Halaman

Rabu, 18 Januari 2012

Empat

Hari ini 4 tahun lalu, sebuah taman bermain didirikan. Berbekal keberanian dan semangat yang menggebu, dengan prosesi ala kadarnya taman tersebut resmi dibuka. Tidak untuk umum pada awalnya, hanya sebatas area pribadi untuk sekedar merebahkan asa dan unek-unek yang membuncah di dalam dada.

Tidak banyak yang ditawarkan, hanya berisi sedikit alat bermain yang dibuat dari kayu-kayu usang hasil membongkar kas-kas yang dipungut di sekitar pelabuhan. Ada sebuah ayunan muram di pojokan taman untuk digunakan ketika sang empunya sedang gundah gulana, menerawang batas asa sambil berayun dari satu titik terbelakang ke titik terdepan. Ada juga jungkat-jungkit mungil yang diletakan di pinggiran kolam untuk dinaiki ketika bahagia dan gembira menyambangi si pemilik taman. Seringkali tidak ada pasangan untuk membuat jungkat-jungkit tersebut bergerak seperti takdirnya, sehingga si pemilik taman itu lama bertahan di dasar permukaan.

Lama-lama taman bermain tersebut tidak lagi asosial. Ada beberapa serangga yang memberanikan diri masuk untuk ikut bermain atau sekedar hinggap di kuncup bunga yang artifisial. Si pemilik taman merasa senang, karena setidaknya dia tidak lagi merasa sendirian dan kesepian. Ada yang bisa diajak berbincang meski sering kali hanya satu arah tanpa pernah ada tanggapan. Si pemilik lahan tidak keberatan, bahkan pada rayap yang kehadirannya justru merusak beberapa alat permainan yang dasarnya sudah usang.

Seiring waktu taman tersebut semakin ramai, banyak yang hilir mudik untuk sekedar menyaksikan drama tanpa suara yang sering dipentaskan. Tapi selayaknya sebuah tontonan, di akhir masa tayang pasti ada yang terhibur dan ada yang tersulut melawan karena merasa terlecehkan. Sang pemilik taman sadar akan semua kemungkinan, dan dia berkilah kalau dia hanya seorang pencerita. Penggagas drama tanpa suara di kepala. Dan dia sadar benar kalau dia bisa saja dielu-elukan kemudian dihujat habis-habisan. Lagi-lagi dia tidak keberatan.

4 tahun bukan waktu yang sebentar untuk si pemilik taman belajar melalui proses pendewasaan. 4 tahun membuatnya berulang kali memasuki siklus kehidupan yang hanya membuatnya berputar-putar. 4 tahun yang berbekas dalam ingatan karena dalam rentang waktu tersebut si pemilik taman tidak hanya mendapatkan sekumpulan teman tapi juga sekelompok musuh yang tidak bisa dihindarkan. Sebuah dinamika hidup yang mengajarkan bahwa tidak mungkin membuat semua orang suka pada sebuah taman bermain atau pada si pemiliknya itu sendiri.

Taman bermain itu mungkin lama-lama untuk sebagian pengunjung terasa membosankan, apalagi ketika drama yang dipentaskan hanya bersetting tentang kemuraman dan kesedihan. Karenanya si pemilik taman sedikit membuka diri, menyapa pengunjung di luar batas taman untuk memperkenalkan siapa dia sebenarnya. Masih lewat dunia maya tali silaturahmi terus dikencangkan, lewat hentakan-hentakan pulsa seluler tegur sapa tetap disampaikan.

Tapi kenyataan tidak seperti apa yang diharapkan. Banyak pengunjung yang tidak siap dengan siapa sesungguhnya pemilik taman. Mereka menarik diri dari jaring-jaring sosial yang pernah direntangkan, menarik diri dengan istilah unfollow yang sekarang sedang marak dilakukan para pengicau-pengicau melalui ekspresi 140 karakter. Tapi si pemilik taman lagi-lagi tidak keberatan, awalnya sendirian dan ketika harus berakhir sendirian maka itu sudah merupakan ketetapan sebuah permainan.

Apapun itu sekarang, 4 tahun bukan waktu yang sebentar untuk tidak mengucapkan terima kasih kepada para pelancong yang sudah meramaikan taman bermain sehingga berdinamika penuh kemeriahan. Terima kasih pernah dan masih meramaikan jalinan cerita yang diuntai melalui aksara dan kata tanpa suara. Terima kasih sudah setia menemani perjalanan sebuah taman bermain dari dulu hingga saat ini. Kalianlah saksi dari berbagai perenungan sebuah taman dan pemiliknya.

Hari ini taman aksara sedang berulang tahun yang keempat, dan saya apisindica sebagai pemilik taman sekali lagi mengucapkan banyak terima kasih atas semua apresiasi yang sudah diberikan. Tidak lupa saya juga memintakan maaf apabila ada tulisan-tulisan yang tidak berkenan yang membuat luka berkepanjangan di hati para pengunjung taman. Tidak ada maksud berlebihan dan tanpa ada maksud kesengajaan. Semua murni karena faktor kekhilafan.

Semoga saja taman aksara tidak berhenti berbenah hingga nanti usia senja.

7 komentar:

Rona Nauli mengatakan...

ahhhh, makan-makan detected....eh? :P

btw, selamat berulang tahun ke-empat untuk taman bermainnya. tetep menulis sampai nanti, nanti, nanti...:D

Chici mengatakan...

Yipiiii taman mas Apis ulang tahun....
*potong tumpeng

Moga makin semangat nulisnya ya mas, pelancong ini masih tetap setia kok maen kemari :)

Farrel Fortunatus mengatakan...

bagi-bagi bancakan atuh kang apis? he he he... atau nasi pake besek juga boleh (tradisi jadul banget ya? tapi di kampung mah masih ada kok) wkwkwk...

Anonim mengatakan...

Met ultah tamannya apis!
Aku ga pernah bosan bermain kesini ;)

Apisindica mengatakan...

@rona: mari kita makan-makan virtual :)

terima kasih untuk ucapannya. Semoga masih ada keinginan untuk tetap nulis selamanya. amin.

@Chichi: terima kasih udah jadi pengunjung setia. Orang-orang kayak chichi ini yang bikin saya nggak mau berhenti menulis. Makasih ya...

@farrel: huaaaa, bancakan. Asa jaman keur nongtot leho dueh. Hihihi #jorok

@anonim: yaeyalah setia secara kepo kan sama hidup gw. Kangeuun ih, ayo atuh liburan ka indonesia....

Bedjo mengatakan...

Lho kok sama ya kang Apis... aku juga sudah 4 tahun nulis personal blog. Bedanya aku suka gonta-ganti domain, tapi sekarang sudah mantep deh kayaknya.

Eniwei Bravo yah... balapan nulis yuk...

Apisindica mengatakan...

@mas bedjo : sama yah umurnya? *high five*

balapan nulis? buat apaaa? mending balapan makan, atau balapan mobil. pasti lebih seru :)