Halaman

Jumat, 07 Mei 2010

Memotret Memori

Kemarin aku datang lagi ke kampus untuk mengurus beberapa hal tentang rencana masa depanku yang pernah aku ceritakan kepadamu. Dan kamu tahu tidak? Sejak aku turun di parkiran, pikiran ini sepertinya membelot untuk tidak bisa berpaling dari bayanganmu. Kamu tidak hanya meraja disana, tapi menjajah kepingan-kepingan kenangan yang sengaja masih kusimpan di salah satu kompartemen hatiku. Rapih.

Banyak yang berubah dari kampus kita itu. Aku berjalan sembari menelisik setiap sudut yang pernah kita lewati dulu. Dua tahun bukan waktu yang sekejap untuk bisa melunturkan memori yang sepertinya terpatri di setiap kebisuan ruang. Dua tahun menjalin cinta denganmu membuat semua jalanan dan gedung di kampus itu menyeruakan aromamu. Indah.

Parkiran mobil sebelah gedung perpus ungu sekarang sudah beralih fungsi, berubah jadi parkiran motor. Parkiran itu sebenarnya tonggak pertemuan kita. Parkiran tempat kita saling bertukar surat lewat wiper mobil. Parkiran tempat kita malu-malu kenalan saat bertemu pertama kali setelah sekian lembar serial surat wiper itu terentaskan. Parkiran penuh cerita.

Karena parkiran itu sekarang tidak ada, kemarin aku parkir di parkiran depan. Dan seperti biasa untuk menuju ke departemenku, aku harus melewati gedung fisika yang tegelnya kotak-kotak kecil. Masih bikin pusing. Dulu kalau kita berdua lewat kesana, kita selalu komplain mengenai tegelnya yang bikin pusing. Tapi ada sisi baiknya, kita suka curi-curi pegangan tangan dengan beralasan biar pusingnya tidak berasa. Aku merasakan kehadiranmu disana meski dalam imaji.

Berjalan ke arah belakang, aku tidak menemukan lagi kantin tambang. Kantin itu sudah tutup. Kantin di departemenmu yang seringnya sepi karena letaknya yang lumayan agak jauh sekarang tinggal kenangan. Mungkin seperti aku dan kamu yang sekarang juga tinggal kenangan. Tapi dengan melihat gedung bekas kantinnya saja aku masih bisa mereka dengan jelas apa yang pernah kita habiskan disana. Melewati sore-sore senyap, duduk berdua tanpa banyak bicara. Semua ingatan hadir, berlarian berebut minta ditayangkan.

Aku sedang tidak hidup dalam kenangan. Aku hanya sedang terlingkarkan dengan memori masa lalu yang mau tidak mau terbongkar lagi dari lacinya ketika aku melewati waktu dan ruang yang pernah tercipta. Aku tahu sekarang kamu sudah bahagia, karenanya aku tidak ingin memberatkan langkahmu dengan bertindak seolah-olah memaksamu untuk kembali dan menoleh ke masa dulu. Tidak. Aku hanya sedang mengenang sesuatu yang indah, sesuatu yang memang pantas untuk dikenang. Kamu.

Aku hanya berharap senyummu masih seperti dulu. Senyum yang sama ketika mengantarkanku menuju ke podium dan membacakan pidato kelulusanku. Senyum tulus di bandara ketika akhirnya kamu memutuskan untuk pulang ke daerahmu dan bercita-cita membangunnya. Senyum yang ronanya tidak akan pernah redup dalam pandanganku sampai kapanpun.

Aku mengenangmu anak tambang ITB 97. Kemarin, kini dan mungkin nanti.

7 komentar:

Reis's mengatakan...

"Parkiran tempat kita saling bertukar surat lewat wiper mobil. Parkiran tempat kita malu-malu kenalan saat bertemu pertama kali setelah sekian lembar serial surat wiper itu terentaskan. Parkiran penuh cerita."

Aih. I had no idea you could be that romantic! haha..Reallly realllllyyy like this!

SerasaSore mengatakan...

anak tambang??? maksudnya???

Apisindica mengatakan...

@reis: aku romantis tau orangnya. hehehe. my wish.

eh, kemaren aku juga ke lantai 4. tempat katanya kamu dulu pernah ngeliat aku waktu kamu beli yoghurt. :D

@jingga: dia kuliahnya di jurusan tambang. gitu lho!!!!

Farrel Fortunatus mengatakan...

romantismenya kaya serial drama korea uy he he he... tapi sayang endingnya: happily (n)ever after... ups!!

rid mengatakan...

"Aku sedang tidak hidup dalam kenangan.Tidak. Aku hanya sedang mengenang sesuatu yang indah, sesuatu yang memang pantas untuk dikenang. Kamu."

jadi teringat romansa di kampus dulu,hahaha :)

BaS mengatakan...

Anak tambang 97? Kalian 1 angkatan? Berarti umur kau sekarang? Hahahaha

Apisindica mengatakan...

@farrel: hidup kadang lebih indah dari sebuah cinema (katanya!!!!)

Iya neh selalu berending. Tapi nggak apa-apa, suatu awal pasti ada akhir. Nggak peduli akhirnya seperti apa...

@Rid: jaman-jaman kampus emang paling indah Rid. Romansanya paling berasa! :P

@Bas: Sayangnya gw nggak seangkatan ama dia. Dia kakak kelas gw. Umur gue udah tua sih, but masih dibawah 30. hahahahaha