keputusan yang dilandasi keegoisan masing-masing. Keputusan karena emosi sesaat akibat kesakitan atau mungkin amarah. Tapi saya tidak menyesal pernah mengambil keputusan itu, seperti saya tidak pernah menyesal jatuh cinta kepadanya. Semua jalan hidup dan untungnya jalan hidup itu indah.

Di akhir email, dia menggagas kemungkinan untuk kami bersatu kembali. Memulai lagi segalanya dari awal tanpa mempermasalahkan cerita yang pernah tertoreh di belakang. Kemudian meyakinkan bahwa ke depan jalan akan lebih mudah dijalani karena kami telah sama-sama belajar, kami telah sama-sama merasakan pahit buah perpisahan. Dia meyakinkan kalau dunianya hanya kan mengorbit pada satu poros, saya.

Dunia hening seketika. Saya tidak tahu bagaimana saya harus bereaksi. Hati kecil perak saya meredup dan berbinar bergantian seakan kebingungan dengan rasa yang tidak bisa terejawantahkan.

Saya sudah bilang saya tidak munafik, hati saya masih hangat ketika saya mengingatnya. Tapi jarak bukan sesuatu yang mudah ditaklukan, rentangan ribuan detik perjalanan seringkali melunturkan sesuatu yang diyakini dengan sangat sekalipun. Bukan saya tidak percaya, bukan saya tidak mau berusaha tapi realita harus dipertimbangkan dengan logika.

Selesaikanlah dulu studimu, nanti kita bicarakan lagi. Saya tidak menjanjikan, tapi saya usahakan akan menunggu.

11 komentar:

dira indira mengatakan...

hi mas Apis, begitu baca judulnya di GoogleReader saya langsung meringis. Semoga itikad si matasegaris bersambut dan diridhai Tuhan sehingga bisa menjadi keputusan yang terbaik untuk Tuhan, Bangsa dan Almamater *lho?!* :)

you are very lucky mas.

btw tulisannya bagus...

Ab*n! mengatakan...

Kalo sang mantan saya baru saja berulang tahun, ketika saya nulis di status FB saya, "Saya kangen sama mantan saya! boleh kan? kangen doang kok"...
dan Kamu setuju dengan kalimat itu...

Thx for spirit!
*cepet sembuh yah pileknya*

rid mengatakan...

cie..cie...
[kayaknya bisa ] clbk nih,pis

Farrel Fortunatus mengatakan...

dengan diiringi ost 'menunggu' nya rodho rhoma... he he he...

Apisindica mengatakan...

@dira: hahaha, amiiiin. Kok pake almamater segala?? :P

thanks yah!

@abon: kita kan harus saling memberi semangat, kapanpun. Selamanya.

makasih yah! iya nih semoga flunya cepet enyah. Amiiin

@Rid: nggak tau lah Rid, masih terlalu misteri! :D

@farrel: hahaha, ostnya nggak banget! nuhun!

Jo mengatakan...

Boo... Si E** itu .. kuliahnye di bulan yee.. kok ribuan mil? Kek-nya Jkt - NY cuman 10 ribuan mil deh..

(lho.. kok bahas jarak .. xixixi)...

Well, kesempatan kedua tidak ada salahnya diberikan lho.. toh banyak juga yang berhasil ;). Semangaaaat :D

Tapi.. tapi.. Apis kan ntar lagi nikah.. kasian deh doi..

Jo mengatakan...

Eh. maksud ekeh.. kok ratusan ribu mil.. xixixixixi

Zhou Yu mengatakan...

Second chance bukan hal yang buruk kok, pis. Kalo emang hatimu berkata itu, ya ambil aja deh!

pras mengatakan...

duh... jadi nyusul (mantan) menkeu juga nih...
huehehe..

mayank mengatakan...

sang mantan? by nidji
sang mantannya kak apis ada berapa sich?kayanya banyak betul ya kak?
banyak yang datang dan pergi oo...begitu saja semua kutrima apa adanya..*nyanyi
by letto

Ya Allah...jika dia baik untuk duniaku dan akhiratku. maka lancarkanlah niat baik kami ini. Namun jika dia tidak baik untuk duniaku dan akhiratku,maka berikanlah ganti yang lebih baik dari sisiMU ya Allah ,demikian agar aku ikhlas terhadap segala ketentuan dari-MU ya Allah.
(buat kak apis dan sang mantan)
amin....

Apisindica mengatakan...

@JO: namanya juga sastra, kadang dibuat lebay. hahahaha.

gw? mau nikah? amiiiiiiiin. hahahaha

@zhou yu: ya ya ya, i know! second chance not a bad option kok. liat nanti aja yah. :)

@Pras: hehehe, aku mau jadi staf ahli fashionnya bu mantan menkeu. Dia tuh kalo pake baju suka asal. hahaha, kenapa jadi ngomongin bu sri mulyani.

@maiank: doanya bagus banget. Amiiiiiiin. semog doanya buat aku diijabah.