Halaman

Selasa, 25 Maret 2008

BELAJAR DARI IKLAN

Belakangan ini di semua televisi swasta lagi sering diputar salah satu iklan tentang tabungan masa depan sebuah bank swasta yang menurut gue salah kaprah. Dikisahkan seorang anak usia kuliah yang membuka garasi rumahnya, di garasi tidak ditemukan mobil tapi ayahnya yang sedang siap-siap pergi kerja dengan motor plus jas hujan karena diceritakaan saat itu sedang hujan. Di layar televisi kemudian muncul tulisan “ketika butuh biaya untuk kuliah”. Sang ayah keluar garasi menggunakan motor sambil menatap sinis pada anaknya yang berwajah penuh pengharapan dan merasa bersalah. Untuk lebih mendramatisasi jalan ceritanya, si ibu lari keluar rumah membawa payung untuk sebentar memayungi si ayah. Ketika ayahnya beranjak melewati rumah, di depan rumah terpangpang plang bertuliskan “ rumah ini akan dijual”.
Semua orang yang menyimaknya pasti mengerti maksud dari iklan itu. Ketika sang anak butuh biaya untuk kuliah maka orang tua sampai “rela” menjual mobil dan rumahnya. Gue yakin pasti semua orang tua akan rela melakukan apa saja demi pendidikan anaknya, pendidikan sekarang sudah menjadi semacam investasi meskipun tak jarang setelah lulus nanti tetap susah mencari kerja. Jangan salahkan pendidikan, salahkan sistem! Sistem pemerintahan yang merugikan masyarakat secara umum.
Kembali ke masalah kerelaan orang tua dalam iklan tersebut. Kerelaan sama sekali tidak tergambar dan tersampaikan dalam iklan tersebut. Kerelaan hanya diakomodir melalui kerelaan sang ayah berangkat kerja ujan-ujanan (tanpa mobil) dan kerelaan menjual rumahnya. Sementara kerelaan yang lebih penting dari itu tidak tergambarkan, kerelaan rasa. Intinya, ketika kerelaan rasa tidak terjadi maka yang ada adalah keterpaksaan. Apapun alasannya. Kerelaan rasa yang tak tergambar di iklan tersebut adalah ketika sang ayah menatap sinis dan penuh kecewa pada anaknya. Seharusnya menurut gue yang bodoh soal iklan, ayah tersebut lebih tepat kalo menghampiri anaknya terus mengusap-usap kepala anaknya dan bilang gak apa-apa. Bukannya menatap sinis si anak. Inilah kesalahkaprahan terbesar dari iklan tersebut.
Iklan tersebut sebenarnya menggambarkan kondisi sosial kita saat ini. Seringkali kita tidak menyadari bahwa kita tidak memiliki kerelaan rasa. Kita memang membantu sesama secara materi, tapi dibelakang itu kita ngedumel atas bantuan yang kita berikan. Ngomel dan ngedumel setelah memberikan bantuan itulah yang dapat dikatagorikan sebagai tidak adanya kerelaan rasa. Berarti iklan tersebut sebetulnya gak salah-salah amat, karena menggambarkan apa yang sekarang banyak terjadi.
Memberikan bantuan seharusnya diiringi dengan keikhlasan, dalam artian tidak mengungkit-ngungkit apa yang sudah kita berikan atau lakukan terhadap orang lain apalagi terhadap keluarga sendiri. Keikhlasan dan kerelaan itu yang harus terus diasah dalam kehidupan bersosial agar menjadikan kita individu yang senantiasa menyenangkan dan disukai banyak orang. Kecerdasan inilah yang akan menjadikan kita lebih berharga di mata orang lain.
Jadi, ketika kita melihat sesuatu yang menurut kita salah kaprah jangan cuma bisa mengkritik meskipun kadang kritik menjadikan sesuatu lebih baik. Cobalah berpikiran keluar dari kotak (out of the box), telaah hal-hal apa yang menjadi kesalahannya dan belajar tentang kehidupan dari hal itu. Selalu belajar dari hal-hal kecil secara berkesinambungan tentu akan lebih baik daripada belajar sekaligus hal besar tanpa memegang esensinya. Gali terus potensi kita melalui berbagai hal, termasuk iklan. Jadilah orang yang lebih peka, lebih peduli sehingga hidup kita lebih harmonis dan dinamis. Jangan malu belajar pada sesuatu yang dianggap remeh, karena tanpa sadar karena keremehannya itu dapat menjadikan kita lebih dewasa. Selamat belajar dan menjadi dewasa! Dewasa itu indah meski kekanak-kanakan seringnya menyenangkan.

LIFE IS A CHOICES

LIFE IS A CHOICES OF A WHOLE PACKAGE

Tadi malem mantan manager gue di perusahaan yang lama tiba-tiba nelpon. Setelah hampir satu tahun gak ada kontak sama sekali, dia ngehubungin gue lagi. Sebenernya sih gue ngehindarin kontak sama dia for some reasons. Temen-temen deket gue pasti tau manager gue yang mana and kenapa gue ngehindarin dia. Aghhh, gak usah dibahas! Tadi malem asalnya gue masih gak mau angkat telpon dari dia, tapi ada rasa penasaran. Sapa tau gue bisa meng update info-info terkini sekitar dunia pergaulan, secara manager gue itu orang paling megang di dunia “pergaulan” Bandung.
Setelah basa-basi sedikit soal alasan kenapa gue gak pernah ngehubungin dia lagi (of course I lied to him) dan sejuta kebanggaan yang dia ceritain tentang his personal life and his fairytale love story, dia tiba-tiba nanya soal foto-foto artis yang sekarang lagi heboh beredar di internet. Such a weird topic conversation.

