Halaman

Kamis, 27 Mei 2010

gene, religion, gay scientist

Gay Scientist isolate Christian gene….

Dunia ribut, kontroversi bermunculan. Seketika hasil penemuan GAY scientist itu jadi trending topic dimana-mana, entah itu yang mengerti ataupun yang buta sama sekali mengenai gen dan blue print DNA.

Saya yang memang berkecimpung di dunia biologi molekuler mungkin jauh lebih akrab dibanding temen-temen yang lain mengenai gen dan tetek bengeknya, tapi orang awampun akan bisa mengomentari hasil penelitian GAY scientist tersebut. Dan komentarnya pasti akan sama dengan orang yang ahli molekuler sekalipun.

Hasil penelitian itu mengklaim bahwa ada gen yang menyandi protein yang akan menyebabkan seseorang menjadi beragama Kristen. Dan gen itu akan diturunkan secara sempurna kepada keturunan-keturunan berikutnya. Cara kerja gen memang seperti itu, tapi untuk sesuatu yang bisa disebut sebagai keyakinan atau agama, pendapat seperti itu bisa jadi suatu kesalahan. Apalagi mereka mencobakan penelitiannya terhadap tikus yang dicegah menjadi seorang Kristen.

Saya tidak sedang berbicara mengenai agama. Buat saya agama itu hak azazi, mutlak hak seseorang untuk kemudian menentukan akan meyakini yang mana. Jadi ketika saya menuliskan pendapat saya mengenai hal ini tidak ada maksud sedikitpun untuk mendeskriditkan salah satu agama. Saya hanya bicara dalam lingkup sedikit ilmiah.

Karakteristik seseorang akan dibentuk dari perpaduan antara gen dan lingkungan. Gen sebagai factor internal dan lingkungan sebagai factor eksternal. Jadi ketika gen dalam tubuh seseorang menyandi sesuatu yang sangat dominan sekalipun tetapi lingkungan tidak mengarahkan maka sifat dari gen tersebut tidak akan terkespresi. Masalahnya agama itu bukan sifat, agama itu keyakinan. Jadi agama bukan sesuatu yang terekspresi hanya karena ada gen “agama” dalam untai DNA seseorang. Pertanyaan yang menggelitik saya, bagaimana dengan orang islam, hindu, budha? Apakah gen tersebut tidak ada pada mereka? Yang atheis bagaimana??

Agama itu memang diturunkan, tetapi diturunkan oleh orang tua melalui pembiasaan dari kecil bukan karena gen. Pembiasaan itu yang akan membentuk seseorang menjadi beragama apa, meskipun banyak kasus yang ternyata berpindah agama. Ini yang akan mengugurkan penemuan di atas karena apabila suatu gen telah terkekspresi maka gen itu akan selamanya terekspresi, tidak akan berubah menjadi tersenbunyi atau silence gene.

Simplenya, agama itu bisa dicontohkan sama dengan kegemaran makan nasi. Kita, orang Indonesia dari kecil dibiasakan makan nasi dan jadi terbiasa, tetapi orang Indonesia yang lahir dan besar di Eropa lebih terbiasa makan roti. Tidak ada gen yang menyandi kegemaran makan roti atau makan nasi karena semuanya hanya pembiasaan, hanya diarahkan oleh lingkungan. Begitupun agama, jadi sangat jauh apabila menyimpulkan bahwa agama atau kepercayaan itu diturunkan melalui gen tertentu.

Hal lain yang membuat saya heran adalah kenapa dari awal diekspose, selalu didengung-dengungkan bahwa ini adalah hasil penelitian kelompok peneliti Gay? Kalau ditelaah, nggak ada hubungan antara peneliti gay dengan gen “Kristen” yang mereka klaim telah ditemukan. Kenapa preferensi seksual dari penemunya seakan menjadi muatan lebih? Toh yang mereka temukan itu bukan gen yang menyebabkan mereka menjadi seorang gay. Absurd sekali pemberitaannya.

Ternyata bukan hanya di Indonesia, di Negara manapun banyak sekali informasi yang tidak perlu yang kemudian digandengkan dengan suatu berita untuk menambah nilai lebih dari berita tersebut. Peneliti gay menemukan suatu gen, apa bedanya dengan peneliti botak menemukan suatu gen? sama-sama peneliti, sama-sama menemukan gen. Bedanya hanya di preferensi seksual, dan itu tidak akan mengubah atau menurunkan kualitas dari apa yang telah mereka temukan.

Saya hanya bingung, tapi yang baca ocehan ini jangan ikut bingung. Saya hanya seorang peneliti (baca: sinting) yang sedang melakukan analisa yang mungkin akan menambah kadar kesintingan saya.

PS: analisa saya mungkin salah, karenanya saya meminta ampun kepada Allah atas kekeliruan yang mungkin saya buat. Hanya Allah sumber dari segala kebenaran.

5 komentar:

Linda Tan mengatakan...

Pertama.....!!!!!
Setuju hanya Tuhan sumber dari segala sumber kebenaran
Met weekend :)

Farrel Fortunatus mengatakan...

gw lebih setuju sama pendapat kamu tuh. antara gen sama agama kayanya jauh bgt dan ga ada hubungannya sama sekali. rupanya ilmuan itu sudah kehabisan bidang buat diteliti kali ya? he he he... peace.

Apisindica mengatakan...

@linda: met wiken juga!!!

@farrel: iya, buang-buang waktu buat sesuatu yang nggak penting bagi kehidupan manusia. Neliti apa kek yang lebih bermanfaat...hehehe (emosi)

Anonim mengatakan...

mengerti artikel diatas? gampang!!!!

agama suka cari gara2 sama gay, gay yah cari gara2 balik sama agama, cuman asik nya yah... gay gak perlu susah2 bertereak2, cukup sentil, langsung agama udha kebakaran jenggot plus seluruh kepala :)
sementara si agama harus pasang pager, pintu besi, di rantai2, di gembok ribuan, tetep aje.. eh e eh... di susupi gay... jadi gay itu bisa di kontrol pake agama? ask yourself aje ahhhhh hehehehe...

semua manusia mencari kebahagiaan, sebagian bahagia dgn embrace god dan menerima cinta dari tuhan, sebagian bahagia embrace another human being dan bahagia menerima cinta dari manusia lain nya, beda nya dimana??

love is poisonous, it is drug, make you want more and once you have it, you can not stop consuming it, bener kan kayak narkoba? HEHEHE....

Apisindica mengatakan...

@epentje: setujuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!