Halaman

Kamis, 10 Juni 2010

Tentang Doa

Saya suka sekali kalimat yang di tulis mas Pras di blog-nya. Kalimatnya saya modifikasi (seijin penulisnya tentu saja).

“Ketika kamu meminta kepada Tuhan untuk diberi wajah rupawan, maka Tuhan tidak serta merta mengirimkan seorang dokter spesialis bedah plastik yang berpengalaman untuk kemudian merubah parasmu. Tapi jauh di sana, di tempat yang tidak pernah kamu sangka sama sekali, Tuhan telah menciptakan seseorang yang akan mengagumimu apa adanya. Seseorang yang bisa menerimamu bagaimanapun penampilanmu. Mereka yang kemudian disebut dengan jodoh”

Tanpa sadar saya mengangguk tanda setuju dengan kalimat di atas. Bagaimana tidak, kalimat itu seakan mengingatkan betapa congkaknya saya selama ini. Bagaimana saya seringkali tidak mensyukuri berkah Tuhan hanya karena Dia tidak menjawab permintaan saya dengan cara yang saya inginkan. Bukankah itu congkak? Padahal saya tahu betul bahwa Tuhan selalu bekerja dengan cara yang misterius dalam menjawab doa-doa saya. Tapi tetap saja yang saya lancarkan adalah protes dan gerutu.

Kita, terutama saya selalu menginginkan sesuatu yang instan. Ketika saya meminta sesuatu kepada Tuhan maka saya ingin kepastian segera tentang jawabannya. Iya atau tidak. Kalau iya maka saya akan melanjutkan usaha saya sedangkan kalau tidak maka saya akan mencari jalan keluar lain untuk mewujudkan mimpi saya. Permohonan yang saya sampaikan selalu ingin dijawab seperti saya meminum jamu, ketika saya minum maka pahitnya akan langsung terasa. Sayang Tuhan tidak bekerja seperti itu.

Saya diberi pelajaran tentang sabar, tapi tidak pernah saya praktekkan. Sabar hanya sekedar teori bahwa orang yang sabar akan disayang Tuhan. Saya lebih seringnya membatin, sampai kapan saya harus bersabar sementara orang-orang di luaran sana selalu dengan cepat mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi kemudian saya sadar bahwa Tuhan akan menjawab semua apa yang saya tasbihkan. Tentu saja dengan jalan-Nya.

Kadang Tuhan ketika menjawab doa kita tidak langsung pada sasarannya, tapi Tuhan menciptakan scenario yang berputar-putar untuk saya sampai pada sebuah tujuan. Pada akhirnya Tuhan pasti akan menjawab doa saya tapi untuk saya sampai pada jawabannya maka saya harus melewati pos-pos yang justru akan memberi saya kesempatan untuk belajar. Belajar bersyukur, belajar bersabar dan belajar ikhlas.

Lihat lagi kalimat yang saya modifikasi dari tulisannya Mas Pras. Saya seringkali merasa tidak rupawan, ( memang itu kenyataannya)selalu kalah banding dengan orang-orang ‘beruntung’ di sekitar saya yang telah diberi anugrah berupa paras rupawan. Tapi kemudian saya menyadari bahwa bagaimanapun bentuk dan rupa saya, Tuhan telah menciptakan seseorang yang mau berkompromi dengan bentuk dan rupa itu. Dan seseorang itu pasti datang. Saya meyakini karena itu yang Tuhan telah janjikan. Kalau Tuhan telah berjanji kenapa saya masih harus menyangsikan.

Tapi namanya juga manusia. Saya kerap ditunggangi egois bahkan terhadap Tuhan. Saya hanya ingin Tuhan bekerja sesuai dengan apa yang saya refleksikan di dalam doa. Kalau tidak seperti itu maka saya akan menggugat. Biasanya seperti itu, dan pasti akan selalu seperti itu meskipun saya telah disadarkan bahkan oleh tulisan saya sendiri.

Tuhan, ijinkan saya selalu menyadari apa yang telah menjadi kesalahan saya meskipun kadang itu terasa terlambat. Tapi sebagaimana saya meyakini-Mu, maka bimbinglah saya untuk selalu berjalan di koridor yang Engkau harapkan. Amin.

12 komentar:

Linda Tan mengatakan...

