Halaman

Senin, 26 April 2010

Only Wish

Kalau dulu waktu masih ABG, pas baru awal-awal meletek atau pas baru melek bahwa dunia ini begitu indah, ditanya tentang kisah cinta yang diinginkan seperti apa? pasti jawabannya panjang lebar. Bisa-bisa 4 lembar polio full habis buat nulis “mimpi” yang kadang nggak masuk akal juga. Tapi itu wajar, setiap orang berhak untuk mengcreate mimpinya, meski dari awal sadar betul kalau mimpinya itu bakal berwujud mimpi. Selamanya.

Gue juga gitu, dulu. Sekarang masih sering ngayal sih, tapi muatan realistisnya jauh lebih besar. Ngayal hanya sekedar ngayal, bereksplorasi dalam imaji sambil ketawa-ketawa sendiri karena tahu betul kalau semuanya nggak akan pernah bisa terjadi. Bukan pesimis, tapi meskipun gue orang yang percaya sama kekuatan doa, gue ngerasa berdoa sekhusuk apapun Tuhan kayaknya nggak bakal ngabulin permohonan gue itu.

Memang katanya dengan punya mimpi atau khayalan tentang sesuatu termasuk dalam hal hubungan, kita akan jauh termotivasi untuk berusaha sekuat tenaga biar mimpi kita terwujud. Gue setuju, dalam hal-hal tertentu gue punya mimpi masa kecil yang sekarang sudah terwujud. Dan itu bukan dengan berleha-leha atau nunggu semuanya turun dari langit, gue berusaha bahkan sampai berdarah-darah. Dari pengalaman itu juga gue yakin akan perpaduan kekuatan doa dan usaha.

Tapi kalau soal hubungan, gue nggak berani ngarep macem-macem. Takut sering patah hati meskipun buat gue patah hati itu candu. Udah jadi makanan biasa, jadi kalaupun nambah sekali lagi (dan lagi) patah hati toh nggak bakalan bikin gue ingin mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri. Hidup terlalu indah untuk diakhiri dengan hal bodoh semacam bunuh diri, apalagi kalau alasannya hanya patah hati. Patah hati bikin gue kuat, patah hati bikin gue jadi gue yang sekarang. Patah hati kalau dinikmati juga rasanya menyenangkan.

Balik ke soal hubungan, siapa sih yang nggak mengharapkan pasangan yang ideal? Pasangan yang serba sempurna (meskipun menurut kaca mata kita). Semua orang pasti begitu, tapi bagaimana caranya dia dikirim Tuhan yang kadang kita khayalkan. Tiba-tiba ketemu di toko buku atau di mesjid mungkin, atau kita mengharapkan pasangan itu hadir sebagai penolong ketika kita didera kesusahan. Semuanya sah-sah aja, namanya juga ngayal sekaligus ngarep jadi itungannya gratis. Kalo disuruh bayar baru deh pada berhenti ngayal.

Gue dulu banget, pernah berkhayal pengen punya pasangan bule (siapa yang nggak sih?). Nggak tahu kenapa, mungkin merasa asyik aja yah kalau bisa dibawa ke negaranya, hidup bahagia ever after, terbebas dari perilaku yang Indonesia banget semacam gossip dan digunjingin. Tapi itu duluuuu, sekarangmah nggak pengen sama bule. Nambah umur dan karena pengalaman dengan si professor gue itu, melunturkan keinginan gue untuk punya pasangan bule. Ya faktor lain karena mungkin gue juga lebih realistis sekarang. Mana ada sih bule yang bakal tertarik sama gue? jangankan bule, pribumi aja nggak ada (curcol deh). Tapi beneran, sekarang gue hanya sedang menikmati hidup pemberian Tuhan, jadi prinsip gue sediberinya aja. Nggak pake ngoyo, bikin cape.

Tapi mungkin Tuhan masih mencatat doa-doa gue jaman dulu kali yah, dan kemudian ngajak gue bercanda. Nggak ada hujan, nggak ada angin, belakangan ini tiba-tiba ada bule yang ketemupun baru 2 kali dan langsung bilang yakin kalau gue itu jodohnya. Bukan itu aja, dia ngajak gue pindah ke negaranya. Katanya, kami bisa memulai segalanya dari awal disana.