My Ex manager : “ Have you already saw pictures of Evan Sanders with his “boyfriend” on internet?”
Me : “ Nope. I just have seen that on infotainmet. And I think nothing speciall about that. His private life and none of my business”
My Ex manager : “If you want, I can send that pictures to your email!”
Me : “What for? Once I told you that its none of my business” ( I lied cause I so curious actually)
My Ex manager : “Just for fun. And to proved my suggestion a couple years ago when I saw Evan for the first time. Do you remember what I’ve told you at that time? My gaydar told me so” (gaydar is a sense belong to gay person which can distinguish someone is a gay or not)
Me : “I’ve remember that. Ok, just send me that pictures but don’t expected any comments from me. Like you said, just for fun. No further”.

Dari percakapan itu, kalian tau kan kayak apa ex manager gue itu. Cowok indo Portugal Sunda Manado yang katanya memang udah coming up jadi gay sejak jaman SMA di Amrik sana. Disini gue gak mau ngomentarin dia dan kehidupan hedonismenya. Bukan urusan gue dan gue gak berhak menghakimi. Hidup itu pilihan, dan jalan hidup seperti itu udah jadi pilihannya. Who care?!.
Yang gue bingung foto-foto Evan sama cowok bule yang half naked itu. Gile, dia sembarangan banget yah naro foto-foto nudies kayak gitu. Come on, you live in a real world! Banyak orang iseng yang akan senantiasa nungguin lo semua buat terjerembab dan kemudian mereka tepuk tangan. Kehidupan kadang memang jahat jadi kita harus tetap hati-hati. Contohnya foto itu, meskipun katanya kemudian Evan bilang kalo cowok itu sepupunya tapi foto-foto gitu mustinya jadi koleksi pribadi aja dengan penyimpanan ekstra ketat. Cuman untuk kalangan terbatas, kayak ex manager gue yang dengan bangganya nunjukin foto-foto dia lagi 3some di apartemennya. Dia cuma nunjukin ke temen deket dia aja (including me. I was one of his best friends), meskipun gue semua cuma bisa mengusap dada sambil geleng-geleng kepala.
The lessons are : Tetap berhati-hati dalam melangkah. Lo bebas memilih jalan hidup mana yang mau lo jalani, termasuk siap dengan konsekuensinya. Memilih jalan hidup itu pasti whole package, jadi gak semua berjalan manis tapi pasti ada paket getirnya juga. Hidup itu paket lengkap yang akan mendewasakan lo semua dengan caranya masing-masing dan unik. Just be carefull in your actions, think deeply before you acts and be a responsible person! At least to yourself and to the God who’ve created you. Lets coloring our life with our believeness in everything, in a positives way of course.

Minggu, 16 Maret 2008

IT TAKES 2 HEARTS TO FALL IN LOVE

Dalam cinta tak ada kata aku, yang ada adalah kita. Dalam cinta tak ada istilah aku harus memahamimu, tapi yang ada adalah kita harus saling memahami. Dan dalam cinta tak ada aku harus menerimamu apa adanya, tapi yang ada kita harus saling menerima keadaan kita masing-masing. Cinta memiliki arti bukan hanya aku, tapi kita. Aku dan kamu yang terhubung dalam lingkaran suci api nirwana. Cinta tak akan berhasil bila hanya ada aku melulu atau kamu melulu, cinta tidak seperti itu. Cinta bukan arena hitam dan putih, tapi perpaduan yang menjadikannya abu-abu. Hal itulah yang seharusnya terjadi pada cinta kita, bukannya cinta aku.

Malam ini aku mencoba membuka kembali lembar demi lembar kisah yang pernah kita torehkan dalam kasta bernama cinta. Aku membuka kembali lembar kisah kita, bukan kisah aku atau kisah kamu. Dari jendela kamarku aku melihat bulan yang mengigil diterkam warna malam. Bulan….selalu tampak romantis bagiku, dan setiap aku mengintip bulan, aku jadi ingat bahwa cintaku padamu seperti bulan. Bulan selalu indah dan selalu ada, sama seperti cintaku. Kala purnama, cintaku penuh padamu, ranum dan siap untuk direguk. Cintaku padamu akan selalu ada, kalaupun sedikit terkikis itu hanya akan menjadikannya sabit. Tidak hilang sama sekali. Kalau bulan menghilang ditutup jelaga malam, maka cukup kau rasakan. Pendarnya akan tetap ada dalam nuansa hatimu.

Bagaimana dengan siang? Siang tak ada bulan. Apakah itu artinya ketika siang datang, cintaku menghilang. Bukan…tidak seperti itu analogi cintaku. Ketika siang meraja, aku memberimu kesempatan untuk menjadi kamu. Bukan kita. Cinta tidak egois, cinta juga tidak harus selalu ada kita karena terkadang aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Lalu ketika kamu menjadi kamu lantas aku kemana? Aku akan sabar menanti datangnya saat kita kembali. Aku pasti akan kembali hadir dengan irama yang sama, seperti yang sudah bulan janjikan pada malam. Aku tidak akan mengekangmu karena aku tidak ingin cinta menjadikanku egois. Bulan tidak selalu menuntut langit untuk menghadirkannya, bulan mau berbagi dengan matahari di waktu yang berbeda. Bahkan bulan mau berbagi dengan jutaan bintang di waktu yang sama, saat kelam menganga.

Aku mau berbagi dengan sahabat-sahabatmu, dengan setumpuk pekerjaanmu, bahkan dengan waktu pribadimu. Aku mau berbagi dengan semua itu, membagi kamu tapi bukan cinta kamu. Cinta butuh dipertahankan, dan untuk itu tidak cukup hanya diikat oleh rantai dari untaian aksara, tapi butuh usaha. Cinta tidak akan berhasil kalau hanya aku yang berusaha, harus kita yang berusaha. Bulan selalu berusaha menyapa malam, meskipun dia rela tak teraba disaat terang. Tapi dia berusaha. Itulah yang aku inginkan dari kamu, berusaha. Berusaha agar pendar cinta kita tetap terjaga. Tak apa-apa redup asal jangan padam. Cinta itu melingkarkan aku dan kamu dan agar tetap terlingkar maka dibutuhkan bukan hanya usaha aku, tapi usaha kita. Cobalah meraba hati, menelusuri relief ruang hatimu yang dulu katanya mau kau bagi dengaku. Apakah aku masih ada di sana? Apakah aku masih menjadi bagian warna pelangi jiwamu? Aku harap masih, sehingga aku akan tetap berusaha selama kamu berusaha karena dibutuhkan dua hati untuk terpadu, it takes two hearts to fall in love.

Bandung, 4 maret 2008
Di kamarku, saat pekat membahana dan ingat kamu.

ELEGI GERIMIS

Hari ini gerimis datang lagi. Rinainya menyapa jutaan kuncup bunga, mencumbunya kemudian jatuh ke tanah, menghapus jejak yang tersisa. Aku benci gerimis meski orang bilang gerimis itu romantis. Aku benci gerimis, karena gerimis mengingatkanku padamu. Gerimis hanya mengungkit cerita lama, cerita getir, cerita penuh air mata. Cerita antara aku dan kamu.

Aku benci gerimis karena biasanya gerimis hanya datang sesaat. Aku benci gerimis karena kesesaatannya itu tetap menghasilkan jejak. Jejak air mata. Aku kadang berharap yang muncul hujan besar bahkan badai dan bukannya gerimis. Aku lebih memilih terporakporandakan badai daripada terkoyak gerimis. Gerimis itu getir. Gerimis itu darah. Gerimis itu luka. Aku benci gerimis, karena gerimis hanya menyingkap tirai masa lalu. Masa dimana ada aku dan kamu. Sayang gerimis hanya sesaat, hanya mampu mengoyak. Tidak memporakporandakan.

Ingatkah kamu saat kau memintaku untuk tidak membencimu? Saat itu gerimis. Rinai itu jadi saksi. Katamu aku boleh melupakanmu, tapi jangan membencimu. Katamu benci hanya akan menutup pintu maafku padamu. Saat itu gerimis, dan gerimis tak datang sekali. Bagaimana aku bisa melupakanmu kalau tiap gerimis datang yang terbayang hanya kamu. Aku benci gerimis, karena gerimis membuatku selalu ingat kamu. Mengingatmu berarti menyobek hatiku. Aku benci mengingatmu.

Di depanku jalan tak hanya lurus, tapi ada juga ke kiri dan ke kanan. Aku tinggal memilih mau kemana . Tapi kenapa ketika gerimis datang, aku memilih berjalan ke belakang, bukannya lurus ke depan atau belok ke kiri dan ke kanan. Berjalan ke belakang, mengingatmu yang telah menyakiti hatiku. Aku benci gerimis, karena gerimis membuatku tak punya pilihan. Aku mengutuki langit yang menurunkan gerimis. Mengutukimu yang datang menunggang gerimis.

Masih perlukah sebuah kata maaf terucap? Masih perlukah pintu maaf terbuka? Kamu bilang jangan membencimu, karena benci menutup pintu maafku. Aku benci pernah mencintaimu, karena mencintaimu membuatku rela menjadi yang kedua, menjadi selingkuhan dan menjadi yang marginal. Aku tidak bisa memilikimu sepenuhnya, tidak seperti bumi yang berhak atas langit. Mencintaimu membutakan aku, seperti matahari yang dibutakan malam.

Saat gerimis kamu memutuskan untuk memilihnya, berlari ke arahnya kemudian memeluknya. Kamu meninggalkanku yang mengigil di tengah gerimis. Meninggalkanku dengan harapan agar aku tidak membencimu, karena kamu masih mengharapkan sepenggal maaf. Kalaupun aku memaafkanmu, aku akan tetap membencimu karena gerimis. Gerimis membuatku teringat padamu, dan aku benci itu. Aku benci gerimis.

Gerimis……. Aku sudah lelah. Jangan kau siksa aku dengan rintikmu. Aku lelah terpenjara dalam asa. Aku lelah mengingatnya karenamu.

TAMAN YANG PALING INDAH

“Taman yang paling indah hanya taman kami, taman yang paling indah taman kanak-kanak. Tempat bermain, berteman banyak. Itulah taman kami taman kanak-kanak” Sepenggal syair lagu anak-anak yang aku yakin sangat akrab di telinga semua orang entah itu laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak maupun manula. Mereka semua mungkin setuju bahwa taman yang paling indah itu memang taman kanak-kanak.

Buat aku, taman yang paling indah selain taman kanak-kanak tentunya adalah taman aksara. Taman yang di dalamnya terserak jutaan aksara yang dapat aku rangkai menjadi kata. Aku jatuh cinta pada aksara sejak pertama kali aku mengenalnya, sehingga aku berterima kasih pada orang-orang yang memperkenalkan getar asmaraku yang pertama pada aksara kemudian kata. Di taman ini aku senantiasa tersungkur, tersungkur dalam cinta dan tersungkur dalam keindahan makna sebuah kata.

Berada di taman aksara seringkali membuat aku lupa, lupa pada kenyataan kalau aku bukan fatamorgana tapi nyata. Aku bisa berubah menjadi siapa saja di taman aksara. Berubah menjadi seseorang yang terjebak di dalam jiwaku, alam pikiranku bahkan dalam nyawaku. Kecintaanku pada aksara dan kata mampu mewujudkan semua asa yang kadang tak bisa terjamah raga. Di taman akasara aku bisa menjadi pujangga ketika aku sedang jatuh cinta, bisa menjadi sangat cengeng ketika terjerembab dosa dan bisa menjadi sangat pemarah ketika durjana menyapa jiwa. Aku bisa menjadi semua itu di taman aksara tanpa ada yang bertanya mengapa.

Aku jatuh cinta pada taman aksara, taman yang bisa menyembunyikan siapa aku sebenarnya. Aku bisa menyamar sepuasnya disana, sembunyi di balik makna sebuah kata, dan kadang aku akan berkamuflase menjadi orang asing. Orang yang sama sekali tak kukenal. Mereka hanya kupinjam arwahnya untuk kususupkan sementara dalam jasadku. Semua itu perantara aksara dan kata.

Aku paling senang ketika arwah pujangga menyusupi ragaku, aku akan menjadi sangat romantis. Jutaan kata cinta bisa terbingkai dalam puisi, syair dan sajak meskipun aku bukan pecinta yang beruntung. Semuanya karena aksara. Aksara memberiku kekuatan untuk mendobrak semua belenggu yang mengikat, melabrak semua norma pembenaran bahkan meruntuhkan dinding yang dibangun dari kesombongan. Kekuatan itu membuatku bisa berjalan di setapak kecilku tanpa orang tahu. Aksara menjadikanku prajurit yang tangguh, yang memanggul panji-panji makna kata. Aksara tak menjadikanku ambigu atau anomali karena aksara tak bisa digugat cerca. Aku beruntung mengenal kemudian jatuh cinta pada aksara.

Mari kita bermain di taman aksaraku, agar kita semua terjerembab dalam rasa cinta yang sama. Kujanjikan akan kau lihat kupu-kupu di sana, bahkan di tempat-tempat yang tak pernah kau bayangkan sama sekali. Tak sekedar permainan petak umpet yang kutawarkan, tapi lebih dari itu. Selamilah duniaku melalui goretan aksara dan kata yang kutoreh di sana. Nikmati, kemudian kau akan mengenal siapa aku sebenarnya. Seseorang yang tak lagi bertopeng kata, seseorang yang akan mengajakmu berarung jeram menyusuri riak-riak aksara. Seseorang yang akan membuatmu menyesal tak mengenal aksara dari dulu. Bergabunglah dan akan kuucapkan,
“Selamat jatuh cinta di taman aksaraku”

KARENA KITA S2

Kemaren gue ngumpul sama temen-temen gue. Temen-temen yang punya kesamaan nasib. Terhimpun dalam kelompok yang hampir semua anggotanya jobless. Sebenernya bukan jobless dari awal lulus dulu tapi ada juga yang baru resign, kayak gue. Yang bikin kita semua agak getir karena kita semua S2. Gila, udah sekolah tinggi-tinggi sampe S2 masih aja susah cari kerja. Indonesia kejam sekali engkau, hehehehe.

Dulu waktu gue baru kelar S2 dan susah nyari kerja (beneran susah banget!), sempet kepikiran kalo kayaknya gue salah ngambil jurusan deh. Bioteknologi gitu lho, ilmu “lieur” kalo kata temen gue. Mustinya gue ngambil ekonomi aja biar jadi MM atau sekalian MBA bukannya MSi bioteknologi. Hiks…Sempet kepikiran gue mau ngulang lagi S2 di bidang ekonomi tapi harus beasiswa. Gila aja kalo nggak beasiswa, bekas biaya kuliah S2 bioteknologi aja belom balik modal masa udah mau ngeluarin biaya lagi. Curiga bangkrut ntar bokap ama nyokap gue. Dan kalo gue tetep maksa kayaknya gue bakal jadi anak durhaka, terus dikutuk jadi batu. Igh..knock on wood!

Untung gue nggak ngotot buat nyari beasiswa ngulang S2 itu, kalo ngotot dan dapet (kayak bisaanya) pasti gue bakal nyesel dunia akhirat deh. Ada momen yang bikin gue bersukur nggak jadi ngambil S2 ekonomi setelah S2 sains gw kelar. Bulan Januari kemaren, gue ada panggilan tes (psikotes) di salah satu perusahaan retail terbesar di Indonesia. Mereka butuh Management Trainee, tapi hebatnya yang dibutuhkan itu kualifikasinya S2. Hebat yah! Baru kali ini gue nemu ada yang buka lowongan buat management trainee tapi S2, nggak maksimal umur 25 lagi. Kalo pake maksimal umur 25 pastinya gue udah nggak masuk kaleeee. Sedih yah umur udah di atas 25 tapi hidup belom settle. Nasib, nasib!

Pas gue tes itu, pesertanya 105 orang. S2 semua, hampir 90% lulusan ekonomi dan yang bikin shock mereka juga nggak punya kerjaan tuch. Tepatnya susah nyari kerja. Berarti mau dari jurusan apapun tetep aja susah dapet kerja, nggak ngaruh. Lulusan ekonomi aja yang lahan garapannya banyak susah nyari kerja, apalagi gue yang bidang ilmunya spesifik banget. Lahannya makin sedikit, bo! Kering. Mungkin yang salah memang di Indonesianya kali yah? Masa penduduknya makin berkualitas dalam hal pendidikan tapi nggak bisa nampung mereka dalam dunia kerja. Payah.

Kembali ke kumpulan gue dan temen-temen gue yang jobless itu. Kita diskusi ringan soal kerjaan apa yah yang cocok buat kita, gampang, nggak cape tapi menghasilkan banyak uang (jangan bilang jadi simpenan ah, basi! Sport jantung tao, wakakakakak). Salah satu temen gue yang gelarnya MBA (bayangkan, MBA susah dapet kerja!) akhirnya menyimpulkan bahwa kerjaan dengan kriteria di atas dan pastinya cocok buat kita semua adalah “JUAL DIRI”. What?! Katanya ada dua alasan kenapa jual diri jadi sangat menguntungkan buat kita-kita (anggota kelompok itu, red). Pertama, kalo jual diri itu gampang nyuci peralatannya (literally), dan Kedua, katanya kalo kita jual diri kita bisa matok harga jauh diatas pasaran. Kenapa? Dia bilang, pas nego sama “klien” bilang dari awal kalo harga kita beda. Kalo “kliennya “ nanya, jawab ya iya agak mahal lah, saya kan S2. Kalau nggak percaya, ini saya bawa CV, foto copy ijazah dan transkrip akademik yang udah dilegalisir plus kartu kuning, kartu tanda pencari kerja.

“Gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!”

JIKA AL'QURAN BISA BICARA

“ Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS Al A’raaf [7] : 36)

Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku
Dengan wudhu aku kau sentuh dalam keadaan suci
Aku kau pegang, kau jungjung dank au pelajari
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra.

Sekarang engkau telah dewasa…
Nampaknya kau sudak tak berminat lagi padaku
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah?
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?

Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dan kesepian
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan

Dulu..Pagi-pagi..surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau…
Sekarang, pagi-pagi sambil minum kopi, engkau baca Koran atau nonton berita
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan…

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah-surahku (Basmallah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tak ada kaset yang berisi ayat Allah yang terdapat padaku di laci mobilmu
Sepanjang perjalanan, radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu
Aku tahu kalau itu bukan stasiun radio yang senantiasa melantunkan ayatku

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja
Di komputermupun kau putar musik favoritmu
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun
Email temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku

Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV
Menonton pertandingan Liga Italia, musik atau film dan sinetron laga
Didepan computer berjam-jam engkau betah duduk
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah

Waktupun cepat berlalu..aku menjadi semakin kusam dalam lemari
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali
Itupun hanya beberapa lembar dariku
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancer lagi setiap membacaku

Apakah Koran, TV, Radio, Komputer dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau dikubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhan-Nya
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya

Sekarang engkau enteng membuang waktumu
Setiap saat berlalu…kuranglah jatah umurmu
Dan akhirnya kubur senatiasa menunggu kedatanganmu
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu

Bila engkau baca selalu dan engkau hayati…
Di kuburmu nanti…
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan
Yang akan membantu engkau membela diri
Bukan Koran yang kau baca yang akan membantumu dari perjalanan di alam akhirat
Tapi Akulah “Qur’an” kitab sucimu
Yang senantiasa menemani dan melindungimu

Peganglah aku lagi…bacalah kembali aku setiap hari
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci
Yang berasal dari Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu

Sentuhlah aku kembali
Baca dan pelajari lagi aku, setiap datangnya pagi dan sore hari
Seperti dulu…dulu sekali…
Waktu engkau masih kecil, lugu dan polos
Di surau kecil kampungmu yang damai

Jangan engkau biarkan aku sendiri…Dalam bisu dan sepi

Maha benar Allah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

KEALPAAN MANUSIA

Saat kau bangun pagi hari, Dia memandangmu dan berharap engkau berbicara kepada-Nya, walaupun hanya sepatah kata. Meminta pendapat-Nya atau bersyukur kepada-Nya atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin. Tetapi Dia melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk beraktivitas. Dia kembali menanti saat engkau bersiap, Dia tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapa-Nya, tetapi engkau terlalu sibuk…..

Di satu tempat di sebuah kursi engkau duduk selama limabelas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian Dia melihat engkau menggerakkan kakimu. Dia berfikir engkau akan berbicara kepada-Nya, tetapi engkau berlari ke telepon dan menghubungi seorang teman untuk mendengarkan kabar terbaru.

Dia melihatmu ketika engkau pergi beraktivitas dan Dia menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu Dia berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepada-Nya.
Sebelum makan siang Dia melihatmu memandang sekeliling. Mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepada-Nya, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara menyebut nama-Nya dengan lembut sebelum menyantap rizki yang Dia berikan. Tetapi engkau tidak melakukannya. Masih ada waktu yang tersisa dan Dia berharap engkau akan berbicara kepada-Nya, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.

Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan televisi. Engkau menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan. Kembali Dia menanti dengan sabar saat engkau menonton televisi dan menikmati makananmu, tetapi engkau tidak berbicara kepada-Nya.

Saat tidur, Dia pikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidur dan tertidur tanpa sepatah katapun nama-Nya kau sebut. Engkau menyadari bahwa Dia selalu hadir untukmu.

Dia telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Dia bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Dia sangat menyayangimu. Setiap hari Dia menantikan sepatah kata, doa, pikiran dan syukur dari hatimu.

Keesokan harinya engkau bangun kembali dan kembali Dia menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberikan sedikit waktu untuk menyapa-Nya. Tapi yang Dia tunggu tak kunjung tiba, tak jua kau menyapa-Nya. Subuh..Dzuhur..Ashar…Magrib…Isya dan Subuh kembali, kau masih tak mengacuhkan Dia. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepada-Nya.

Apa salah-Nya padamu? Rizki yang Dia limpahkan, kesehatan yang Dia berikan, harta yang Dia relakan, makanan yang Dia hidangkan, teman-teman yang Dia rahmatkan. Apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepada-Nya?!

Percayalah Dia selalu mengasihimu, dan Dia tetap berharap suatu saat engkau akan menyapa-Nya, memohon perlindungan-Nya, bersujud menghadap-Nya, Dia yang selalu menyertaimu setiap saat. Dialah Allah SWT.

Selasa, 04 Maret 2008

NONTON AYAT-AYAT CINTA...BOLEH NGGAK YAH?

“Kalo gue nonton ayat-ayat cinta boleh nggak yah?” Tanya temen gue yang cina. Pertanyaan ini dia lontarin waktu gue lagi ngumpul sama temen-temen gue yang cina semua. Bayangkan satu geng “riweuh” enam orang, yang kulitnya berwarna cuma gue doang. Cina dan sipit semua. Gue juga sipit sih tapi item. Item banget malah. Kebayang dong kontrasnya kayak apa.

“Ya boleh lah! Kenapa juga musti gak boleh. Kan Cuma tontonan, hiburan, dan intermezo aja” Jawab gue.

“Nggak boleh tau, haram. Ntar Yesus marah” Kata temen gue cina satunya sambil ketawa ngakak….

“Haram….lo pikir daging babi” Gue ngomong sambil ketawa nggak kalah kerasnya. Gue lupa babi kan haram buat gue doang sementara temen gue yang lima, babi jadi makanan favoritnya apalagi di nasi campur. Part body favorit mereka di nasi campur itu adalah telinga. Igh…..kebayang yah pas digigit bunyi kriuk-kriuk gitu. Alhamdulillah gue sampe sekarang belom tergoda buat nyobain tuh makanan meski mereka bilang enaknya setengah gila. Mudah-mudahan gue nggak sampe tergoda. Kok gue jadi ngomongin babi yah? Padahalkan mo ngomongin acara nonton ayat-ayat cinta ma temen-temen gue yang cina.

Dari awal premier Ayat-Ayat Cinta, mereka udah ngajakin gue buat nonton bareng. Sebenernya gue bukan gak mau tapi gue udah kadung janji sama temen kuliah S1 gue mau nonton bareng. Jadi maaf ya, kali ini gue nggak nonton bareng geng “riweuh” ini.

Di hari H gue mo nonton ayat-ayat cinta itu ternyata penuh banget donk dimana-mana. Ngantri jam setengah 2 aja udah buat yang jam 8 and setengah 11 malem gitu. Yaaaaaaaaaaa BeTe aja. Dan lo tau ga sih, waktu temen gue itu dateng dia bikin pengakuan kalo dia sebenernya udah nonton ayat-ayat cinta. WHAT!!!!!!!!!! Maksud lo? Tapi kayaknya kalo kebagian nonton yang jam 2 apa jam 5 dia mo nonton lagi deh (meureun). Kan kalo dia bilang dari kapan tau , gue gak musti nolak ajakan temen-temen gue yang lain yang juga pada ngajakin nonton, termasuk geng cina gila itu.

Meskipun nggak jadi nonton tapi gue sedikit have fun sama temen S1 gue itu. Sedikit yah soalnya di mindset gue hari itu mo nonton. Secara temen-temen gue yang lain udah pada euphoria nyeritain tuh film. Malah si Bayu sms gue 2 halaman nyeritain pengalaman dia nonton ayat-ayat cinta sambil mewek-mewek. Sms 2 halamannya sih nggak masalah, tapi sms jam setengah 1 malemnya itu yang bikin BT. Tunduh nyaho! BTnya lagi 3 hari berturut-turut gue ketemu dia, yang dia omongin cuman film itu aja, secara gue belom nonton gitu ya. Sialan. Dasar Bayu Sinting. Dia bilang gue nggak up to date, nggak maen. Nggak sopaaaaannnnnnnnnn!

Di hari H yang gue nggak jadi nonton, sepulang jalan sama temen S1 gue itu, si Arvin (salah satu cina gila pengisi geng “riweuh”) nelpon. Katanya anak-anak cina itu ngajakin gue clubbing ntar malem. Clubbing? Mauuuuuuuuuuuuuuuuu.Hehehehehe. Tetep yah kalo gue mah diajak clubbing teh meni semangat 45. Yudaaaa!. Pas gue Tanya si Arvin kalo geng riweuh udah pada nonton ayat-ayat cinta ato belom, ternyata jawabannya menggembirakan. MEREKA BELOM NONTON. Horeeeeeeeee. Gue ajakin aja mereka sekalian nonton sebelom pergi clubbing (kalo kebagian tiket).

Alhamdulillah ternyata Allah baik ma gue, gue bisa nonton di BSM yang jam sebelas seperempat. Tiket udah di tangan meski duduknya ketiga dari depan. Nasib. Gak papa yang penting bisa nonton dan clubbing at the same time. Di saat jalan ke bioskop itulah di mobil kita ketawa-tawa gara-gara polemik kalo cina boleh nggak nonton ayat-ayat cinta? Haram gak ya? Dasar orang-orang setengah waras. Kalo gue sih tetep, nggak waras sama sekali. Wakakakakak.

Gue nggak mau nyeritain gimana tuh film karena gue yakin semua orang pasti udah pada nonton. Buat gue sih rame, meskipun jauh yah sama novelnya. Temen-temen gue yang cina juga bilang seru sama tuh film. Makanya pas keluar dari bioskop si cina-cina itu pada ngaku-ngaku semua kalo mereka itu Fachri. Gila kali ya……Si Tommy pas kita lagi ketawa-tawa tiba-tiba nyeletuk “Aduh kayaknya Yesus marah deh sama gue gara-gara gue nonton film islam. Apalagi sekarang gue jadi Fachri”. Idih Najis.

Di mobil kita masih ketawa-ketawa padahal malem buta. Nggak buta denk, buat ukuran malam minggu jam 1 mah malam baru meletek istilahnya, baru mekar. Ya iya lah, jam 1 kan tempat clubbing baru warming up kalo istilah si Arvin. Gue dengan sepenuh hati tiba-tiba nunjuk ke arah dashboard dan bilang “ih…takut dimarahin Yesus udah ngajak kalian nonton ayat-ayat cinta. Barusan dia melotot sama gue” ( di dashboard mobil si Arvin kan ada boneka porselen Yesus yang cuma palanya doank). Anak-anak pada ngakak sambil nimpukin gue. “Tenang, Yesus nggak bakalan marah sama kita, karena kita udah kembali ke jalan yang lurus” si Andrew nimpalin. “Iya sekarang kita udah kembali ke jalan yang lurus, jalannya orang-orang yang di berkati. Jalan ke tempat clubbing”. Gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa. Untung gue punya banyak temen. Nggak jadi nonton sama temen yang itu masih ada temen-temen yang lain. Ughhhh I love for being me!

KENAPA SIH MUSTI NGELUH?

Kenapa sih musti ngeluh? Sering kali pertanyaan itu gue ungkapkan sama diri gue sendiri. Memang gue sadari, salah satu hobi gue mungkin ngeluh meskipun ngeluhnya belom nyampe stadium akut. Tapi tetep aja gue suka ngerasa jengah (kalo lagi sadar) tapi sesaat kemudian pasti ngeluh lagi.

Biasanya semua hal yang terjadi sama kehidupan gue hari itu pasti gue keluhin, untungnya gue ngeluh gak sama orang lain. Ditelen sendiri aja. Kalo gue ngeluh-ngeluh ke orang mungkin gue bisa digampar kali ya sama mereka saking bosennya denger gue ngeluh. Banyak sih sahabat-sahabat gue yang mau denger keluhan-keluhan gue meski gue nggak tau di dalam hatinya mereka kesel apa nggak. Pokoknya waktu gue ngeluh mereka musti denger, tapi kalo mereka lagi ngeluh gue kadang suka cuek-cuek aja (salah satu kelemahan gue lagi).

Berdasarkan ilmu psikologi (cieee), mengeluh itu berasal dari ketidakpuasan kita akan sesuatu hal yang terjadi atau menimpa sama diri kita. Padahalkan manusia adalah biangnya ketidakpuasaan dalam artian selalu merasa tidak puas akan sesuatu hal, jadi normalkan kalo manusia itu sering ngeluh? Kok gue jadi nyari pembenaran yah, padahal niatnya gue mau mereview sifat gue yang kadang ganggu. Maaf.

Kalo dipikir-pikir kenapa gue musti ngeluh yah sama semua hal yang menimpa diri gue padahal menurut sebagian besar orang, gue itu udah sangat beruntung. Lahir dari keluarga yang baik, kehidupan lumayan mapan, pendidikan oke, pekerjaan lumayan (ada terus), terjebak dalam raga dengan muka nggak jelek-jelek amat, postur lumayan, drama percintaan menyedihkan (masuk beruntung nggak kalo yang ini? My closest friend pasti mengangguk sepenuh hati deh. Nggak sopan!). Kok gue kayak yang ngumbar kelebihan yah, jadi nampak sombong. Sumpah gak ada niat lho! Kelepasan.

Apa sih yang sebenarnya sering gue keluhin? Yang pasti buanyaaaaaaaaaaaaaaak deh. Mulai kok bokap nyokap gue nggak pernah ngertiin gue yah? Kok gue nggak seberuntung orang yah soal kekayaan, kok sekolah gue cuma bisa ampe S2 yah, susah bener nyari sponsor buat S3 yah padahal temen gue yang gak pinter-pinter amat nggak cuma 1 tapi dua yang mau nyeponsorin (dari hati yang ini mah). Kok gue item banget yah? Kok rambut gue nggak bisa digaya-gayain kayak orang sih? Kok muka gue jerawatan yah? Kok gue susah banget langsing yah? padahal udah nggak makan malem dan jogging kayak orang gila (curhat lagi). Kok gue nggak pernah dapet pacar yang serius yah? Kok pacar gue demennya nyakitin hati gue yah? Kok gue masih belom dikasih kesempatan buat nemuin pasangan jiwa yah? Dan seabreg keluhan-keluhan yang lain. Gue yakin yang baca pasti mikir kok keluhan gue banyak banget, padahal itu baru sebagian kecil. Gile, sebagian kecilnya aja segitu, aslinya segimana yah? Makanya lo jalan deh sama gue kapan-kapan pasti lo bakal tau kalo nama tengah gue itu ngeluh. Sifat yang menyebalkan bukan?....Bukan!

Mengeluh memang jadi sifat dasar manusia (terutama gue), tapi kita harus pandai-pandai menyingkapi segala sesuatunya biar kita nggak terus menerus ngeluh. Sedikit mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan sama kita napa…Ingat, Tuhan itu baik dan maha tahu, nggak pernah menzalimi umatnya dan tau apa yang terbaik buat umatnya. Dasar manusianya aja yang sering menyalahartikan maksud yang udah Tuhan gariskan ( I talk to my self!). Selalu ada maksud yang baik dari skenario yang Tuhan kasih buat kita, jadi ngapain musti ngeluh kan? (sebenernya) semua tergantung dari cara kita menyikapinya aja. Kalo kita selalu berfikiran positif dan menganggap bahwa segala sesuatu yang terjadi sama kita merupakan jalan yang terbaik pasti kita nggak bakalan ngeluh deh. Percaya sama gue. Disini gue nggak bermasud menggurui, tapi cuman buat sharing doank. Gue memang sering ngeluh, dan gue udah bisa sedikit memberi obat penawar buat sifat gue yang ini. Nggak haram kok kalo dipraktekkan, mudah-mudahan mujarab.

Gimana cara menghilangkan sifat suka mengeluh kita? Ini versi Yuda yah…….

PERTAMA. Jangan membanding-bandingkan diri kita sama orang lain. Ada pepatah yang bilang kalo rumput tetangga selalu lebih indah dibanding rumput di pekarangan sendiri. Arti pepatah ini, kalo kita selalu membanding-bandingkan diri kita sama orang lain gue jamin pasti kita bakal nggak puas terus dan akhirnya pasti ngeluh. Membadingkan-bandingkan diri dengan orang lain dalam “positive way” itu baik karena bisa meningkatkan motivasi kita buat menjadi lebih baik dan berprestasi. Tapi kalo hasil membandingkan diri itu kita jadi minder dan banyak ngeluh ini yang musti dihindari.

KEDUA. Percaya sama kemampuan diri sendiri. Tuhan menciptakan semua manusia dengan berbagai kelebihan meskipun banyak orang yang gak sadar sama kelebihan yang dimilikinya itu. Dengan percaya sama kemampuan diri sendiri akibat kelebihan yang udah Tuhan kasih, kita pasti nggak bakalan banyak ngeluh deh. Yakin. Selalu tanamkan dalam benak kita bahwa kita pasti mampu menghadapi dan mengerjakan apapun, better than anyone!

KETIGA. Selalu bersyukur atas apa yang udah Tuhan beri. Agama apapun di muka bumi ini mengajarkan bahwa kita harus bersyukur. Hal ini mengandung nilai yang sangat positif. Dengan mensyukuri nikmat Tuhan, kita pasti nggak bakalan ngeluh karena akan muncul kesadaran dalam diri kita bahwa nasib kita lebih baik dari orang lain. Masih banyak kok orang-orang yang gak seberuntung kita. Dengan bersyukurpun kita akan semakin yakin bahwa apa yang kita jalani atau apa yang terjadi sama diri kita sekarang merupakan skenario terindah yang memang udah Tuhan siapkan buat kita.

KEEMPAT. Bergaulah dengan orang-orang dari semua kalangan. Dengan tidak memilih-milih teman kita akan lebih bayak tahu bahwa kadang kita lebih beruntung dibandingkan orang lain. Ketika kita memilih untuk bergaul hanya dengan salah satu golongan saja maka kita akan lebih banyak ngeluh. Kenapa? Manusia cenderung memilih berteman dengan orang-orang yang lebih “baik” setidaknya dengan orang-orang yang memiliki karakter mirip dengan kita. Kalau kita mengkotak-kotakan hidup kita seperti ini niscaya kita akan lebih banyak merasa bahwa temen-temen dari golongan tersebut lebih segalanya dari kita. Inilah pemicu utama ketidakpuasan kita terhadap diri kita sendiri, ujung-ujungnya kita pasti sering ngeluh.

Mengeluh memang sah-sah saja karena itu sangat manusiawi, tapi masalahnya apakah dengan hanya mengeluh semua masalah kita akan teratasi dengan baik? Belum tentu. So saatnya to out of the shell, keluarlah dari cangkang yang mengungkung kita dalam budaya mengeluh. Masih banyak kegiatan yang bisa dilakukan selain mengeluh. Mengeluh hanya akan membuat kita tidak produktif dan hidup dalam ketidaknyamanan. Belajarlah untuk tidak mengeluh! Apabila telah mencoba maka ucapkan selamat datang pada dunia dalam perspektif yang berbeda. Dunia penuh warna pelangi, MeJiKuHiBiNiU.