Pis: saya slalu menyukai tulisan mu :)Tuhan slalu berkerja sesuai dengan jalanNya dan bukan jalan yang kita mau...

Anonim mengatakan...

biasanya, gw gak suka banget komen tulisan soal tuhan

anyway, gw cuman penasaran ingin bertanya, kalo tuhan kasih org yg mengagumi & menerima kita apa adanya, lalu kita tidak bisa menerima dia apa adanya gimana?

lalu jawaban nya, kita tidak mensukuri, musti belajar mensukuri, lantas kalo udah bertahun2 pun tidak bisa menerima, do you think the person deserve someone who also mengagumi & menerima dia apa adanya juga? do you think we are being fair, hanya karena kita ingin 'belajar mensukuri' lalu kita harus be unfair sama org lain?

gw lebih percaya, setiap kali urusan yg melibatkan tuhan, kita harusnya dan biasanya membentuk nya menjadi ukuran, bentuk, citarasa, warna, selera yg bisa kita cerna, lebih sering nya lagi, apa2 yg di bentuk, di ukur, di citarasa, di warna dan di selera in org lain pun kita telan bulat2 :))

are we calling ourselves human with analytical abilities kalo ada something yg kita sama sekali tidak boleh analisa? pokoknya lu telen aje deh :))

or.. kalo soal tuhan, semua org menjadi punya common taste, bahwa apapun yg 'uenak' oleh org lain, enak juga deh sama kita, karena we can not analyze?

Apisindica mengatakan...

@linda: terima kasih lho! jadi ge-er. lagi belajar nulis aja kok. Setuju, Tuhan bekerja dengan jalan-Nya bukan dengan jalan kita.

@epentje: pertama gue mau bilang kalo gue suka banget sama komentar-komentar CERDAS elo. Kadang terasa pedas tapi semuanya benar. So gue beruntung kalo tulisan gue dikomenin epentje, bikin gue makin pinter.

ijinkan gue analisis (ala gue) pertanyaan2 lo. Boleh setuju atau tidak, ini hanya sekedar pemikiran sederhana.

kalau tuhan memberi orang yang mengagumi dan menerima kita apa adanya tetapi kita tidak bisa melakukan hal yang sama kepadanya bagaimana? menurut gue itu bukan jodoh. Jodoh itu adalah dua orang yang sudah berkompromi untuk mengagumi dan menerima apa adanya secara resiprok, tanpa banyak syarat.

kalau itu terjadi mungkin kita belum menemukan jodoh kita. misalnya, orang yang pacaran bisa putus karena di tengah jalan ternyata kita tidak bisa menerima kelakuannya yang baru ketahuan belakangan.

apabila kita merasa sudah menemukan "jodoh" padahal dari awal kita hanya belajar mensyukuri seseorang yang sudah dikirimkan tuhan itu artinya kita berbuat tidak adil. Cara memperbaikinya adalah dengan menuntaskannya karena orang yang mengagumi dan mau menerima apa adanya seseorang harus mendapat perlakuan yang sama. jadi kalau kita merasa tidak bisa berkompromi, jangan dimulai sama sekali untuk membina sesuatu yang sangat serius.

Lihat, banyak pasangan yang akhirnya bercerai. Ini mungkin karena pada akhirnya mereka tidak bisa menerima apa adanya pasangannya tersebut. Salahkah itu? bisa salah bisa tidak toh Tuhan juga membolehkan bercerai meskipun Tuhan tidak menyukainya.

Apa yang bercerai tersebut disebut tidak berjodoh? menurut gue mereka berjodoh tapi jodohnya pendek.

Tuhan memberi kita otak yang salah satu fungsinya untuk menganalisa sesuatu. ketika Tuhan memberi kita sesuatu sudah selayaknya kita analisa. Kita bukan binatang atau tumbuhan yang hanya mampu menerima takdir tanpa mencerna maksud dari pemberian tersebut. karenanya meskipun Tuhan memberi kita sesuatu pada akhirnya kita akan bisa memilah apakah pemberiannya itu berupa berkah atau cobaan. Hasil analisis itulah yang akan kita gunakan untuk menentukan langkah selanjutnya.

Epentje sudah bisa mengambil kesimpulan sebenarnya di belakang. Soal Tuhan semua orang punya common taste, jadi apapun yang menurut saya bagus dan saya tuangkan dalam tulisan ini bisa jadi bertolak belakang dengan pemikiran orang lain. Disitu jugalah kenapa tuhan menciptakan kita dengan daya analisis. Yang menurut saya benar dan enak, belum tentu dirasakan benar dan enak oleh orang lain.

