Halaman

Rabu, 14 September 2011

KENAPA?

Bocah itu berbaring di pangkuan ayahnya, matanya dipejam-pejamkan padahal hatinya berkecamuk tak karuan.

Belaian tangan sang ayah tidak lantas membuatnya tenang. Hatinya terus meracau, batinnya mengumandangkan banyak pertanyaan.

Bocah itu menimbang-nimbang antara bertanya atau menelannya perlahan. Dia berpikir mungkin ayahnya akan mempunyai jawaban yang menenangkan, tapi kemudian dia berpikir ulang bagaimana kalau jawaban yang diberikan ayahnya justru membuatnya semakin bimbang dan gamang.

Dia memilih menelannya perlahan. Tidak lagi berniat bertanya atas gundah yang selama ini dia gadang-gadangkan sendirian. Berharap dengan ditelan maka seiring waktu, kegundahan akan menghilang. Begitu doanya setiap malam.

Ternyata dia salah. Pilihan untuk menelannya perlahan justru membuat dia seperti tercengkram dalam lingkaran setan. Kegundahan itu masuk ke dalam setiap sel tubuhnya, bereplikasi dan terus membelah seiring dengan pertumbuhannya yang tidak bisa ditahan.

Dia hidup dengan kegundahan itu sepanjang hidupnya.

Jangan bilang dia tidak pernah berontak. Separuh hidupnya dihabiskan dengan pemberontakan atas apa yang dia rasakan. Lebih dari itu, dia pernah menantang Tuhan. Mengajak-Nya bertemu di tanah lapang untuk bertarung pertanyaan satu lawan satu. Dan tentu saja dia menjadi pecundang, kalah oleh sesuatu yang belum bisa terjawab.

Lama kemudian dia kembali memutuskan untuk menelan segala kegundahan yang dia rasakan. Berdamai dengan gamang dan bersahabat dengan bimbang. Baginya berdamai dengan semua dan membiarkannya mengisi setiap sel tubuhnya adalah pilihan yang dirasa paling bijaksana. Melawan justru akan membuatnya semakin banyak ketinggalan.

Transformasi dibuatnya sendiri, jalan Tuhan tetap dilewatinya dengan penuh kekhusuan. Tidak peduli banyak yang mempertanyakan bahkan meragukan keabsahan. Dia terus berjalan penuh kepercayaan kalau Tuhan tidak pernah meninggalkannya sendirian. Tuhan selalu ada ketika dia butuh bala bantuan.

Bocah itu tidak lagi bocah. Berubah menjadi manusia tangguh yang sedikit bisa menjawab takdir yang dipilihkan Tuhan untuk dia mainkan. Atau mungkin justru bukan Tuhan yang memilihkan tapi dia sendiri yang membuat perjanjian ketika dia belum dilahirkan, entahlah. Yang pasti dia paham akan satu hal.

Tuhan memilihnya karena dia lemah. Dan orang lemah akan terus berjuang bagaimana hidup dan bertahan. Orang lemah akan mengumpulkan serakan beras yang tercecer di jalanan untuk sekedar bisa makan. Dan sepertinya Tuhan tidak salah pilih. Dengan kelemahannya bocah itu bertahan sampai sekarang. Dengan kegamangannya yang terus bereplikasi dalam sel tubuhnya, dia keluar menjadi pemenang.

Meski begitu, dalam doanya, bocah yang tidak lagi bocah itu kadang-kadang menyelipkan sebuah pertanyaan yang masih sama. “Tuhan, kenapa aku berbeda?”

11 komentar:

Wuri SweetY mengatakan...

Jgn merasa berbeda Kang...merasalah kamu spesial. Semua hal yg menjadi pilihanmu pasti terbaik untukmu.
Dan semoga Tuham merestui apa yang kamu pilih.

Apisindica mengatakan...

dear wury...

Kadang saya menuliskan serakan ide yang ada di kepala, jadi tidak semua yang saya tuliskan adalah tentang saya.

Saya memang spesial. Telurnya 10. hehehe

ROe Salampessy mengatakan...

Tuhan, kenapa saya berbeda.??

jawab Tuhan. "kamu ngak berbeda, kamu sama seperti yang lain, kamu saja yang merasa berbeda.. hehe.. #sedang becanda dengan Tuhan.

pertanyaannya "perbedaan apa yg dimaksud.?

Farrel Fortunatus mengatakan...

Sesuai dengan lirik lagu 'panggung sandiwara;' "setiap kita dapat satu peranan, yang harus kita mainkan..." jadi mau tidak mau, suka tidak suka, harus kita terima.
jadi: mari kita mainkan peran kita sebaik mungkin...

Apisindica mengatakan...

@ROe: perbedaan yang dimaksud adalah, kenapa saya ganteng dan gaya sendirian sementara yang lain tidak. #pastinyeseludahnanya

@Farrel: putar lagunya dan mainkaaaan!!!!

friendlybaliboy mengatakan...

jatuh cinta banget deh dengan kang apis ini, sumpah dah...
melted dgn seua kata katanya
(sigh)

Apisindica mengatakan...

@baliboy: terima kasih sangadh!

Jatuh cinta sama tulisannya kan? bukan sama akunya? hehehe

putu friendlybaliboy mengatakan...

mas Apis, I almost do!
pernah denger gak it's easier to love a stranger than loving somebody you know

wondering what's lurking inside that beautiful words

^ ^

Apisindica mengatakan...

@baliboy: first, you can call me just apis. Tanpa embel-embel :)

second, aaaah....aku tersipu!!! #pelukbaliboy

putu friendlybaliboy mengatakan...

baiklah mas, eh apis...
maaf kadung terbiasa sopan bicaranya (halahh)

no gombal ya, this is my sincere opinion. You have beautifully crafted those words as if they're alive and presents the imaginations and outshows the emotions.

Bikin skenario opera gih mas apis, eh apis!
PS> Penasaran banget orangnya seperti apa yak?

Apisindica mengatakan...

@baliboy : pasti akan menyesal kalau tau seperti apa aslinya saya :))

eh mari kita berteman! saya sudah kirim email ke kamu!