Halaman

Rabu, 14 Juli 2010

Cin dan Can

Saya memanggilnya Cin. Entah untuk cina atau untuk cinta. Atau mungkin untuk keduanya, cina yang saya cintai.

Cin hadir dengan cara yang tidak biasa, cara yang sama sekali di luar dugaan bisa membuat saya jatuh hati kemudian mencintainya setengah mati. Bertemu pertama kali di depan gerai kebab di kampus kami kemudian dilanjutkan dengan makan siang di salah satu café. Semuanya biasa saja, kesan awal tidak ada yang patut untuk diumbar berlebihan, hanya saja saya suka sekali melihat matanya. Sipit.

Dia memanggil saya Can. Pencarian panjang sebelum akhirnya berakhir pada panggilan itu. Saya pernah bertanya kenapa harus Can, dan dia menjawab Can untuk Candu. Katanya saya ibarat candu buat dia. Membuatnya ketagihan.

Semenjak itu Cin dan Can berjalan dalam koridor cinta yang tidak biasa. Berjalan dengan ego dan kepentingan masing-masing tetapi pada akhirnya tetap bertemu di tengah-tengah ketika semuanya sudah lelah. Saling mengelap keringat yang meleleh di dahi untuk sebuah alasan yang seringnya tidak dimengerti. Kami saling menikmati ketidakpastian, mereguk kasih yang membingungkan.

Sekarang Cin mau pergi. Tidak akan ada lagi ketidakpastian. Tidak akan ada lagi saling memperhatikan dalam ruang yang membingungkan. Semua jalan cerita dan peran sudah saatnya untuk ditamatkan, menunggu episode-episode baru dengan pemain yang pastinya digantikan. Tidak akan ada lagi Cin, tak akan muncul lagi Can. Cin dan Can sudah terbundel dalam satu scenario yang akan disimpan dalam laci kenangan. Mungkin nanti akan bisa ditayangkan lagi, tapi pastinya hanya sebagai film documenter. Atau bisa jadi hanya sebuah dongeng sebelum tidur.

Malam ini Can memakai baju pemberian Cin dan membawanya tidur. Berharap Can akan jatuh ke dalam mimpi bersama Cin untuk yang terakhir kalinya. Apapun itu nanti ceritanya.

Selamat jalan Cin…

Bila aku tak berujung denganmu…
izinkan rasa ini kukenang slamanya…
Tuhan tolong hapus rasa cintaku…
Bila tak Kau izinkan aku bersamanya…


Apalah Arti Cinta dari She, mengalun lembut mengantarkan Can melepas Cin

4 komentar:

pras mengatakan...

bagian awalnya bikin aku senyum lebar...

tapi bagian akhirnya gak enak. kenapa musti kudu pisahan. apapun alasannya gak enak di hati.

tapi...
yang penting pisahannya dengan senyum, bukan geram di hati.

Linda Tan mengatakan...

just can give you smile :)
Every thing will be OK!!!

Ms. Grey mengatakan...

Gw jadi ikutan nangis, berharap ini cuma fiksi seperti yg biasa lo tulis.

Pis, long time we're not chat. I miss you bro.

Apisindica mengatakan...

@pras: iya mas Pras, lagi-lagi cintaku kandas di tengah jalan. Tapi ya memang mungkin harus seperti ini ceritanya. im fine!

aku melepasnya dengan senyum kok, nggak pake geram.

makasih yah!

@linda: makasih yah buat senyumnya! :D

@grey: sayangnya kali ini bukan piktip dan bukan piksi. ini nyata grey. hehehe. jangan ikut nangis, aku juga baik-baik aja kok. tenang aja.

Iya, sekarang sibuk yah? miss you too sistah!