(kenapa jawaban komen gue kepanjangan yah. maapkan!! hehehe)

Anonim mengatakan...

i got a feeling kalo ini bakal jadi a serial of comments :))

compliments are like sweet chocolate cake, it will make one fat without realizing, jadi... please give compliments once in a while, kalo sering2 tar gw jadi gendut HIHIHI.... but thanks anyway...

sebenarnya gw mau drop tuhan's subject and bring it to more humane way of thinking

i dont believe 'jodoh' like your concept...
see, jodoh tidak mempertemukan 2 org yg 'mau' fit their own kekurangan dan kelebihan, jodoh actually do nothing about fitting anybody's kekurangan dan kelebihan, what jodoh do is actually hanya make someone bump into another person, it can be a good friend, best friend, just a friend even your enemy :) and that's all jodoh's work and jodoh had to do, not more than that

so, bagaimana lantas 2 org yg bertemu lalu menjadi mau menerima kekurangan dan kelebihan masing2? we call it compromise :)) tanpa compromise there will be NO LOVE, karena in this world, tidak ada satu org pun di dunia ini yg actually really love other's disadvantage alias kekurangan, nobody... you can ask your mom, kalo dia sebenarnya suka gak sama kekurangan of your dad, pasti jawabannya, yah harus belajar menelan lah, lama2 terbiasa kok, mau apalagi? namanya juga cinta, dan many other unreasonable answers :) but again... always in the name of love, kasian si love itu :)))

so how people's bercerai? karena actually love is tiring, it is like balancing your frequency with others, you never know when your other half's frequency go higher or lower, and also you never realize that you already off-guard your own standard, sehingga menjadi lowered than what your other half expected, dan tanpa di sadari, perbedaannya menjadi sangat jauh, dan menjadi gak nyambung, ibaratnya radio menjadi off frequency, yah gak ada bunyi nya kan??.. so that is what i think, and again... it is compromise, karena perbedaan menjadi semakin jauh, maka compromise menjadi sulit, dan seringnya people give up, right??

kalimat gw yg terakhir adalah sebenarnya sarcastic :)))
menyindir bahwa, kenapa kalo sudah ngomongin tuhan, semua org HARUS menjadi common taste?
makanan enak bisa menjadi boring, indulgence juga bisa menjadi boring, tidur dan be-lazy juga bisa menjadi boring, semua yg enak2 di dunia ini bisa menjadi boring, kenapa tuhan yg juga 'enak' gak bisa menjadi boring? :)))))
arent we forced ourselves not to? or we are just HAVE TO value too high for god? or we just do not dare to question tuhan? :)))))

oh... just so you know... i am evil in disguise, sering di tulis di kitab2 kok kalo akan datang setan2 yg nyamar, yg seolah2 paling logika, but a thread to religions, and that will be me hahahaha.... :))))

Farrel Fortunatus mengatakan...

nampak seru: apis vs epentje he he he... cara pandang kalian tentang Tuhan dan keTuhananNya emang beda. sampe kapan pun 'konsep' kalian ttg Tuhan ga akan pernah ketemu ujungnya.
Kembali ke masalah jodoh: Janganlah MENCARI orang yang bisa dipercaya, tapi berusahalah MENJADI
orang yang bisa dipercaya. Janganlah MENCARI orang yang menyenangkan, tapi berusahalah MENJADI orang yang menyenangkan. Janganlah MENCARI orang yang tepat, tapi berusahalah MENJADI orang yang tepat...

Apisindica mengatakan...

@epetnje: hihihihi, panjang bener yah!! tapi apapun itu gw setuju aja deh (nyerah...ampuuuuuuuuuun!)

itulah serunya bertukar pandangan meski pada akhirnya nggak pernah bisa menemukan titik temu. Kita bisa liat cara pandang orang lain yang mungkin kita tidak lihat sebelumnya.

layaknya sidang DPR, silahkan beropini mumpung opini itu ratis dan nggak dilarang agama :))

kalo epentje gendut yah gapapa, yang penting gue tetep langsing. hahahahaha

@Farrel: waaah, setuju banget sama komennya. kenapa kita selalu mencari dan bukan menjadi, padahal menjadi akan lebih mudah ketimbang menjadi. hahahaha

nuhun ah Kang!!!

