Saya mengenal orang ini
perantaraan angin. Melalui aksara yang diterbangkan bersamaan dengan debu.
Aksara yang kemudian mengendap dalam imaji dan membangun sosok tanpa wujud
asli. Saya hanya berharap bahwa angin ikut menghembuskan nyawa sehingga
membuatnya menjadi nyata, tak hanya berupa kata.
Kepada angin saya
kemudian selalu menitipkan pesan, mencoba mengenali jati dirinya. Mengorek
detail relief hatinya yang seakan beku. Tetapi yang saya dapatkan hanyalah
dingin, karena dia tidak mudah disibak. Dia berlindung dalam ketegaran laksana
karang di tepian pantai. Kokoh berdiri diterjang gelombang.
Saya berjuang dalam
keyakinan pada angin. Yakin bahwa angin akan menyampaikan semua pesan yang tak
perlu saya ucapkan. Saya hanya yakin bahwa dibalik baju besi yang dia pakai,
saya akan menemukan sesuatu. Sesuatu yang mungkin saya cari selama ini dalam
pengembaraan hati, pengembaraan yang tak jelas ujungnya karena seringkali hanya
menempatkan saya di gurun tandus tanpa suara.
Saya memanjatkan doa
perantaraan angin, berharap Sang Sutradara Hidup mendengar semua pinta. Saya
hanya meminta diberi kesempatan untuk mengenal dia lebih jauh, menuntaskan apa
yang sudah saya mulai. Menyelesaikan kepenasaran akan cinta. Melalui angin saya
tak lagi berbisik, saya berteriak lantang : Tolong beri saya kepastian!!!
Ternyata tak perlu
ribuan anak panah yang terlepas dari busurnya seiring waktu, angin kemudian
memberi saya jawaban. Keterbukaan yang saya cari selama ini akhirnya terpapar
dengan sempurna. Saya melihat dia justru dalam perspektif yang tidak lagi sama,
dan ternyata saya tidak siap. Dia, seseorang yang saya ingin ketahui aslinya
ternyata sedangkan memanggangkan tubuhnya dalam bara. Menomorsekiankan logika
hanya karena cinta.
Ternyata angin tidak
hanya memberikan jawaban, tapi angin juga membelot. Dia berubah menjadi badai,
memporakporandakan hati dan perasaan saya. Memaksa saya untuk terhempas mundur
dari dalam himpunan. Mencabuti rasa yang sedang saya semai, melucuti semua
keyakinan saya akan damai.
Saya yang dihempas
kenyataan kemudian bergumam : “Angin, entah ini cobaan atau becandaan, tetapi
kenapa engkau mengirim lagi sebongkah hati dengan status kekasih orang?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar