Halaman

Selasa, 26 Februari 2013

Seharusnya


Harusnya siang itu kamu berada di sana. Tidak perlu banyak bicara. Cukup duduk manis dan menonton apa yang mereka semua sedang pertunjukan. Kalaupun ingin terlihat sedikit lebih antusias cukuplah kamu pamerkan sederetan gigi geligimu yang tersusun rapi dari celah bibirmu yang tipis menawan dalam sebentuk senyuman yang terpasang tanpa paksaan.

Menganggukan kepala juga sepertinya akan lebih dari cukup ketika menanggapi beragam pertanyaan yang mungkin akan memborbardirmu. Menjawab hanya akan membuat mereka mengejarmu, menempatkanmu pada posisi sulit yang mungkin selama ini kamu hindari. Jadi cukuplah tersenyum dan menganggukan kepala seolah kamu sangat tertarik dengan keriaan yang sedang berlangsung di hadapan.

Harusnya siang itu kamu berada di sana. Menjelma menjadi semacam tameng yang bisa aku jadikan tempat untuk berlindung. Benteng yang akan melindungi aku dari sebuah kerapuhan yang selama ini tersamar lewat keceriaan yang aku pertontonkan. Harusnya kamu berada di sana, tidak perlu banyak bicara, cukup kamu genggam saja tanganku. Alirkan keberanian yang saling menguatkan lewat kapiler-kapiler yang bersentuhan di telapak tangan yang ujungnya mengapal.

Tapi sepertinya itu tidak adil untukmu. Bagaimana mungkin kamu harus aku seret pada pusaran yang sebetulnya kamu tidak harus terlibat. Belum harus terlibat lebih tepatnya. Masalah yang mengintaiku harus aku yang menyelesaikan. Membawamu pada sesuatu yang kamu belum tahu hanya akan membuatmu berpikir berulang kali apakah akan terus berada di sampingku. Membuatmu mengkaji banyak kemungkinan untuk berbalik arah dan meninggalkanku sendirian. Seperti siang itu.

Aku tidak akan bertanya kepadamu kemana kamu siang itu. Aku juga tidak akan menuntutmu nanti ketika kita bertemu kelak hanya karena kamu telah tega membiarkanku sendirian menyaksikan banyak momen sakral yang sengaja digadang. Aku mengerti kalau kamu masih belum mau dipamerkan, belum ingin dibewarakan kepada khalayak kalau kamu sudah tersimpan sekian putaran jaman.  Aku bisa apa. Kita ikuti saja bagaimana permainan ini diputar.

Dua kali kamu absen datang di saat sebetulnya aku ingin diselamatkan. Dua kali kamu tidak hadir ketika banyak dari mereka mempertanyakan. Dan seperti yang kamu ajarkan lewat mimpi yang bergelung di malam-malam yang panjang, aku hanya membalas semua pertanyaan dengan senyuman. Bertahan hanya akan membuat mereka mengejar. Berdalih hanya akan membuat mereka semakin mentertawakan. Karenanya aku mengikuti saranmu ketika untuk kedua kalinya kamu masih belum mau datang siang itu, aku hanya lebih banyak tersenyum.

Harusnya kamu berada di sana siang itu. Membelai bahu tanganku dan meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja. Mungkin kamu juga akan berbisik bahwa didahului bukanlah sesuatu yang menohok harga diri. Terlambat adalah bukan pilihan yang sengaja ditekadkan ketika orang-orang di sekitar justru sudah menemukan kenyamanan. Kamu pasti akan menguatkanku seperti itu, sayang kamu masih saja absen untuk datang. Dan aku menghadapinya sendirian.

Aku masih kuat bertahan. Tidak peduli kamu sampai kapan akan berdiam di dalam persembunyian. Penantian adalah sesuatu yang sudah aku candu dari dulu. Dan aku yakin kalau penantian ini akan membuahkan hasil seperti yang mungkin kita berdua idam-idamkan.

Harusnya kamu berada di sana siang itu. Menemaniku tersenyum dan menjawab pertanyaan-pertanyaan wajar yang dirasa hambar. Pertanyaan-pertanyaan biasa yang ternyata bisa merontokan telinga. Tapi kamu tidak ada, jadilah aku menghadapinya tanpa senjata. Sendiri mengumbar bahwa aku ikut bahagia dengan apa yang sedang mereka upacarakan. Sungguh, saya tidak bersedih. Tidak hanya karena kamu belum juga datang  atau karena saya harus lagi-lagi di dahului.

Harusnya kamu berada di sana siang itu. Tidak perlu banyak bicara. Cukup duduk bersisian denganku sambil menyaksikan acara pertunangan adikku dengan pasangannya yang sudah terlebih dahulu datang dikirim Tuhan.

4 komentar:

Gloria Putri mengatakan...

aishhhh....
knp hbs posting,sya nembe sadar klo post kita judulnya sama?
hmmmmm

jus manggis murah mengatakan...

dalem banget kata2nya

distributor jelly gamat mengatakan...

hmmm sedih bacanya

Unknown mengatakan...

👍👍👍