Halaman

Rabu, 05 Mei 2010

about having baby

Sumpah, belakangan ini saya lagi pengen banget punya anak. Bener-bener bayi hidup, yang suka nangis oek-oek itu. Nggak tahu kenapa, yang pasti kalo di kantor atau di kosan lagi ada waktu luang buat ngelamun, lamunannya nggak jauh dari about having baby. Real baby.

Pernah coba sharing sama temen soal ini, dan responnya dia cuma bertanya balik: “habis liat anak bayi lucu dimana lo?” Saya jawab nggak tahu karena saya nggak yakin kalau itu adalah pencetusnya. Lihat anak bayi lucu sudah jadi makanan saya sehari-hari dari jaman kecil. Rumah bersalin Mami saya selalu dipenuhi bayi, entah bayi yang beneran lucu atau bayi yang biasa aja lucunya. Dan itu tidak membuat saya lantas ingin memiliki bayi.

Apa karena faktor umur? Bisa jadi sih, meskipun usia saya masih dibawah 30 tapi untuk ukuran “setua” ini memang sudah pantas menimang anak. Temen-temen saya aja anaknya udah pada gede, udah bisa diajak lari-lari di taman. Dooh…pengeeeeen! Tapi masa sih karena faktor umur? Toh saya masih merasa belum “matang” atau lebih tepatnya nggak tahu diri karena selalu merasa belum “matang”. Age just a numbers kan? Kematangan tidak bisa dikorelasikan dengan angka.

Saking pengennya punya anak, pernah kepikiran buat ngambil anak yang biasanya diterlantarkan begitu saja di rumah bersalin Mami terus dibawa ke kosan dan dirawat. GILA. Pikiran gila memang, tinggal aja masih ngekos tapi sok-sokan pengen melihara anak. Dan anak beneran lagi, anak yang butuh disusuin kalau lagi laper, diganti popoknya kalau ngompol, dijemur pagi-pagi biar nggak kuning. Pokoknya anak yang butuh curahan kasih sayang sepenuhnya.

Masalahnya, saya belum mau menikah atau tepatnya belum ada yang mau saya ajak nikah. Jadi gimana mau punya anak??

Kalau dipikir-pikir mungkin ada baiknya kalau saya punya anak. Kenapa? Karena menurut saya anak akan mengajarkan saya untuk tidak egois. Bagaimana saya harus melepaskan berbagai ego pribadi saya untuk kebahagiaan anak. Bagaimana saya harus berpikir untuk tidak menjadi centre of the world, karena pastinya saya harus lebih memperhatikan si anak. Atau bagaimana saya harus memanage waktu agar tidak menterlantarkan anak saya kelak. Semua harus dipikirkan meskipun sebenernya bisa belajar sambil dilakukan. Tapi anaknya manaaaaaa? Kalau nggak ada dia saya tetap nggak akan bisa belajar.

Hal yang akan menjadi masalah juga adalah bagaimana saya harus keluar dari comfort zone saya untuk saya “tukar” dengan kebahagiaan memiliki anak. Apakah saya siap menyetop hobi belanja baju karena budgetnya rebutan dengan belanja pampers dan susu? Apakah saya mampu mengurangi atau bahkan menghentikan kebiasaan kongkow-kongkow di coffee shop karena saya harus menemani dan membacakannya cerita sebelum dia tidur? Apa saya bisa berhenti dari kebiasaan saya dugem karena budgetnya terpakai karena anak saya tiba-tiba sakit? Banyak pertanyaan yang hilir mudik di kepala saya.

Itu sebabnya kenapa saya bilang memiliki anak akan mengajarkan saya untuk tidak egois, karena saya akan menjawab semua pertanyaan diatas dengan jawaban kalau saya mau melakukan semua itu. Beneran deh.

Saya siap jadi orang tua. Jadi kalau ada orang di luaran sana yang sevisi dengan saya kemudian mau juga menjadi partner dalam membesarkan anak, baik itu anak kita sendiri maupun anak yang lahir dari hati kita, yuk kita wujudkan mimpi itu. Alangkah lebih ringannya membesarkan anak berdua ketimbang sendirian, makanya saya mengajak untuk berbagi beban. Segera!

10 komentar:

maiank mengatakan...

tapi anaknya manaaaaa?
maiank ktwa bc bgian itu

apa kbr kak?dah lama g mampir..eh kak apis pngen pny baby
jd inti paragrf trakhr itu nyari pndamping hdup jg y kak?hihi
semoga diberi kemudahan
Amin y Rabb

SerasaSore mengatakan...

menikahlah...
note : emang udah fitrahnya manusia kali yah pis...

Edo Belva mengatakan...

aku juga pengen punya anak mbak! *padahal masih SMA*, abis lucu sih, hehe..

semoga keinginan nya cepat terkabul yaa...

Farrel Fortunatus mengatakan...

punya bayi, knp tidak? tapi lebih baik bayi keturunan sendirilah. mungkin dengan meihat si 'junior' kita bisa lebih mensyukuri keajaiban Tuhan.

ceritayuda.blogspot.com mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Apisindica mengatakan...

@maiank: kabar baik alhamdulillah. kemana aja nih, sibuk kuliah yah?

hooh nih lagi pengen punya anak sekaligus nyari jodoh juga. heheheh. anyone???? :))

amiiiiiiin buat doanya yah!

@jingga: yup, fitrah manusia mungkin harus berpasangan.

@eddo: heyyyyyy, gw cowok tau!!! hehehehe.

amiiiin buat doanya!!

@farrel: memang lebih baik punya keturunan sendiri, tapi ketika nanti jalannya banyak halangan yah jalan lain bisa ditempuh. duuh, jadi mellow.

makasih yah!

BaS mengatakan...

Semua akan ada waktunya untuk menjadi indah pis! Dan buat orang yang bisa nulis postingan kayak begini, gw yakin loe bisa dengan mudah dapat jodoh! Yah asal loe mau! Btw, loe jujur! Like this post alot!

Apisindica mengatakan...

@BaS: amiiiiin. insya allah. Semoga Allah mendengar juga doa kamu sebagai pelengkap doa aku tentunya.

Thanks brow!

Ms. Grey mengatakan...

Gw jg pengen punya anak.

Tapi mo cari mami-nya dulu. Hihihihihi

Apisindica mengatakan...

@grey: yuk kita sama-sama berdoa. amiiiiiin. :)