Kalau tawaran itu datang waktu dulu, waktu gue masih bego, masih ijo, mungkin ceritanya bakalan lain. Tapi kalau sekarang, ketika gue sudah sedikit memahami apa itu hidup, mendapati ajakan seperti itu gue hanya akan tersenyum dan berkata pasti : No, Thanks!

9 komentar:

SerasaSore mengatakan...

hum...
kok bingung yah pis sama postingan yang ini...
"memahami apa itu hidup??" ini yang bikin gue ngga mudeng pis..

pras mengatakan...

postingan ini kok rasanya ada yg kontadiktip.... (*ga bisa ngomong f)

di satu sisi Yud bilang saat ini lebih realistis....tapi jadi aneh kalau Yud masih belum bisa menggambarkan realita kehidupan, dan masih 'patah hati' ketika suatu hubungan gak berjalan baik.

eniwei, recently postingan Yuda banyak ngomong soal hidup, kontemplasi diri, dstnya. Napa ya?

btw, ditulis: bule dan pribumi ga (belum)ada yg tertarik.... tapi kalau yg china, negro,...gimana?
hehe

Ali Masadi mengatakan...

realita kehidupan terkadang tidak sesuai dengan mimpi kita.. jadi kita harus bijak menjalani..

Apisindica mengatakan...

@jingga: ketika kita sudah DEWASA, kadang kita merasa bahwa hidup itu bukan hanya sekdar dijalani, tapi juga dipahami. Dari sana kita tahu bagaimana harus bijaksana...

@Pras: bagian mana sih yang aku belum bisa menggambarkan realita hidup sih mas? Ya, mungkin aku belum bisa segamblang orang, tapi aku berusaha kok. Demi jadi seseorang yang terus lebih baik. Soal patah hati ketika suatu hubungan berakhi, itu juga suatu realita kaaaaan? dan memang harus dijalani. :)

Kalau postingan aku sekarang lebih banyak ngomongin hidup, kontemplasi diri mungkin karena sekarang aku lebih banyak melihat ke dalam. Merefleksikan bagaimana seorang apis itu hidup, sebagai pijakan untuk jadi lebih baik. (beralasan)

Cina??? kenapa mas pras mau sama aku? hehehehehe :)

@ali: betul banget, kadang realita tidak sesuai dengan mimpi dan harapan. tapi itu bukan alasan untuk kita berhenti bermimpi....

Jo mengatakan...

Gagal deh sama si Jerman ganteng itu.. hahaha.. pupus sudah harapannya... :p

Btw... bacanya kok ada kesan lo ga laku gitu.. ama bule apa lagi ama orang sini.. ini pembohongan publik ini hahahahaha...

ELO LAKU YA BOOOOO :p

Farrel Fortunatus mengatakan...

ada bule dilewatin gitu aja, karena sudah lebih memahami makna hidup? hhmmmmmhhh... atau udah punya seseorang yg istimewa?

Apisindica mengatakan...

@jo: HAH??? JERMAN GANTENG??? yang manaaaaaa? :P

ya ampun kok lo gak percaya sih kalo gw bener-bener nggak laku.

@Farrel: sedang menunggu seseorang yang istimewa lebih tepatnya. (tapi masih disembunyikan Tuhan!) :P

soe the blogwalker mengatakan...

kalo saya...... ketemu kasus : 2 ketemuan, langsung berani bilang jodoh dan ngajak saya pergi.... jelas jawabnya :No, thank's... Bener deh, kalo pas nanyanya jaman saya SMU, saya psti bakal melambung tingiiiiiiii sekali!!
Hari gini...jodoh tuh mesti pelan, emangnya situ lagi buru2 beli lunch di drive thru, trus saya ini PaHe??

Btw, nice blog. Glad to step here :)

Apisindica mengatakan...

@soe: setujuuuuuu.....kalao jaman masih mentah mungkin bela-belain ngarang sejuta alasan biar bisa ikut diboyong pindah. tapi kalo sekarang??? over my dead body! hehehe

thanks yah! mampir lagi lain waktu!