Halaman

Jumat, 16 September 2011

Cin dan Can

Saya memanggilnya Cin. Entah untuk cina atau untuk cinta. Atau mungkin untuk keduanya, cina yang saya cintai.

Cin hadir dengan cara yang tidak biasa, cara yang sama sekali di luar dugaan bisa membuat saya jatuh hati kemudian mencintainya setengah mati. Bertemu pertama kali di depan gerai kebab di kampus kami kemudian dilanjutkan dengan makan siang di salah satu café. Semuanya biasa saja, kesan awal tidak ada yang patut untuk diumbar berlebihan, hanya saja saya suka sekali melihat matanya. Sipit.

Dia memanggil saya Can. Pencarian panjang sebelum akhirnya berakhir pada panggilan itu. Saya pernah bertanya kenapa harus Can, dan dia menjawab Can untuk Candu. Katanya saya ibarat candu buat dia. Membuatnya ketagihan.

Semenjak itu Cin dan Can berjalan dalam koridor cinta yang tidak biasa. Berjalan dengan ego dan kepentingan masing-masing tetapi pada akhirnya tetap bertemu di tengah-tengah ketika semuanya sudah lelah. Saling mengelap keringat yang meleleh di dahi untuk sebuah alasan yang seringnya tidak dimengerti. Kami saling menikmati ketidakpastian, mereguk kasih yang membingungkan.

Sekarang Cin mau pergi. Tidak akan ada lagi ketidakpastian. Tidak akan ada lagi saling memperhatikan dalam ruang yang membingungkan. Semua jalan cerita dan peran sudah saatnya untuk ditamatkan, menunggu episode-episode baru dengan pemain yang pastinya digantikan. Tidak akan ada lagi Cin, tak akan muncul lagi Can. Cin dan Can sudah terbundel dalam satu scenario yang akan disimpan dalam laci kenangan. Mungkin nanti akan bisa ditayangkan lagi, tapi pastinya hanya sebagai film documenter. Atau bisa jadi hanya sebuah dongeng sebelum tidur.

Malam ini Can memakai baju pemberian Cin dan membawanya tidur. Berharap Can akan jatuh ke dalam mimpi bersama Cin untuk yang terakhir kalinya. Apapun itu nanti ceritanya.

Selamat jalan Cin…


Bila aku tak berujung denganmu…
izinkan rasa ini kukenang slamanya…
Tuhan tolong hapus rasa cintaku…
Bila tak Kau izinkan aku bersamanya…

Apalah Arti Cinta dari She, mengalun lembut mengantarkan Can melepas Cin

10 komentar:

Farrel Fortunatus mengatakan...

kirain panggilannya 'Mimi & Pipi' hihihi... kalau takdir memisahkan kalian di sini, semoga kalian dipersatukan di alam sana... (lho? maksudnya? wkwkwk...).

Chici mengatakan...

Nguik... pas ngebaca judulnya udah semangat 45 tadi, tapi ternyata endingnya sedih *nyeka air mata..

Apisindica mengatakan...

@Farrel: maksud loooooo? hahaha. Belom mau matiiii :P

@chici: my expertise like used to be :))

ROe Salampessy mengatakan...

cin dan can..

nice story.. bisa saingan sama romie and juliet. :D

Wuri SweetY mengatakan...

Di t4 hans jg lg bahas Cin...dan sepertinya post ttg broken heart lg rame nich.

Trs akhirnya, Cin hadir dlm mimpi ga kang?

Apisindica mengatakan...

@ROe: hahaha, sayang kisah "kami" tidak sedrastis romeo dan juliet :)

@Wuri: Cin tidak hanya sekedar hadir di dalam mimpi. Dia nelpon sesaat setelah dia sampai di negara ituh :P

rid mengatakan...

wah masih setia menggalau ya Apis..hahahaha
kalo jodoh gak kemana kok :D


eh eh btw templatenya baru ya pis. tapi tulisan yg lain jadi susah dibacanya :(

Apisindica mengatakan...

@rid: saya penggila galau. Saya pecandu gamang. hahahah

iyah template baru. Masa sih jadi susah dibaca? buka pake android? bb? laptop? aku coba semua kok bisa-bisa aja tuh! :)

Anonim mengatakan...

Kenapa Bulan September selalu membuat banyak jiwa mengambang? Ada yang terkenang lagu-2 cinta di bulan september, ada yang kehilangan cin, ada juga yang habis diputus can.

Urgghhh ... I hate this story.

Biarkan saja Can pergi. Ijinkan Cin lain datang, menyatu,meelebur dan bersetubuh menjadi sebuah cincin. Pasti lebih mahal harganya.

Apisindica mengatakan...

@mas arik: september is galau :))