Anonim mengatakan...

eh.. gw salah nulis dong, bikin malu... maksud gw 'thread' = threat = ancaman... halah.. udah sok pinter geto.. salah ketik pulak.... tanpa sadar pulak... bikin malu....

FAREL,
lah, kalo selalu nya kita harus MENJADI, artinya kita harus put on action, lalu apa dan dimana peran tuhan? bukannya ada tuhan justru lebih menarik, timbang minta2 aje sama dia bukan? :))))
lantas kalo gak boleh minta2, buat apa kita puja puji dan sembah2?
kalo alasan nya takut sama ke murka an nya, lah? di sembah2 dan di puji2 juga dia tetep musti murka, jadi you never know kan? so what for you to lose kalo gak di sembah? and what is for you to gain kalo menyembah?

APIS,
hahaha.. i thought it is very evil for religious people to even try to understand what the devil think :)

teori MENJADI seems like easier, but remember, YOU also has need :)) kalo elo cape2 MENJADI, tapi si anu gak pernah MENJADI, your need is never been satisfied, so how? elo sudah MENJADI yg si anu mau, tapi si anu tidak MENJADI yg elo mau, lalu si anu mau nya lu MENJADI yg seperti si anu mau juga penuhi sendiri MENJADI yg elo mau thdp si anu, gimana duong??? love is not one sided, and never be, you might talk about unconditional love, hello... it doesnt exist :))) even parents yg katanya mustinya having unconditional love, coba kalo elo ngaku homtje sama mereka, mereka akan marah dan kecewa dsb nya... artinya mereka punya condition, i will love you kalo elo gak homtje :))) right????

Farrel Fortunatus mengatakan...

@epentje: agama memang ga bisa dipisahkan dari konsep: rewards and punishment. Jika surga dan neraka tidak pernah ada, apakah manusia masih mau tunduk menyembah Tuhan?
dalam beragama ada satu elemen yang mungkin tidak bisa dijelaskan pake logika, itulah yang disebut IMAN. IMAN adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. IMAN bagi sebagian orang adalah semacam fondasi dalam memegang teguh apa yang dianggapnya sebagai KEBENARAN. Mungkin juga buat sebagian orang IMAN hanyalah omong kosong.
Menjadi agamis, agnostic ataupun atheis adalah pilihan, dan semua pilihan patut dihargai...
Gw bukanlah orang yang agamis, tapi bukan pula atheis. Menurut gw: Tuhan itu ada, even kita percaya ataupun tidak. Pembuktiannya mungkin sulit. Secara personal kita hanya akan tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak, hanyalah setelah kita mati...
Kalo kita terus-menerus mempertimbangkan apa 'keuntungan' yang kita dapat kalo kita berbuat sesuatu (pamrih), betapa egoisnya kita! Jika kita hidup IKHLAS, menerima takdir hidup dan tak menuntut balas atas apa yang telah kita perbuat. Percayalah kita akan merasa jauh lebih bahagia dalam menjalani hidup dan kehidupan... (wadoh gw kok jd serius amat ya? wkwkwkwk....)

Anonim mengatakan...

** no further comment **

.....hahahahahaha.....

Apisindica mengatakan...

@epentje and farrel: hahaha, kenapa jadi pada serius begini yah?? tapi seru. beneran....

mungkin sekali-kali kita harus kumpul bertiga buat 3some discussion! :)))

Farrel Fortunatus mengatakan...

epentje nampak menyerah ha ha ha...
gw tipikal orang yang bisa gokil segokil-gokilnya. tapi bisa juga diajak diskusi hal" yang serius he he he... iya kayanya seru tuh 3sum discussion, apis yang agamis, gw yg agnostic, dan epentje yang atheis he he he...

Apisindica mengatakan...

@farel n epentje: kalian jangan tertipu. gue nggak seagamis yang kalian bayangkan. hanya berusaha menyeimbangkan amal dan dosa. hehehe

Ya karena merasa pendosa itu makanya diimbangi dengan melakukan ibadah yang gue yakini selama ini.

siapapun dan apapun kalian, gue bangga bisa sharing pemikiran dengan kalian. bikin hidup jadi lebih berwarna!