Halaman

Minggu, 14 Februari 2010

Kenangan

Barang itu masih terlipat rapi di lemari. Usianya satu tahun tepat hari ini, 14 februari. Mungkin hampir terlupakan kalau saya tidak iseng membongkar dan membereskan barang-barang yang lainnya di sana. Saya kemudian menyadari kalau ternyata saya masih menyimpannya. Barang pemberian seseorang setahun lalu, barang yang katanya refleksi rasa sayang.

Barang itu mengingatkan saya padanya. Tahun lalu saya masih berjalan beriringan dengannya, saling menggenggam tidak hanya tangan tapi juga hati. Saling mempercayai dan mengamini kalau cinta akan membuat kami berlabuh di dermaga yang sama. Melempar jangkar untuk kemudian bersatu meski badai hilir mudik menghadang berkali-kali.

Itu tahun lalu. Tahun ini kami sudah tidak bersama. Kami sudah memutuskan untuk berlayar menggunakan kapal yang berlainan, mencari pemberhentian sendiri-sendiri. Jangkar sudah dinaikkan sehingga angin membawa kami ke arah yang berlawanan. Dia telah menemukan penumpang sementara saya berusaha memilih nahkoda. Seseorang yang akan menuntun saya mengarungi gamang, menunggangi banyak perasaan.

Barang itu saya keluarkan dari tempatnya, hanya ingin mengamati. Menelisik lagi kenangan yang mungkin tersisa disana. Bukan ingin membuka cerita lama, bukan juga ingin hidup di masa lalu. Saya hanya ingin sedikit melihat ke belakang, tersenyum untuk sebuah perjalanan yang pernah saya lalui. Mungkin belajar dari sebuah kesalahan, kealfaan yang harus membuat saya berjuang makin keras untuk terus memperbaiki diri. Untuk saya, bukan untuk siapa-siapa.

Perantaraan barang tersebut, saya tersenyum. Menyadari percintaan bagai remaja yang pernah kami lewati. Melakukan hal-hal bodoh yang tak sesuai dengan umur yang terpampang, memanjakan perasaan dengan permainan yang hanya pantas dilakukan murid taman kanak-kanak. Bersamanya saya seperti anak kecil, tak sabar menanti esok hanya demi sebuah permen yang dijanjikan.

Semua telah usai, dan saya tidak sedih. Masa-masa muram telah berlalu seiring detik yang menjemput hari. Saya sudah kuat, saya sudah siap menerima orang baru. Saya hanya ingin menoleh sejenak untuk kemudian berlari. Bukan lagi berjalan. Meninggalkan apa yang sebetulnya memang telah saya tanggalkan tanpa penyesalan.

Hari ini saya memasukan barang itu kembali ke dalam tempatnya. Barang yang masih tampak baru karena saya baru memakainya sekali. Bukan tidak menghargai pemberian, tapi karena suatu alasan yang membuat saya enggan.

Saya menyimpan kembali barang itu. Sebuah t-shirt bergambar wajah shizuka.

7 komentar:

De mengatakan...

pemberian yang penuh kenangan yee
wah, jadi ingat pemberian seseorang juga
:d

Pohonku Sepi Sendiri mengatakan...

wah, disini ada kenangan yg datang juga ternyata bro.. hehe..
salut buat apis, sungguh..
yg dgn tenangnya mempersilahkan singgah ingatan tuk lalu meninggalkannya, lari mengejar mimpi.. :)

Apisindica mengatakan...

@desfi: pemberian dari orang di masa lalu memang selalu penuh kenangan.

@pohon: kenangan selalu mengetuk silih berganti tidak mau berhenti. Tapi kenangan seperti namanya, hanya untuk dikenang. jangan hidup dengan kenangan karena akan membuat kita tidak bisa beranjak kemana-mana.

bandit™perantau mengatakan...

kenangan yg indah kawan...
semoga nanti kapalnya berlabuh dipelabuhan yg terbaik...

salam..!

Apisindica mengatakan...

@bandit: terima kasih teman!

kalaupun tidak berlabuh di pelabuhan yang terbaik, semoga mendapatkan teman berlayar yang bisa saling melengkapi. Saling berkompromi memaklumi pelabuhan yang ada. amiiin!

Alil mengatakan...

Dia telah menemukan penumpang sementara saya berusaha memilih nahkoda....

ahhahahaa..
ketauan deh siapa yang butch siapa yang femme...

Apisindica mengatakan...

@alil: hahaha, ternyata cuman alil yang jeli. yang lain lempeng. Alil memang jago deh!! wkwkwkwk