Halaman

Sabtu, 29 Agustus 2009

Kamu...iyah Kamu...

Hei kamu….iyah kamu…aku cuma mau bilang kalau aku senang berproses denganmu menjalani semuanya. Menemanimu menghadapi tahapan penting dalam salah satu penggal perjalanan hidupmu. Mengamatimu jatuh, tersungkur kemudian bangkit lagi. Aku senang berada di dekatmu ketika proses itu.

Aku tahu semuanya tidak mudah untuk dijalani karena kadang kenyataan tidak seiring dengan impian dan pengharapan. Aku tahu bahwa kadang keputusasaan membayang-bayangi langkah gontaimu dalam mencapai tujuan. Dan aku juga mengerti kalau semua terjal yang menghadang kadang membuat kamu ragu untuk melangkah bahkan beringsut. Karenanya aku senang berada di dekatmu ketika semua proses itu menempamu, setidaknya aku senang menjadi setitik pelita yang menuntunmu menemukan jalan keluar yang kamu cari.

Hei kamu…iyah kamu, aku hanya ingin memberimu keyakinan bahwa kamu akan bisa menghadapi semua ini. Segala sesuatu bisa dijalani bahkan dilewati, yang perlu kamu lakukan hanyalah yakin. Yakin bahwa kamu bisa, yakin bahwa ada kekuatan tak kasat mata yang akan mendorongmu untuk mampu melewati semuanya. Yakin bahwa Tuhan senantiasa berada di dekatmu sebagai penolongmu ketika kamu dalam kegelapan. Dan yakin jugalah bahwa aku akan senantiasa berdiri di sampingmu memberi kekuatan. Menyalakan obor semangat dalam dirimu yang terkadang padam. Karena itulah aku senang berproses denganmu menjalani ini semua. Dari awal.

Entah sampai kapan aku akan senang berproses denganmu, menemanimu bertransformasi menjadi sesuatu. Tapi untuk saat ini aku cukup senang dengan hal itu. Ikut berproses dan bertransformasi denganmu memberiku titian lain dalam menikmati warna pelangi. Indah.

Sampai kapanpun aku akan tetap berdiri disana, memberimu semangat meskipun proses ini telah usah, walau kamu telah bertransformasi menjadi kamu yang baru. Kenapa? Karena aku yakin akan ada proses-proses lain yang harus kamu jalani. Dan aku akan tetap senang berproses denganmu melewati semuanya. Nanti.

Aku mengerti dan tahu benar posisiku, mungkin hanya akan menjadi secuil kisah yang mudah terabaikan. Tapi aku tahu kalau jauh di lubuk hatimu, kamu merasa bahwa aku ada. Cukup itu saja, cukup kamu merasa bahwa aku ada atau pernah ada, entah sebagai apa.

Sampai kapan aku bertahan? Entahlah, karena selayaknya rumput liar di taman bunga, akan ada saatnya aku harus menepi dan mati.

Hei kamu, iyah kamu….aku senang berproses denganmu menjalani semua.

Selasa, 25 Agustus 2009

Izinkan Aku mencintaimu (meski perih)

Ketika kemarin-kemarin aku bilang, aku siap dengan semua konsekuensi mencintaimu, memendam cinta padamu tepatnya. Ternyata itu hanya mampu aku katakan, dalam kenyataannya aku teramat sangat tidak siap. Konsekuensi mencintai seseorang dalam diam sekaligus seseorang yang sudah menjadi milik orang lain rasanya pahit. Meninggalkan jejak, jejak air mata.

Aku ingat, tanggal 3 ramadhan tepatnya. Ketika angan masih dilambung harapan yang aku kembangkan sendiri. Harapan yang mungkin menurut sebagian orang kosong dan berlebihan. Tiba-tiba aku dipaksa untuk terperosok pada lubang yang aku gali sendiri. Deretan kata-kata yang tercetak di retina mata, kemudian memporakporandakan otak, mengalir ke hati kemudian merobeknya sedikit-demi sedikit. Aku bisa mendengar hatiku robek kemudian koyak. Perih.

Aku tidak siap dengan kenyataan ini, belum siap mungkin. Aku masih menikmati semua keadaan yang tercipta. Menjejal dan menyelusup dalam sunyi demi sekedar mengejawantahkan rasa yang ada. Aku tahu aku salah, aku memanfaatkan keadaan untuk menawarkan sebongkah hati. Hati yang tulus karena aku kemudian tidak peduli dengan status yang seharusnya terbangun. Aku tidak menuntut itu, aku hanya ingin dimengerti meskipun untuk itu aku memberimu langkah bimbang. Ampuni aku karenanya.

Langit serasa runtuh. Menimpa kemudian membuatku pengap. Aku hanya ingin menangis pagi itu, bukan menangisi kebodohanku mencintaimu karena aku tidak menyesal untuk itu. Aku ingin menangis karena aku semakin bimbang. Aku tidak ingin melepasmu, meninggalkanmu pergi sekarang. Aku masih ingin berada di sampingmu, meski untuk itu aku harus mengorbankan perasaanku. karena pasti aku menjadi bukan siapa-siapa. Tapi disisi lain kamu sudah jelas mengambil langkah pasti. Tanpa aku.

Aku bimbang untuk melangkah, padahal di depan ada jalan yang lurus, belok kiri atau kanan bahkan jalan untuk mundur ke belakang. Aku tinggal memilih. Tapi aku masih belum ingin beranjak. Aku masih terpaku, pada cinta yang aku yakini.

Izinkan aku terus mencintaimu, meski perih. Entah sampai kapan.

(Bukan Untukku by Rio febrian)

Tak kusesali cintaku untukmu
Meskipun dirimu tak nyata untukku
Sejak pertama kau mengisi hari-hariku
Aku t'lah meragu mengapa harus dirimu...

Aku takkan bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya cintaku memang hanya untukmu
Sungguhku tak menahan bila jalan suratan
Menuliskan dirimu memang bukan untukku...
Selamanya...

Kadang aku lelah menantimu
Pastikan cinta untukku

Aku takkan bertahan bila tak teryakinkan
Sesungguhnya cintaku memang hanya untukmu
Sungguhku tak menahan bila jalan suratan
Menuliskan dirimu memang bukan untukku...
Selamanya...

Senin, 24 Agustus 2009

CIN(T)A


“Kenapa Tuhan menciptakan kita berbeda-beda, kalau Dia ingin disembah dengan cara yang sama”
“Oleh karena itu Tuhan menciptakan cinta, untuk menyatukan perbedaan itu”

Salah satu percakapan di film cin(t)a yang baru gue tonton kemaren. Sendirian. Film yang mengingatkan gue tentang banyak hal. Film yang seakan memaksa gue berjalan ke belakang, ke beberapa tahun yang lalu. Mengacak-acak memori lama, mengeluarkannya dari tumpukan kotak yang tersimpan di girus atau sulkus otak gue. Dan respon yang tercipta adalah senyuman. Senyuman karena teringat akan gue sendiri.

Memori yang pertama tebuka adalah kampus itu. My gosh, kenapa di ITB sih? Dinding batunya, gerbang utamanya, parkirannya, kosan di daerah taman hewannya lengkap dengan tangga tinggi tempat dulu gue sering lari-lari. Semuanya mengingatkan gue ketika kuliah disana. Gue memang nggak kost di taman hewan, secara gue asli orang bandung, tapi temen-temen gue banyak yang kost di daerah sana jadi ketika ketika scene demi scene berlatar kosan taman hewan, mau tidak mau membuat gue melipat waktu ke belakang. Masa yang menyenangkan.

Memori kedua yang terporakporandakan adalah soal hubungan yang diekspos dalam film tersebut. Pribumi yang jatuh cinta sama cina, atau cina yang jatuh cinta sama pribumi. Sama aja. Entah kenapa, gw lebih suka sama cina, lebih menarik aja menurut gue. Bukan berarti pribumi gak menarik lho, ini kan soal taste. Lagian gue juga beberapa kali pacaran sama pribumi, meski beberapa kali juga sama cina. Dua-duanya sama, sama-sama berakhir di tengah jalan maksudnya.

Pertentangan tentang keyakinan masing-masing juga membuat gue tersenyum. Been there done that. Ketika dulu, gue sama dia sering berbicara tentang keyakinan, tentang segala ritual ibadah, tentang Tuhan kita masing-masing, ujung-ujungnya kita sampai pada satu kesimpulan, meskipun koridor kita berbeda, tujuannya sama. Mencari ridho Tuhan. Tak ada salah satu dari kita yang kemudian memaksakan keyakinannya untuk kemudian dianut. Cinta tidak seperti itu bukan.

Kita (dulu) tidak pernah lupa saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah. Dia selalu mengingatkan gue untuk mendirikan solat, bahkan ketika gue berada di tempatnya yang notabene gak ada sejadah. Walhasil seprainya jadi korban. Gue juga suka memaksa dia buat pergi ke gereja, maklum dia agak-agak males. Pernah suatu waktu, gue tarik-tarik dia ke gereja. Gue tungguin di depan gereja sampai dia masuk. Meski gitu kita tetap yakin dengan keyakinan masing-masing, tidak saling mencampuri.

Inilah sisi indah yang dikuak dalam film cin(t)a. Perbedaan bisa dijembatani oleh cinta, tanpa harus saling memaksakan. Kepercayaan yang dianut masing-masing justru menjadikan bingkai indah dalam menjalani hidup ini. Salut untuk yang punya ide membuat film ini, 2 jempol untuk anda. Jadi pengen nonton lagi! Anyone?

PS: I wish I could open my race option soon, karena ada lagi satu cina yang bikin gue klepek-klepek dan gak bisa tidur. Arghhh…………

Jumat, 21 Agustus 2009

Cinta Sendiri

Tadi malam, ketika tirai hitam sudah turun sangat pekat, dan jelaga sudah menutupi langit dengan gelap, aku masih berusaha untuk memejamkan mata. Kantuk tak lantas bersemayam di pelupuk, jiwa seakan betah menetap di dalam raga. Aku gelisah, tidak bisa tidur. Entah kenapa.

Aku lantas berbincang dengan jiwaku, bergumul dengan pencarianku belakangan ini, kemudian membodoh-bodohi diriku sendiri yang tidak juga mengerti akan keadaan yang sebenarnya. Aku menangis tanpa air mata, menjerit tanpa suara. Semuanya terasa perih. Tapi sesaat kemudian aku menemukan pencerahan, aku menemukan jalan keluar. Aku harus meninggalkannya.

Mencintainya dalam diam ternyata membuatku merasa kerdil. Membuatku harus rela berkompromi dengan segala sesuatu yang menyakitkan. Sedari awal aku sebenarnya tahu kalau hal ini akan terjadi, tapi aku memilih mengambil resiko dan tak berhenti berharap kalau suatu saat keadaanya akan berubah.

Ya, mungkin aku bodoh. Panggil saja aku begitu. Mencintai dia yang sebetulnya tak bisa kumiliki. Berjuang untuk sesuatu yang kemudian ternyata absurd, meski katanya tidak ada cinta yang absurd yang tidak pantas diperjuangkan. Dan aku tidak menyesal pernah berjuang untuk mencintainya, karena dia pantas untuk dicintai. Hanya akunya saja yang bodoh, berdiri di atas keyakinan tanpa peduli dengan kenyataan. Mengawang-ngawang, tidak menjejak bumi.

Kalau seandainya aku punya pilihan, aku memilih untuk tidak mencintainya. Aku hanya akan menjadikannya sahabat yang memang sahabat seperti temena-temanku yang lain. Mencintainya hanya menumbuhkan perasaan hampa. Pengharapan yang berlebihan, tanpa muara. Sekali lagi panggil aku bodoh. Mencintai seseorang yang sudah jelas tidak akan mencintaiku dari awal. Tapi aku tidak berharap tidak pernah mengenalnya, karena mengenalnya ternyata indah. Dan aku tidak menyesal untuk itu.

Mungkin kini sudah saatnya aku beranjak dari perasaan ini sedikit demi sedikit. Membiarkanmu dengan segala asa-mu yang aku tahu tak pernah ada aku di dalamnya.

Katanya, jika kau mencintai seseorang maka biarkan orang itu pergi. Aku akan melakukannya, setidaknya aku yang pergi. Berjalan mundur atau berbelok arah. Sulit pastinya aku tahu, tapi setidaknya aku harus berusaha. Aku lelah menggadaikan perasaan ini pada cinta fatamorgana, cinta sendiri.

Ketika aku berhenti mencintaimu, itu tidak berarti aku berhenti menyanyangimu. Aku akan tetap berada di sana, di persimpangan jalan yang ada.

biar aku yang pergi bila tak juga pasti, adakah selama ini, aku cinta sendiri
biar aku menepi, bukan lelah menanti, namun apalah artinya cinta pada bayangan
pedih aku rasakan kenyataannya cinta tak harus selalu miliki

(cinta sendiri, by kahitna)

Selasa, 18 Agustus 2009

Tentang Kesepian


Tuhan, rasanya sudah sangat lama aku tidak bercakap-cakap dengan Mu dengan sangat intim seperti dulu. Aku hanya menyapa Mu di hamparan sajadah ketika aku berusaha menyambangi Mu ketika shalat. Dan itu seringnya hanya ritual, tidak berasa intim. Padahal dulu sering sekali aku berbincang dan menyambangi Mu dengan sangat intim. Maafkan aku Tuhan!

Tuhan, aku tahu Engkau senantiasa ada untukku, tidak pernah tidak terjaga hanya sekedar untuk mendengar keluh kesahku. Aku yakin hanya Engkau yang tidak berlari dan menjauh ketika aku memperbincangkan keluh dan resah. Aku tahu, Engkau setia padaku, tak pernah sekalipun Engkau tidak tersenyum ke arahku, meskipun saat aku bergelimang dosa.

Tuhan, aku menyambangi Mu hari ini, sekedar ingin bercerita seperti dulu. Sebetulnya tidak aku ceritakan secara gamblangpun, aku tahu Engakau pasti tahu. Engkau maha mengetahui. Tapi rasanya akan lebih nyaman ketika aku langsung bercerita. Rasanya tuntas, meski engkau tidak menyahuti segala pertanyaanku secara langsung. Aku yakin, Engkau bekerja dengan cara yang tidak aku mengerti.

Tuhan, aku kesepian. Engkau memang tidak meninggalkanku, aku tahu itu. Tapi belakangan ini aku merasa kosong, aku merasa sendirian, aku merasa ditinggalkan. Entah apa yang membuatku seperti sekarang ini Tuhan. Apa karena aku senantiasa melihat ke atas tanpa pernah melirik yang di bawah? Tapi benar Tuhan, aku kesepian. Aku kadang menatap nanar jalan di depan, tak yakin aku bisa menjalani terjalnya. Tapi kemudian aku ingat Engkau, yang selalu tersenyum hangat ke arahku.

Kalau ada obatnya Tuhan, aku ingin kau sembuhkan hati ini dari perasaan kesepian. Tak berniatkah Kau kirim seseorang yang telah Kau persiapkan untukku? Atau seperti yang aku yakini, kalau menurut Mu sekarang adalah bukan saat yang tepat? Tapi kapan Tuhan? Bukannya aku tak percaya takdir dan ketentuan Mu, tapi kesepian ini mengiris jiwaku dengan teramat koyak Tuhan. Engkau boleh panggil aku cengeng, karena kenyataannya memang seperti itu, meski kembali aku tahu kalau Engkau tidak pernah meninggalkanku.

Tuhan, sekali lagi aku hanya meminta, aku ingin hati yang setia, yang akan menghilangkan tawar perasaanku, membasahi tandus dan kerontangnya jiwaku akan cinta. Kalaupun menurut Mu tetap bahwa saat ini bukan saat yang tepat, maka kemudian aku hanya meminta, jangan biarkan aku sendirian dan kehilangan pegangan, tanpa kasih Mu. Amiin…..

Rabu, 12 Agustus 2009

Tuhan Pasti Murkai Aku


Gue pasti dimurkai Tuhan deh…Dooh kenapa jadi begini yah ceritanya? Kenapa temen gue itu ngikutin saran gue yah? Pasti gue dimarahin Tuhan deh gara-gara itu.

Jadi ceritanya waktu jaman kuliah S2 itu gw punya dua orang sahabat deket, dua-duanya cewek, dengan umur jauuuh di atas gw. Maklum mereka S1nya aja angkatan 93, jadi gw nampak kayak brondongnya mereka deh. Lantaran kita sama-sama dari Bandung dan kuliah cuman buat ngisi waktu aja, sementara yang lain itu peneliti dan dosen-dosen makanya kita jadi deket banget. Maklum kalau orang-orang gila disatuin jadinyakan seru banget.

Nah salah satu dari mereka kisah percintannya agak-agak runyam apa gimana gitu. Selalu aja ada masalah dengan yang namanya cinta, dan dia selalu cerita semuanya sama gue. In detail. Padahal dia gak tahu aja kalau semua yang dia ceritain, gw share sama sahabat yang satunya lagi. Kita memang sering berbagi gossip karena gw juga yakin kalau mereka sering gosipin gw. Pokoknya persahabatan yang aneh, tapi kerennn!!!

Nah dulu waktu gue masih kerja di bogor, temen gue yang percintaanya selalu ribet ini pernah nelpon gue cuman untuk minta saran. Pacar barunya yang berdomisili di Malaysia, yang umurnya dibawah dia (info gak penting) dateng ke Jakarta dan ngajak si sahabat gw itu nginep bareng di Hotel. Sahabat gw jadi dilema, antara pengen dan takut. Akhirnya dia minta saran gue, dan gue bilang: “udah, pergi ajah, kan cuman nginep bareng dan gak ngapa-ngapain”. Dan dia bilang: “gue tahu lu mau ngomong dan nyaranin gitu, makanya gue nelpon lo, soalnya kalau nelpon si sahabat yang satu lagi pasti gak boleh”

Gubrakkkkkkk…………….Gw ngakak. Gw membolehkannya dengan imbalan tentunya, gak ada yang gratis di dunia ini. Gw cuman minta diceritain (in detail) apa yang terjadi di hotel malam itu. Dan sahabat gue itu memang cerita, karena kalau nggak ancamannya bakal gue umbar di milis angkatan sih. Hehehehe. Jahatnya gue!

Nah dari situ hubungan mereka berlanjut, sampe gue pindah-pindah kerja pun mereka masih pacaran. Masalahnya sahabat gue itu bimbang, kok dia nggak diajak merit terus yah, padahal semuanya sudah teramat sangat serius. Maklum dia juga khawatir, umurnya kan udah 30 something, meskipun cowoknya masih 30 pas. Waktu sahabat gue itu curhat-curhat, gue becandain dia. “Udah Teh (I call her teteh) hamil duluan ajah, pasti dikawin deh!”.

Karena gue cuman becanda, jadi gue juga gak banyak pikiran, bahkan lupa pernah ngomong yang begituan. Lagian sahabat gue juga kayaknya gak mau deh hamil duluan. Singkat cerita akhirnya, ya akhirnya mereka menikah januari kemaren di salah satu private beach di Yogya, dan tentu aja gue MC-nya. Biasalah proyek amal. Mereka menikah ditengah cuaca yang sangat tidak bersahabat. Badai hampir bikin gue terbang waktu itu. Tapi bukan itu poinnya, poinnya cuma thanks God, akhirnya mereka menikah.

Mereka setelah menikah tinggal di Malaysia yang secara otomatis hubungan gue sama sahabat gue ini cuman perantara telpon atau dunia maya. Dan ketika gue denger sahabat gue akhirnya hamil, gue ikut seneng. Mau dapet ponakan baru.

Tapi…….kemaren gw baru dapet SMS dari dia yang ngabarin kalau dia udah ngelahirin. Pertamanya gue pikir pasti premature, tapi pas diliat bobot bayi dan panjangnya kayaknya lahir cukup bulan deh. Makanya gue langsung nelpon sahabat gue yang satunya dan bergosip. Menghitung mundur bersama tepatnya. Hihihihi. Bukan nggak ikut seneng, hanya memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Peresnya, padahal tetep aja gossip!

Dan gue baru kepikiran. My Gosh….sahabat gue itu ngikutin saran gue kayaknya. Tuhan pasti murka neh sama gue, pasti Tuhan marah besar. Tapi kan Tuhan tahu kalau gue waktu itu cuman becanda. Iya kan Tuhan? Aku cuman becanda! Jadi jangan salahkan saya kalau sahabat saya itu ngikutin becandaan saya. Maaf ya Tuhan, nggak bermaksud menjerumuskan dia kok. Udah gede dan dewasa ini mereka.

Sekali lagi, maafkan aku Tuhan! Jangan murkai hamba….hamba waktu itu cuma becanda!!!!

Senin, 10 Agustus 2009

Cobaan atau Takdir Tuhan?


Dear kamu,

Kamu, kemarin aku mendengar salah satu lagu dari band baru yang entah apa namanya, dan entah apa judulnya. Kalimatnya ada yang begini : “ Mungkin ini cobaan untuk persahabatan kita, atau semua ini takdir Tuhan

Aku tergelitik kemudian merasa ditampar berulang-ulang. Panas. Panas yang bukan hanya aku rasakan di pipi, tapi lebih di hati. Mungkin kamu tidak tahu karena aku tidak pernah bilang sebelumnya, tidak berani tepatnya. Tapi semakin aku menahan, semakin aku tersiksa dengan perasaan ini. Iya, aku jatuh cinta padamu. Sangat.

Kamu, mungkin kamu bingung tapi sesungguhnya aku jauh bingung. Aku nggak ngerti kenapa perasaan ini terus berkembang. Sebut saja aku bodoh karena kemudian tidak bisa membedakan mana perhatian sebagai seorang teman dan perhatian seorang pacar. Aku salah mengartikan kedekatan kita selama ini. Otakku mungkin mengerti dan menolak, tapi hati ini tidak bisa. Hati ini kemudian jatuh cinta, entah karena apa.

Aku sebetulnya tahu benar bahwa jalanmu tidak mengarah kepadaku, aku tahu ada seseorang disana yang kamu sebut kekasih hati. Seseorang yang padanya kamu labuhkan segala perasaan sayang dan cintamu. Tapi aku memilih tidak peduli, aku memilih untuk membutakan mata demi perasaan yang aku sendiri nggak ngerti. Aku bingung, aku dimabuk cinta sebelah tangan. Tapi aku bisa apa? Semakin aku berlari menghindarimu, bayanganmu semakin kencang mengikuti.

Kamu, ingatkah ketika malam itu kamu menelpon aku dan berbicara panjang lebar mengenai ketakutanmu, keputusasaanmu akan sesuatu hal. Aku sedih, hati ini serasa robek. Sakit. Ingin rasanya lari ke arahmu, memelukmu hanya untuk sekedar menunjukkan bahwa aku ada. Aku selalu ada untukmu, meskipun entah kamu akan menganggapanya sebagai apa. Aku nggak peduli, karena aku memilih buta. Dan perlu kamu tahu, aku menangis melihatmu putus asa, aku merasa tak berguna.

Sekali lagi aku mengingat dan mencoba memahami kalimat di lagu yang kudengar hari ini. Mungkin ini benar cobaan untuk persahabatan kita, dan aku harus berhasil keluar dari cobaan itu. Cobaan yang justru akan memperkokoh persahabatan kita. Cobaan yang ketika aku berhasil melaluinya justru akan membuat aku tidak kehilanganmu selamanya.

Tapi,,,,,,,,,,bagaimana kalau semua ini takdir Tuhan?

Kamis, 06 Agustus 2009

Ke Gym Lagi Ah...


Belakangan ini gue lagi ketagihan nge-gym. Bukan karena di gym berkeliaran orang-orang lucu, meski merasa mubadzir juga kalo nggak diliatin. Diliatin doang yah, catet. Tapi gue ngerasa jauh lebih sehat juga aja, berkeringat tiap hari. Dan yang pasti bisa bikin gue kurusan. Need to be more slim nih!

Tempat gym gue ini isinya hampir cinaaaaaa semua, ada sih beberapa pribumi yang kalau dihitungpun nggak perlu tambahan tangan. Makanya gue yang berkulit eksotik ini merasa jadi negro kesasar di pecinan. Tapi gue nggak peduli, niatnya kan mau olah raga.

Tapi gimana isinya nggak cina semua kalau waktu promosi tempat gymnya itu cuman nawarin ke cina-cina yang lewat di mall. Nah gue, mondar-mandir kayak setrikaan aja nggak pernah ditawarin. Mungkin muka gue belangsak kali yah, mereka pikir nggak akan sanggup bayar. Sembarangan!! Makanya gue datengin tuh meja dan langsung join meski mereka awalnya nggak nawarin gue.

Pas gue mulai latihan, gue ngerasa Tuhan lagi becanda sama gue deh. Masa dari sekian belas trainer yang ada dan ceweknya cuman satu itu, gue dapet trainernya cewek. Igh, kan risih kalo dipegang-pegang. Pokoknya gue ngedumel dalam hati, kok bukan cowok ajah neh trainernya. Mana beberapa kali pertemuan itu sama dia terus lagi. Orangnya lumayan asik sih, tapi tetep aja. Kenapa musti cewek? Kenapa musti gue. argh… Tuhan bener-bener becanda neh sama gue.

Tadi malem, pas gue lagi latihan alat ada orang yang senyum-senyum terus sama gue. Yah gue kan berusaha ramah aja, jadi gue senyumin balik. Sebenernya dari awal gue dateng, gue ngerasa dia udah ngeliatin gue terus sih. Bukannya GR, tapi beneran malah pas gue lagi nunggu trainernya dan dia lewat depan gue, dia bilang hai. Lucu, matanya ilang kalo senyum. Hehehehe

Nah pas gue lagi latihan alat itu sendirian, dia lewat lagi dan senyum depan gue, setelah ngelewatin gue beberapa langkah, eh dia balik lagi nyamperin. Terus nanya:
Dia : “Lagi latihan biceps ya?”
Gue: “hooh”
Dia : “Kok sendirian?”
Gue: “ iyah neh, nggak ada temen”
Dia: “Makanya ngajakin temen aja!” dan cuman gue bales dengan senyum. “ nama lo siapa?” Kata dia sambil mengajak salaman.
Gue: “Apisindica”
Dia: “oh” kemudian dia menyebutkan namanya. “salam kenal yah!” Gue cuman senyum lagi. “ ya udah, met latihan yah!”
Gue: “makasih”

Terus dia pergi dan duduk di kursi belakang gue. Dan gue yakin dia masih ngeliatin gue kok. Sialnya, kalo pas gue nengok-nengok buat liat dia pasti ke gap deh. Dia selalu senyum kalo pas nge-gap-in gue gitu. Dooh, pasti muka gue bloon deh pas waktu itu. Tapi gak apa-apa deh, sekalian. Hihihihi

Pas gue mau selesai latihan, gue kan ngelewatin mejanya dia dan dia ngeliat ke arah gue. begonya gue cuma ngangkat tangan aja tanda mau pamitan. Dia juga cuman ngangguk. Kenapa gue nggak berani ngedeketin terus nanya no Hp-nya gitu, biar bisa latihan bareng. Bodohnya gue!!! tapi kan gue memang pemalu, jadi pasti suka malu-malu kalo di awal.

Nanti malem nge-gym lagi ah. Siapa tahu ketemu dia lagi, sekalian minta nomor HP-nya!!!!

Senin, 03 Agustus 2009

Jihad For Love


You can be gay or lesbian and can still be a good moslem
-Jihad for love-

Gue setuju sama tagline atau salah satu kalimat dari film dokumenter jihad for love. Preferensi seksual seseorang tidak boleh menghalangi orang tersebut menjadi orang yang taat beribadah sesuai dengan agamanya.

Tanpa bermaksud sombong atau riya,mungkin gue adalah salah satu orang yang menerapkan prinsip itu. Memang pemahaman gue terhadap ajaran agama islam tidak sehebat orang-orang lain yang memang mempelajari dan menjalaninya dengan kaffah, tapi insya allah semua ibadah umumnya gue kerjakan sebaik-baiknya. Masih bolong sana-sini, tapi setiap hari berusaha untuk terus ditingkatkan.

Semua orang pasti mikir bahwa menjadi seorang gay atau lesbian adalah sebuah dosa, setiap agama melaknatnya. Tapi kemudian gue berpikir apakah ketika itu dosa harus ditambah dengan dosa lain melalui pengingkaran atau ketidaktaatan terhadap perintah Allah melalui berbagai ritual ibadah. Nggak kan? Kita tidak perlu menambah dosa lagi. Urusan diterima atau tidaknya amalan kita, itu urusan Allah. Toh Allah pasti tahu niat kita dan gue percaya Allah tidak pernah menzhalimi umatnya.

Tidak bermasud untuk menggurui, atau bahkan kemudian menyalahkan seorang gay atau lesbian yang tidak taat beribadah. Itu urusan mereka, bukan urusan gue. Gue disini hanya ingin berbagi pandangan, dan bukankah saling mengingatkan dalam kebaikan juga diperintahkan dalam agama. Gue tidak lantas menyuruh orang-orang untuk berhenti menjadi gay atau lebian, karena itu pasti susah. Dan itu sudah pilihan hidup. Seperti halnya gue yang memang juga sudah memilih.

Gue hanya setuju dengan kalimat di Jihad for love itu. Preferensi seksual seseorang tidak boleh menghalanginya untuk menjadi seorang hamba Allah yang taat. Tidak ada yang pernah meminta untuk dilahirkan menjadi seorang gay atau lesbian bukan? Makanya, kalaupun menjadi seorang gay atau lesbian kemudian ditasbihkan sebagai dosa besar, setidaknya kita membumbui dosa besar itu dengan indah. Dengan pemahaman kita terhadap arti dosa itu secara mendasar.

Menjadi seorang gay dan lesbian yang yang beriman dan saling menyayangi alangkah lebih baik ketimbang seorang yang mengaku straight tetapi sering menyakiti sesamanya. Setidaknya menurut pandangan gue.

Minggu, 02 Agustus 2009

my father's birthday


Selamat ulang tahun Pah...semoga panjang Umur, Sehat selalu dan makin banyak rezekinya. Amien....

Terima kasih atas pengertiannya untuk tidak minta cucu melulu. Minta Cucu ke si Giri aja! Aku rela kok dilangkahin. Kalau nunggu aku dulu kelamaan.

Terima kasih juga karena tidak selalu bertanya pacarku mana? Karena memang untuk saat ini belum ada. Belum ada yah Pah, yang artinya pasti akan ada. Papah nggak mau liat aku sendirian dan kesepian kan?

Happy birthday pap! I love you so much!!!!!