Halaman

Selasa, 21 April 2009

About Time



On sms with my dearest friend:

My friend : gawat Bro, calon mertua gue maksa-maksa buat majuin jadwal merit gue jadi bulan Juli. Gue gak mau. Gue belom siap.

Gue : Baguslah Bro, artinya kehidupan lu yang lebih terarah yang lebih mapan bisa lebih cepat dicapai. Lagian gue lebih setuju bulan Juli deh soalnya kalo abis lebaran tiket pesawat mahal Bo! Hehehehe

My friend : Enak aja lu ngomong. Gimana kalau misalnya si “mata segaris” tiba-tiba bilang sama lu perginya bakal dimajukan jadi bulan Juli?

Gue : Gue siap lahir batin. Sekarang atau nanti sama aja. It just about time. Just face it!


Habis itu dia nggak bales sms gue lagi. Kayaknya dia marah!

Malam minggu kemaren gue sama si “mata segaris” itu ngobrol panjang lebar dari hati ke hati. Bisaanya juga ngobrol tapi kok rasanya malam itu beda banget. Kita membicarakan semua kemungkinan yang mungkin terjadi kedepannya dengan hubungan kita. Tentang kepindahannya bulan depan ke Singapur, tentang rencananya melanjutkan S2 ke US bulan September nanti. Bukan rencana lagi sih, sudah pasti tepatnya. Bulan depan pindah rumah, September kembali kuliah. Dua-duanya memiliki dampak yang sama, ninggalin gue sendirian.

Sedihkah gue? Rasanya nggak perlu gue jawab. Siapa sih yang tidak sedih akan dihadapkan pada kenyataan kalau sepotong hatinya akan pergi. Rasanya seperti dibangunkan dari mimpi, dihadapkan pada kenyataan yang satu demi satu harus dihadapi dan nggak bisa dihindari. Kalau boleh egois rasanya ingin tidak terjaga, ingin terus ada dalam mimpi. Tapi itu tidak adil, toh dia meninggalkan kita juga bukan untuk sesuatu yang tidak baik. Okelah dia pacar kita, tapi bukan berarti kita boleh egois terhadap kehidupannyakan? Dia punya jalan hidup sendiri, kita hanya jadi komplemen. Pelengkap.

Balik ke andai-andai temen gue itu, gimana kalau semua rencana si “mata segaris” ternyata dimajukan jadwalnya. Pergi meninggalkan gue lebih awal. Jawabannya akan sama persis dengan jawaban sms gue itu. Gue siap lahir batin. Kenapa? Karena sekarang atau nanti akan sama saja. Dia akan tetap pergi. It just about time. Toh dengan dimajukan dua bulan tidak akan merubah apa-apa. Tidak akan membuat gue menjadi serta merta siap kehilangan dia dan nggak sedih. Sekarang atau nanti tetep sedih juga kok pasti efeknya. So, all I need to do just face it kan?

Ya mungkin beda dengan temen gue yang mau merit itu, dua bulan bisa berarti banyak. Dalam dua bulan semua kemungkinan bisa terjadi. Sementara gue? dalam dua bulan tidak akan merubah apa-apa. Dia tetap akan pergi . Dan dibalik kesedihan gue itu, gue seneng kok. Dia pergi untuk nuntut ilmu lagi, setidaknya dengan pacaran sama gue dia jadi kepikiran untuk kuliah lagi. Ini pernah kita omongin panjang lebar sampe marahan berhari-hari. Dia tetep nggak mau, gue tetep maksa. Maklum pesan sponsor dari mamih. Lagian gak ada salahnya juga kan kalo dia sekolah lagi? Bagus malah.

Sekarang gue yang ketiban bingung sendiri. Dari dulu gue nggak percaya sama LDR, di kepala gue itu LDR isinya cuman sakit doank. Nah sekarang, masa gue harus menyerah? Gue nggak boleh nyerah..gue nggak boleh nyerah. Gue akan belajar menjalaninya dengan sadar. Maksudnya gue menjalani dengan sadar akan semua kemungkinan yang bisa terjadi. Mamih aja nyuruh gue untuk tidak menyerah karena mamih yakin banget kalo cintanya si ‘mata segaris” itu cuman buat gue doank. Selamanya. Aih…co cuit!!!! Love you Mih, eh salah, Love you “mata segaris”!

11 komentar:

Ed mengatakan...

Baiklah... belajar dari pengalaman terakhir dimana comment gw dihapus karena gw terlalu ngondek, inilah saatnya gw membalas dendam kesumat yang udah gw simpen berhari-hari.....

Hey ciiing... kehidupan homo itu memang penuh dengan tantangan ya cong?? itulah salah satu alasan kenapa gw menikmati kehidupan gay... belajar memaknai hidup dengan berbagai tantangan...

gw suka banget sama bagian yg ini darling, "Kalau boleh egois rasanya ingin tidak terjaga, ingin terus ada dalam mimpi. Tapi itu tidak adil, toh dia meninggalkan kita juga bukan untuk sesuatu yang tidak baik. Okelah dia pacar kita, tapi bukan berarti kita boleh egois terhadap kehidupannyakan? Dia punya jalan hidup sendiri, kita hanya jadi komplemen. Pelengkap"

Tulisan itu mengingatkan keputusan yang telah gw ambil waktu gw secara resmi menjadi janda *maap, sambil jualan... diobral...diobral...*

Waktu itu gw berpikir hal yang sama, gw yang memulai dan berjuang sangat keras bikin alex begitu mencintai gw, dan merubah orientasi seksualnya... tapi ketika dia berkeputusan untuk kembali ke kehidupannya, maka gw juga yang harus berlapang dada dengan keputusan itu...

gw ngga boleh egois, karena dia punya kehidupan nya sendiri... dan gw hanya pelengkap disaat itu...

In our case, yang terberat adalah pada saat berusaha berlapang dada... akan ada banyak hantaman bertubi-tubi dari segala arah, dan yang paling sulit adalah hantaman dari dalam diri kita sendiri... dan menjalani satu tahun ini... hantaman itu tetap ngga ada hentinya...

ok gw setuju, itu karena gw ngga bisa MOVE ON, tapi u need to know beib, dalam hal ini yang berperan dominan hati kita bukan otak kita... otak gw hanya menjadi budak dari kondisi hati gw yang sedang terbolak balik...

dan seperti yang sering loe bilang beib, suka atau tiodak suka, mau atau tidak mau... gw memang harus terima keadaan gw...

It just about time, hanya waktu yang bisa menjawab kapan gw bisa kembali seperti dulu lagi.. gw suka dengan nasehat yang selalu loe kasih... It just about time... gw harus menjalaninya dengan sadar...

Zhou Yu mengatakan...

Pasti kuat deh. Kan udah ada dukungan dari mamih. Toh, kalo dia berangkat pake biaya sendiri juga masih bisa disempetin pulang kalo liburan....

lucky mengatakan...

Eh cing....gw ga marah kok (yah, that's me, soon to be married guy). Cuman untuk pernikahan, tanggal itu sangat penting. Buat pesan gedung, katering, perias, dsb. Selain itu, gw juga perlu waktu utk "mempersiapkan diri".

NB: mungkin si brondong itu doanya kuat kali ya. hihihihihi

menjadimanusia mengatakan...

Yud, satu hal yang gw liat dari elo... adalah dibalik tingkah laku yang kekanak-kanakan... lo punya sikap yang dewasa... dan itu yang akan membantu elo untuk move on... untuk bertahan... atau untuk berjuang... tinggal elo MEMILIH... itu doang sih...

Manusia Bodoh mengatakan...

Dulu, saya juga anti ama yang namanya LDR...
Tapi, setelah dipikir-pikir...

Selama ada cinta (*hayah!*), so what?????

Cukuplah...

Hidden Closet mengatakan...

Yah, kl pergix dtunda kan skrg lu msh bisa ngabisin waktu brg dia yud. Puas2in dulu.

Apisindica mengatakan...

@Sinting maut: Betul, kadang otak kita diperbudak oleh perasaan hati, Itulah saatnya logika lu untuk berbicara. Nyaman nggak lu dengan kondisi yang ada. Semua balik ke lu lu lagi kok. Gue cuman dukung. Apapun itu beib!

@Zhou Yu : Nah, kalo nggak liburan gimana? hehehehe

@Lucky: hah brondong? brondong yang mana yah? nampak lupa. Ckckckckck

@Day: Dewasa? aigh...jadi malu!

@manusiabodoh: Cukupkah hanya cinta? Cukupkah dengan cinta hubungan bisa dijaga dengan kuat? Mudah-mudahan.

Hiddencloset: Yes, i will! =D

Noel mengatakan...

Setuju ama manusiabodoh, ga ada yang salah sama LDR. Dulu gw juga anti tuh hihi... But ketika dijalani, ga ada yang berat. Its all in your mind aja sih...

Smangat aja Bee!

Apisindica mengatakan...

@Noel: adooh, miss you much deh bro! iyah neh kayaknya gue harus banyak belajar dari lu deh.

Mohon petunjuknya guru. Hehehehehe

Poppus mengatakan...

LDR emang susah, pas dijalanin juga gak lantas jadi mudah, tapi hikmahnya tob banget lah. Melatih sabar, juga membuat kita belajar lebih banyak untuk percaya, dan bonding antara kita ama pasangan juga jadi lebih kuat loo mengingat sulitnya mempertahankan "the sparkle" of out relationship selama jauhan. You can do it dear!

Apisindica mengatakan...

@Brokoli: Aih, popi sweet sekali sarannya. Mungkin karena pengalaman pribadi lu itu yah darleeeng. Yes, i hope i can do it. Doakan akyu....