Halaman

Jumat, 09 September 2011

Galau

Perempuan itu berasal dari terowongan yang temaram. Terowongan tanpa jendela yang menyebabkannya asosial terhadap cahaya. Sebetulnya dia bisa saja memilih bersahabat dengan terang, tapi sepertinya dia lebih nyaman terombangambingkan hitam. Dalam gelap dia mencoba membangun apa yang ada dalam benaknya, berusaha berdiri dan meraba-raba untuk menggapai apa yang dia yakini.

Perempuan itu berjalan tidak lagi sempoyongan , tidak seperti pada saat awal dia memutuskan untuk berjalan dalan kegelapan. Baginya jati diri wajib untuk diperjuangkan, hidup dengan apa yang diyakininya menjadi suatu keharusan yang tidak bisa lagi ditawar. Dia merasa senang, dia menemukan dunianya yang selama ini dia cari. Tidak peduli kalau ternyata dunianya itu gelap, tidak peduli kalau hidup dalam dunianya itu membuatnya terasing.

Perempuan yang berasal dari terowongan yang temaram itu terus berjalan. Tidak menoleh bahkan ketika dia menjumpai banyak persimpangan.

Aku juga tidak ada bedanya dengan dia. Berasal dari terowongan yang juga temaram. Terowongan yang dengan sadar telah dipilih untuk dilalui setelah didera banyak pertimbangan. Aku juga bersahabat dengan gelap, mencandu hitam sampai sakau. Bagiku apa yang harus kujalani dalam terowongan ini adalah sebuah takdir, sehingga tidak perlu lagi banyak mempertanyakan. Bertanya tidak menjadikan aku siapa-siapa ternyata, bertanya justru memberangus jiwaku dengan keraguan.

Aku dan perempuan itu suatu hari berbincang. Mencoba mencari kesamaan dalam jejak yang telah ditorehkan dalam alur terowongan masing-masing. Berusaha saling belajar dari pengalaman satu sama lain, memperkaya jiwa dengan sesuatu yang mungkin belum disesap indera perasa. Dan kami menemukan persamaan. Kami sama-sama ingin keluar dari kenyamanan terowongan yang selama ini meninabobokan. Mungkin tidak langsung mengharapkan terang, tapi remang-remang sudah lebih dari cukup atas apa yang kami harapkan.

Aku dan perempuan itu mencoba beririsan. Saling mengguar masa lalu untuk melihat masa depan yang mungkin bisa diciptakan. Saling mengukur kadar kepercayaan masing-masing untuk mencoba melangkah bergandengan. Mengepaskan bentuk dengan ruang, mencocokkan gambar dalam bingkai.

Aku dan perempuan itu berproses dalam pergulatan di terowongan masing-masing. Bergumul dalam rangkaian doa yang tidak berhenti diucapkan sekujur badan. Kami mencoba menggapai-gapai meski masih dalam kegelapan, karena kami yakin bahwa terowongan ini akan ada ujungnya. Akhir yang pastinya akan membebaskan walaupun jalan ceritanya entah akan seperti apa. Perempuan itu seperti halnya aku meyakini bahwa ujungnya adalah bahagia.

Tapi sayang, lagi-lagi takdir tidak berpihak pada jalan yang sedang aku dan perempuan itu bentangkan. Sepertinya banyak hal yang tidak bisa disesuaikan, yang tidak mudah dieliminir untuk kemudian dimaklumi. Jalan kami tetap berlainan, dan kami memilih untuk menyudahi sepenggal babak yang awalnya menyenangkan. Perempuan itu kembali temaram, dan aku kembali berselubungkan muram.

9 komentar:

Enno mengatakan...

ops!

sekarang mulai agak ngerti...

:(

semangat ya yuda... jodoh kamu menunggu di depan sana. ganbatte!

Gloria Putri mengatakan...

hei jangan muram lagi :)
smile kang :)

Wuri SweetY mengatakan...

Jangan muram dong!!!masih ada sinar didepan. Hanya butuh kesabaran lagi menyongsong sinar yg lebih cerah.

ROe Salampessy mengatakan...

itulah takdir mas bro..!

"Takdir tak bisa dipesan seperti kita memesan bir" kata2 agus noer saat mengomentari novel "1 perempuan 14 laki2" karya djenar maesa ayu.

seperti agus noer, saya sepakat sekali. tulisan'mu ttg takdir keterpisahan'mu dengan perempuan yg kau analogikan di terowongan hitam itu adalah takdir yang memang harus diterima dgn ikhlas. memang berat menerimanya, tapi seperti agus noer, takdir tak bisa dipesan..

mungkin kau merasa kehilangan sampai2 tulisan ini harus kau tulis dengan begitu jujur. :)

keep spirit mas bro..!

semoga Allah mudahkan semua urusanmu. saya turut mendoakan. aamiin.

--afwan banyak koment ane-- hehe

Apisindica mengatakan...

@teh enno: apa ciiiiing? tong sok tau ah :)

amiiiin teteh. Nuhun.

@Glo: smileeeee

@Wury: tenang, saya orangnya sabar kok. Jangan khawatir!

@ROe: salah satu buku paporit saya. bukan novel tapi ah, tapi kumpulan cerpen :)

pesen birnya satu pitcer yah! jangan pake yang sparkling tapinyah. hahaha

amiiiin. semoga doa dari antum semua didengar dan diijabah oleh Allah. Makasih yah!

Asop mengatakan...

Haruskah akhirnya berpisah? :(

Apisindica mengatakan...

@Asop: ketika tidak bisa dijembatani haruskah kemudian aku terus bertahan? :(

Anonim mengatakan...

I'm so sorry that I just read this post :(

Don't worry, God knows who's the right person for you, the one that accept the way you are.

Just be patient and pray a lot. I think God want to test your persistence.

hugs

Apisindica mengatakan...

@anonim: Terima kasih