Halaman

Rabu, 29 April 2009

Dialog dengan Hati


Tarik nafas Apisindica…tarik nafas…Ini cuma godaan, Cuma fatamorgana. Jangan kamu lanjutkan semuanya. Cukup sampai disini saja episodenya.

Apisindica, ingat apa yang kamu pertaruhkan. Kamu mempertaruhkan hubungan yang memiliki masa depan, mungkin masa depannya masih terlihat kabur tapi yakinlah kalau bisa dituju. Bisa dititi perlahan. Tidak masalah kalau di tengah jalan ternyata jalannya berlubang atau ada batasnya, tapi itu setidaknya menjanjikan dibanding godaan ini.

Coba kamu pikirkan apisindica, apa yang akan kamu dapat dari melayani godaan itu. Tidak ada, kalaupun ada mungkin yang kamu dapat hanya lembutnya bibir dan peluh yang membasahi sekujur tubuhmu. Tak akan kamu lihat masa depan disana. Mungkin kamu hanya dijadikannya sebagai selingan, atau parahnya hanya untuk melayani nafsu sesaatnya. Ketertarikan semata. Makanya bangun Apisindica, bangun!!!

Buka mata hatimu Apisindica, lihat kenyataannya. Dia hanya menjadikanmu keindahan sesaat. Dia sudah punya pasangan, tak kau lihatkah tadi dia dengan bangganya menggantung gambar dirinya beserta pasangannya itu di hampir setiap sudut kamarnya. Tak kau lihatkah kalau mereka tersenyum bahagia, berpelukan seolah tak terpisahkan. Tapi kenapa kamu tadi memilih buta Apisindica? Kenapa? Apakah setan sudah menutup matamu sedemikian rupa? Sadar Apisindica, tidak ada yang kamu bisa dapatkan dari godaan itu. Nihil!

Jangan percaya semua muslihatnya, jangan percaya semua kata-kata manisnya. Jangan anggap semua perkataannya benar, itu mengandung bisa. Dan bisa itu dapat membunuhmu perlahan. Mengenyahkan semua mimpi yang sedang kau kenyam bersama seseorang yang kau lihat bisa dijadikan tumpuanmu, setidaknya untuk saat ini. Kurang apa dia Apisindica? Bukankah dia sudah berani memberikan semua hatinya padamu. Kenapa kamu masih melayani godaan? Harusnya kamu bisa keluar dari godaan itu sebagai pemenang dan bukannya menjadi pecundang seperti sekarang. Aku benci padamu Apisindica!

Lihat kedalam hatimu sekarang! Bahagiakah kamu dengan apa yang kamu alami barusan? Merasa banggakah kamu karena sudah melayani godaan itu dengan tawaran ranum bibirmu? Aku tahu kamu akan menyesal seperti biasanya. Dan aku masih bersyukur hanya bibir yang kau berikan, tidak tubuhmu. Karena bila kau gadaikan tubuhmu untuk godaan tanpa masa depan itu aku akan semakin membencimu.

Jangan menangis! Semua sudah terjadi, sekarang tinggal bagaimana kamu menata hatimu kembali. Berjalan kea rah yang benar, ke tujuan yang nyata. Tak usah kau bilang pada belahan hatimu itu, cukup aku dan kamu yang tahu. Aku juga memaafkanmu kali ini, tapi jangan harap lain kali. Makanya aku minta, berpikirlah sebelum melangkah. Jangan silau oleh sesuatu yang memang menarik karena ketika kamu menuju kesana, kamu harus mempertaruhkan sesuatu. Dan aku tak mau kamu mempertaruhkan hubunganmu yang sekarang. Itu terlalu indah, terlalu mahal.

Belajarlah dari kejadian hari ini Apisindica! Kalau perlu catat dalam hatimu banyak-banyak bahwa kamu melakukan kesalahan dan berjanji tak akan mengulanginya kembali. Tak usah meminta maaf secara langsung pada pasangan jiwamu, biarkan dia tidak tahu. Itu lebih baik. Asal kau sekali lagi berjanji pada nuranimu Apisindica, bahwa kejadian ini tak akan terulang lagi. Aku masih mau percaya bahwa kamu bisa, dan aku yakin pasangan jiwamu juga.

Aku sedang berbincang dengan hatiku yang bernama Apisindica.

BSD City, 29 April 2009; 23.45